Seperti biasanya, ketika mengajar Syakia selalu menjelaskan dengan ramah, rinci dan dengan bahasa yang mudah di pahami oleh murid-murid seusia mereka. Namun ada satu yang menyita perhatian ketika salah satu dari santriawati bertanya.
"Teh Kia, Rumi mau tanya?" Ucap anak itu mengacungkan tangan.
"Iya, Rumi mau nanya apa?" Jawab Syakia lembut.
"Jika nanti suami Rumi juga punya istri dua apa yang harus Rumi lakukan?" Tanya anak itu dengan polosnya.
Pertanyaannya anak itu tidak menyinggung Syakia sama sekali, justru dia merasa lucu dengan pertanyaannya anak itu. Bagaimana bisa dia kepikiran untuk bertanya seperti itu.
"Ya jangan dong, mengijinkan suami kita menikah lagi dan mempunyai istri lain jaminannya memang surga. Tapi, itu bagi orang yang ikhlas, tabah, sabar, jika kita tidak mampu dalam hal itu maka kita cukup menjadi satu-satunya untuk suami kita" Jawab Syakia lembut, dia seolah berkata pada dirinya sendiri.
"Tapi, kalau aku ingin mendapatkan surga itu teh" Ucap anak itu lagi, yang lain diam memperhatikan.
"Kan meraih surga itu bukan dengan cara itu saja, ada baaaanyak sekali, dengan kita berbakti pada suami kita nanti juga salah satu cara mendapat surga" Jawab Syakia lagi.
"Kalau gitu, aku cukup mau jadi istri satu-satunya saja dan meraih surga sama-sama bersama suamiku nanti" Senyum anak itu. Dan Syakia menanggapinya dengan senyum hangat.
Pertanyaannya Rumi dan jawaban dari dirinya sendiri seolah menampar Syakia, dia bisa menyampaikan itu pada gadis itu sementara dirinya sendiri sedang dalam keadaan seperti itu.
***
Setelah menyelesaikan mengajarnya, Syakia keluar dengan perasaan tak menentu. Apalagi ketika melihat Fahmi, Anisa, dan Ilham yang tengah berbincang sembari di selingi canda tawa membuat hatinya semakin mengilu. Mereka terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia, dengan kehadiran Ilham saja bisa membuat mereka terlihat seperti keluarga sempurna apalagi kalau bayi itu sudah lahir.Ilham yang tak sengaja menangkap sosok Syakia dari kejauhan dia sedikit melompat-lompat di gendongan Fahmi sembari berceloteh "Uma uma ttu ttu uma yaya uma" Ilham bicara dengan bahasanya sendiri sembari menunjuk telunjuknya ke arah Syakia.
Fahmi dan Anisa yang menyadari itu menoleh ke arah Syakia, Fahmi segera berjalan ke arah Syakia sembari membawa Ilham kearahnya. Syakia yang sadar Fahmi sedang menghampirinya pun langsung beranjak dari tempatnya berdiri dan segera melangkah dengan cepat. Tapi...
"Umma, ayo panggil umma nya Ilham, umma tunggu gitu ayo" Ucap Fahmi memainkan tangan mungil Ilham dilambai-lambaikan.
Syakia yang mendengar itu sempat berhenti namun kembali melanjutkan langkahnya lagi.
"Syakia, tunggu dulu" Kini benar-benar Fahmi yang memanggilnya, Syakia tak bisa mengabaikannya lagi.
"Ilham sudah memanggil mu dari tadi, kenapa kamu malah terus berjalan" Ucap Fahmi setelah berhadap-hadapan dengan wanita itu.
"Tadi aku baru ingat kalau sebelum pergi kesini sedang memasak opor jadi nanti takut gosong kalau aku tinggal terlalu lama" Jawab Syakia asal.
Fahmi mengerutkan kening sedikit terkekeh "Sejak kapan kamu bisa masak opor?"
Syakia malu sekali, memang dia tidak bisa memasak masakan itu lalu kenapa tadi dirinya menjawab seperti itu, aduuuh malu-maluin diri sendiri saja "Iiih a Fahmi, jangan bilang seperti itu, kamu tidak tahu sama sekali tentang itu" Syakia mengerucutkan bibirnya.
Fahmi terkekeh lagi "Iya maaf, kalau begitu ayo kita ke rumah aku jadi ingin segera makan, sepertinya Ilham juga kan?" Ucap Fahmi tersenyum pada Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Ficción GeneralFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...