Sisa Rasa

2.4K 203 12
                                    

Selama berhari-hari waktu Fahmi habiskan hanya terbaring di ranjang rumah sakit yang menurutnya hanya membuang waktu saja baginya. Dia akan beranjak dari ranjang rumah sakit, namun dering ponsel dari nomor yang tidak dia kenal menghentikan gerakanya.

"Siapa?" Ucapnya to the point

"Hey, apa kabar my best friend, bisa kita bertemu? aku ingin bicara"

"Saya gak kenal kamu"

"Ternyata secepat itu kau melupakanku"

"..." Fahmi tak menanggapi.

"Ah ya, mungkin kau akan ingat kalau aku menyebut nama 'Ilham' "

Mendengar itu membuat Fahmi langsung tahu siapa orang di sebrang sana. Fahmi mengepalkan tangannya. Bagaimana mungkin dia tidak ingat, bagaimana mungkin dia lupa pada orang yang sudah menyebabkan dirinya kehilangan bayinya, kehilangan bayi laki-lakinya yang sangat dia tunggu dan sangat ingin dia miliki. Mengingat itu, membuat kepala Fahmi mendidih.

"Mau apa kau!"

"Bisa kita bicara?"

"Aku tidak akan membuang waktu untuk sesuatu yang tidak penting!"

"Ohh, tidak penting ya, oke, tapi bagaimana jika topik yang akan aku bahas mengenai perempuan jelita yang bernasib buruk karena diduakan oleh suaminya" Terdengar sekali nada menyebalkan dari Dion.

Fahmi begitu geram hingga urat-uratnya terlihat "Jangan bawa-bawa dia si*lan!"

Sambungan terputus dari sana, sedetik kemudian sebuah notif masuk ke ponsel Fahmi dan itu adalah sharelok dari Dion. Tanpa pikir panjang Fahmi mencabut selang infus di tangannya hingga darahnya mengalir di selang infus itu. Fahmi segera beranjak dari ranjangnya. Masih dengan balutan baju rumah sakit dan dalam keadaan masih belum stabil Fahmi keluar dari sana.

"Bisa bantu aku sekarang?"

"...."

"Aku belum bisa bawa kendaraan sendiri"

"...."

"Jemput aku ke rumah sakit sekarang"

10 menit kemudian Jafar tiba di depan rumah sakit, dan Fahmi sudah ada di sana.

"Kita akan kemana?"

"Nanti aku tunjukkin"

"Kau yakin Mi, keadaan kamu belum pulih sepenuhnya lho"

"Itu gak penting, ada yang lebih penting dari diriku sendiri"

"Oke, kita jalan"

Setelah sekitar lima belas menit menyusuri jalanan, terlihat dari kejauhan sebuah mobil yang dipastikan milik Dion terparkir di sana di lahan kosong pinggiran kota. Dan laki-laki itu tengah berdiri setengah bersandar di mobilnya.

"Mi, bukankah itu..."

"Iya, yang kamu pikir benar" Fahmi langsung turun dari mobil.

"Datang juga ya" Ucap Dion dengan seringainya.

"Langsung aja!"

"Buru-buru sekali, tapi oke, kita mulai dari mana ya" Dion berjalan mendekat pada Fahmi dengan memasang kedua tangannya pada saku celana.

"Ah ya aku ingin bertanya, apa kau merindukan istrimu yang menghilang?"

"Kau–"

"Atau justru kau terlalu sibuk dengan istri keduamu hingga melupakan istri pertamamu?"

"Jangan bertele-tele!"

"Kau belum paham kemana istrimu dan siapa yang membawanya!"

"Kau tahu, dia adalah perempuan paling bodoh yang pernah aku kenal, oh iya bagaimana mungkin dia tidak bodoh dengan mempertahankan rumah tangganya bersama laki-laki bego!"

Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang