Syakia pernah bilang ada saatnya langit malam begitu terang, ada pula saat bulan hanya termenung sendiri. Ada kalanya bahagia menyapa, dan ada kala kesedihan menghampiri.
Dan kali ini sepertinya bahagia sedang menyapa Syakia.
Satu bulan setelah insiden pengeroyokan Fahmi waktu itu, Syakia mendapati dirinya hamil. Entah mimpi apa dia semalam, ia bahkan setengah tidak percaya dengan tes pack di tangannya yang menunjukan dua garis merah.
Saat itu Syakia merasakan aneh pada badannya, dia juga sedikit heran karena tidak mendapat tamu bulan. Memang Syakia biasanya juga selalu telat ketika dapat, tapi kali ini telatnya begitu jauh.
Syakia melangkahkan kaki mendekati dinding melihat kalender yang menggantung di sana. Lalu dia menghitung angka-angka yang tertera di kertas itu. Syakia sempat berpikiran ke arah situ, tapi dia menggelengkan kepalanya, dia tidak mau kembali dipatahkan oleh harapan yang pada akhirnya semakin membuatnya tidak percaya diri. Lagi pula jika pun itu benar, kenapa Syakia tidak mengalami gejala seperti Anisa yang mual-mual hingga sering muntah. Syakia tidak merasakan itu, akhir-akhir ini ia hanya merasa sedikit pusing dan hilang nafsu makan saja, sepertinya itu hal awam bukan gejala pertanda orang hamil. Perihal keterlambatannya haid itu sudah lumrah terjadi padanya.
Tapi hingga hari semakin siang, Syakia semakin gelisah. Dia bingung dengan perasaannya sendiri. Benar tidak benar tidak pertanyaan itu terus berputar di kepalanya. Sampai akhirnya Syakia memutuskan untuk mengecek nya apa pun hasilnya nanti dia harus siap untuk menjawab rasa penasaran dan gelisahnya.
Maka sore harinya Syakia bersiap melenggangkan kaki menuju apotek terdekat. Dia tidak mau langsung pergi ke dokter, sungguh Syakia takut kecewa lagi. Sekarang ia hanya perlu membeli alat tes itu dan segera membuktikan rasa penasarannya itu.
Saat hendak pergi Syakia sempat berpapasan dengan Fahmi yang baru pulang sholat ashar dari mesjid. Syakia berusaha mencari alasan yang pas kemana dia akan pergi. Kalau Fahmi sampai tahu dirinya akan pergi membeli alat tes terus nanti hasilnya negatif maka Syakia akan malu dan Fahmi akan kecewa lagi.
Fahmi meraih tangan Syakia "Mau kemana? Aku mau ke rumah sekarang" Ucap Fahmi heran, tak biasanya istrinya itu pergi tanpa pamit dulu.
"Um a–aku mau ke– ke– ke pasar" Ucap Syakia cepat di barengi rasa gugup.
Fahmi mengernyitkan kening "Sore-sore gini ke pasar? Bukannya harusnya pagi-pagi ya" Heran Fahmi.
"Ya–emang kenapa kalau sore kan biar adem" Ucap Syakia asal.
Fahmi memicingkan matanya curiga "Udah, gak usah gitu natapnya, beneran aku cuma ke pasar, tiba-tiba aku ingin makan sayur asam dan bahan-bahannya tidak ada di rumah" Bohongnya dengan sangat lancar.
"Maafkan aku Fahmi, karena sudah berbohong" Lirihnya dalam hati.
Fahmi menyerah "Yasudah, pergilah, aku tunggu di rumah" Ucap Fahmi mengijinkan.
"Memang seharusnya begitu, kan hari ini bagian ku bersama Fahmi" Dengus Syakia pelan namun masih terdengar oleh Fahmi membuat Fahmi terkekeh kecil.
***
Syakia pulang dari apotek dengan persaan semakin tak menentu. Dia berjalan cepat memasuki rumahnya dan mendapati Fahmi tengah membaca buku di ruang tamu. Syakia tak menghiraukan Fahmi meskipun saat itu Fahmi meliriknya saat dua mengucap salam. Syakia segera berjalan menuju kamar.
Syakia menaruh tasnya di kasur, kemudian dia berjalan menuju kamar mandi, tepat saat hendak membuka pintu kamar mandi dia berhenti sesat karena ragu. Tapi kemudian Syakia masuk dengan yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
General FictionFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...