Syakia membuka gorden kamarnya hingga cahaya mentari menerpa wajah cantiknya. Dia tersenyum, rasanya berjuta bunga bermekaran dalam dirinya, lebih indah dari bunga yang ada di vas di sampingnya. Terakhir Syakia bahagia seperti ini saat Fahmi berikrar untuknya, dan sekarang dia kembali merasakan kembali rasa itu tat kala buah hatinya hadir dalam rahimnya. Dia tak bisa tahan untuk tak mengembangkan senyum.
Seseorang muncul dari balik pintu "Kia, ayo, nanti makin macet" Seru Fahmi sembari menggulung kemeja tangannya hingga sikut.
Syakia berbalik "Hm ayo" Jawabnya semangat.
Rencananya hari ini mereka mau ke dokter untuk memastikan lagi dan untuk mengetahui berapa usia kandungan Syakia.
Fahmi hanya bisa tersenyum ketika sejak tadi ia melihat senyum Syakia terus melekat di wajahnya. Sejenak dia berpikir beginikah rasanya bahagia bersamanya.
Satu jam melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit dan segera menemui dokter kandungan.
Dokter mulai memeriksa. Setelah itu sang dokter memberitahukan perkembangan janin dalam kandungan Syakia.
"Usianya sudah menginjak 4 minggu dan dia terlihat sangat sehat" Ucap dokter dengan tersenyum.
Wajah bahagia tak bisa di sembunyikan oleh dua pasangan itu.
"Ini vitamin dan susu ibu hamil, di minum secara rutin dan teratur ya" Lajut dokter itu lagi. Syakia dan Fahmi mengangguk pasti.
Pulang dari rumah sakit mereka melihat uminya Fahmi–Sadiah sudah terduduk di kursi teras rumah bersama Anisa juga.
"Umi," Ucap Syakia ketika sudah menghampiri Sadiah.
"Kia, kenapa kamu tidak bilang?" Tanya Sadia meranggkul bahu Syakia.
"Kia juga baru tau kemarin dan barusan juga baru dari dokter" Ucap Syakia.
"Terus gimana kata dokter?" Tanya Sadiah cepat.
"Umi, biar kita masuk dulu ya" Senyum Syakia. Sadiah mengangguk.
"Eh putri ayah, sini" Ucap Fahmi seraya mengambil Sarah dari gendongan Anisa. Kemudian mereka ikut memasuki rumah.
"Jadi gimana kata dokter?" Sadiah bertanya lagi ketika sudah duduk di ruang keluarga.
"Dokter bilang usianya baru 4 minggu" Jawab Syakia.
"Dan dia sehat" Sambung Fahmi.
"Mmh tapi kenapa umi bisa tau?" Heran Syakia karena merasa dia belum memberitahukan pada siapapun selain pada suaminya.
"Semalam Fahmi datang ke rumah, dia menangis terharu pada umi dan abi dan bilang bahwa kamu tengah mengandung anaknya" Ucap Sadiah mengelus kepala Syakia. Dan di balas senyum oleh Syakia, dia tak menyangka Fahmi akan sebahagia itu hingga menangis pada ibunya.
"Selamat Syakia" Ucap Anisa simpel. Syakia hanya mengangguk senyum sebagai jawaban.
Syakia mengerti apa yang tengah di rasakan Anisa sekarang, karena dia tak memungkiri bahwa Syakia juga pernah merasakan itu. Jadi wajar, jika reaksi Anisa saat ini terlihat sangat biasa saja.
***
Akhir-akhir ini, sudah beberapa minggu ini Syakia merasa Fahmi begitu memperhatikannya. Setiap hari dia selalu datang ke rumah Syakia, meskipun dia tetap menginap satu malam sekali seperti biasanya, namun sekarang Fahmi selalu menyempatkan menemui Syakia walau cuma beberapa saat.
Dia juga menjadi sosok yang overprotektif, seperti sekarang, dirinya sejak tadi sibuk di dapur untuk menyiapkan susu ibu hamil untuk Syakia, dan saat ini dia membawakannya ke kamar dan memberikannya pada Syakia.
"Nih, abisin" Fahmi menyodorkan satu gelas susu itu.
Syakia menerimanya "Makasih ya"
"Enak gak?" Pertanyaannya itu di lontarkan Fahmi dengan polosnya.
Syakia terkekeh "Ya seperti susu biasanya, mau coba?"
"Aku kan gak hamil" Ucapnya dengan polos lagi.
"Haha gak papa nih cobain, ayo coba" Syakia mengerjai Fahmi dengan terus menyodorkan susu itu pada hidung Fahmi.
Ulah Syakia membuat aroma susu itu menyeruak ke dalam rongga hidung Fahmi. Seketika sesuatu di dalam perutnya bergejolak, perasaan ingin memuntahkan semua isi perutnya, Fahmi berlari cepat ke kamar mandi, Syakia menyusul Fahmi ke sana. Akhir-akhir ini Fahmi memang seperti itu. Hal itu disebut dengan sindrom couvade atau sering disebut kehamilan simpatik. Yaitu, suami yang istrinya hamil dia merasakan ngidam.
"Kayanya emang kamu deh yang hamil" Ucap Syakia diikuti kekehannya.
Fahmi langsung menoleh cepat "Ngaco kamu"
"Itu buktinya yang ngidam kamu bukan aku" Syakia tertawa.
Fahmi langsung menggenggam tangan Syakia "Kia, ke dokter lagi yu" Ucapnya dengan wajah panik.
"Ngapain?"
"Ya periksa lah, gimana kalo yang kamu bilang itu benar?"
"Haha ya enggak lah kan kamu gak punya rahim" Ujar Syakia mencuit hidung Fahmi seraya berjalan ke kasur. Fahmi merasa lega.
"Aku kok lihat kamu tidak menunjukan tanda-tanda hamil?" Fahmi dengan wajah heranya. Kemudian ikut bergabung duduk di samping Syakia.
"Memangnya tanda-tanda hamil itu seperti apa hm" Goda Syakia.
"Dulu Anisa selalu pusing, muntah, minta makan-makanan yang aneh" Ucap Fahmi menjelaskan.
Syakia mangut-mangut "Hm sepertinya sekarang dia lebih manja dariku" Ucap Syakia datar.
"Terus kenapa kamu gak manja juga" Ucap Fahmi menggodanya.
"Oh tidak tidak, bukan aku yang harus manja tapi suamiku yang harus memanjakanku" Jawabnya angkuh.
"Iya gitu?" Fahmi memicingkan matanya.
"Ya iyalah, pake nanya lagi" Desis Sykia kemudian menarik selimut dan tiduran.
Baru saja Syakia akan memejamkan matanya, tapi dia merasakan Fahmi akan beranjak pergi dari kamarnya.
"Mau kemana kamu? Malam ini kan kamu tidur disini!" Sergah Syakia mendelik.
Fahmi membalikan badannya "Aku tau, aku hanya ingin mengambil minum" Ucapnya sedikit takut melihat raut wajah istrinya itu.
"Yasudah, awas ya kalo berani melangkah pergi dari rumah ini malam ini, kalau besok terserah" Sergahnya lagi.
"Lima menit aku kembali lagi, oke" Bujuk Fahmi.
Setelah itu Fahmi melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minum dan harus kembali dalam lima menit itu "Kok jadi kaya singa betina ya" Gumamnya dalam hati.
Esok harinya orangtua Syakia yang datang mengunjunginya setelah mendengar tentang kabar kehamilan putri mereka. Semenjak itu Salma tidak sabar ingin segera pergi ke rumah anaknya itu begitupun Arif. Dan kedatangan orangtuanya membuat Syakia lebih senang berkali-kali lipat.
See you ya❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Fiction généraleFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...