Dion

2.2K 176 17
                                    

Seperti dugaan Syakia, setelah dia sadar dirinya sudah ada di ruangan itu lagi, ruangan interior yang di dominan warna putih dengan semerbak wangi macha yang menenangkan tapi tak membuat Syakia nyaman. Syakia ingat semalam dia begitu ketakutan hingga tak sadarkan diri dan berakhir lagi di tempat ini.

Tidak lama suara derap langkah kaki kembali menyentuh gendang telinga Syakia. Syakia sudah hapal siapa pemilik langkah kaki itu, langkah kaki yang terdengar santai ketika berjalan ke ruangan itu. Benar saja, dia yang datang, namun kali ini berbeda, bukan hanya sekedar duduk di depan pintu tapi juga memasuki ruangan itu.

Syakia mengubah posisinya menjadi duduk, Dion berjalan menghampirinya membuat Syakia sedikit takut dan merangsek memundurkan duduknya hingga punggungnya menyentuh kepala ranjang dan meremas selimut dengan erat.

Seorang pelayan juga datang ke ruangan itu membawakan satu nampan makanan lagi mengganti makanan yang sama sekali belum tersentuh oleh Syakia. Pelayan itu baru saja ingin kembali pergi tapi di cegah oleh Dion.

"Tetaplah di sana" Perintah Dion datar. Pelayan itu hanya menuruti dan tetap diam di sana.

Dion menyibak selimut itu ke samping Syakia membuat Syakia sangat terkejut "Apa yang kau lakukan!" Pekik Syakia.

Tapi Dion tak menjawab dia berjalan ke arah nakas dan mengambil sesuatu di sana. Setelah itu dia menarik pelan kaki Syakia hingga Syakia terduduk di pinggiran ranjang dan kakinya terjuntai ke bawah.

"Apa yang kau lakukan!" Sekali lagi Syakia memekik.

Dion kembali tak menghiraukannya, dia berjongkok di depan Syakia dan membuka kotak P3K itu mengambil alkohol dan menuangkannya pada kapas. Dion meraih kaki Syakia tapi Syakia segera menjauhkan kakinya.

"Jangan menyentuhku!" Cegah Syakia memperingati.

Dion masih tak menggubris, dia beralih memakai sarung tangan medis, lalu sedikit mendongkakan kepalanya menatap Syakia "Aku sudah memakai sarung tangan, jadi kulit kita tidak bersentuhan" Ucap Dion datar.

"Aku tetap tidak mau!" Bantah Syakia.

Dion kembali tak menggubris dia meraih kaki Syakia dan meletakkan kaki Syakia di atas pahanya, dia kembali mengambil kapas itu dan menempelkan kapas itu pada telapak kaki Syakia membersihkan luka itu.

"Dokter yang menangani pasien perempuan di rumah sakit terkadang juga laki-laki" Ucapnya datar, mencoba menjelaskan pada Syakia bahwa saat ini dia hanya ingin mengobati Syakia tidak lebih.

Dion kembali meraih kapas lain dan menuangkan obat merah lalu kembali di usapkan pada telapak kaki Syakia, Syakia sedikit mengerakkan kakinya dan sedikit meringis karena perih dari alkohol dan obat itu. Setelah itu Dion membalut kaki Syakia dengan kasa gulung.

"Seharusnya jika kau ingin kabur jangan lupakan alas kakimu" Ucapnya masih dengan datar sembari membereskan peralatan P3K dan menyimpannya kembali ke laci nakas.

"Bagaimana aku bisa memakai alas kaki jika tidak ada barang itu di sini!" Kata Syakia ketus.

Dion sedikit menyunggingkan senyumnya "Ah iya aku lupa soal itu"

"Tapi aku kagum padamu, kau masih bugar walau sudah hampir dua hari tidak makan, ah dan ya, bahkan semalam kau masih bisa berlari, di tengah hutan pula" Ucap Dion masih tersenyum tipis.

Syakia tak bicara lagi dia hanya memutar bola matanya.

Dion kemudian menarik kursi rias dan mendudukinya. Dia menumpukan kedua tangannya pada kedua pahanya.

"Kia, apa yang aku lakukan padamu itu jahat?" Tanyanya.

Syakia langsung menyahut "Tentu saja, semalam kau mengejarku seperti psikopat yang siap membunuh!" Sarkas Syakia.

Dion sedikit terkekeh, "Itu karena kau kabur seperti tikus pencuri"

"Itu karena aku ketakutan olehmu!"

"Lalu apa yang harus kulakukan agar kau tak ketakutan padaku" Tanya Dion kali ini matanya terlihat sedikit sendu.

"Lepaskan aku dari sini, dan biarkan aku hidup tenang di lingkunganku"

"Lalu, jika aku melakukan itu apakah aku tidak akan kehilanganmu, apakah aku masih bisa bertemu denganmu, apakah aku masih bisa melihat wajahmu, apakah aku masih bisa menikmati pemandangan saat kau marah?" Ucap Dion dengan runtutan pertanyaan tatapan matanya terlihat begitu dalam.

"Dion...." Lirih Syakia. "Kau masih bisa bersama perempuan lain dan kamu bisa melakukan itu, menatap wajahnya, menatap senyumnya, saling melengkapi dan bahagia bersama-sama" Tutur Syakia.

Dion bangkit dari duduknya "Aku sudah mencoba itu, aku sudah Syakia, aku sudah mencoba itu dengan Anisa, tapi nyatanya aku tidak bisa!"

"Apa" Syakia sedikit bingung. "Anisa? Apa maksudmu?" Tanya Syakia bingung.

"Iya Anisa, perempuan yang aku nikahi saat aku mencoba melupakanmu"

"Jadi kamu mantan suami Anisa?" Syakia terkejut.

"Iya"

....

Mereka saling terdiam beberapa saat.

Syakia masih belum bisa mencerna ini semua, bagaimana bisa, laki-laki yang dulu sempat Syakia kenal ternyata mantan suami dari madunya, kenapa semuanya seolah berkaitan membentuk simpul yang sulit untuk Syakia pahami.

"Aku tahu kamu baru mengetahui ini, tapi itulah faktanya Syakia, wanita yang mencoba merebut suamimu adalah mantan istri dari laki-laki yang pernah bahkan masih mencintaimu" Ucap Dion sembari melenggang pergi. Namun dia kembali berbalik.

"Jangan lupakan makananmu. Kia, makanlah dan kasihanilah bayimu" Setelah itu Dion benar-benar pergi dari ruangan itu diikuti pelayan itu. Tadi Dion sengaja menyuruh pelayan itu agar tetap di ruangan, agar dirinya tidak berdua saja dengan Syakia.

Sementara Syakia masih diam tak bergerak, rasanya masih tidak percaya dengan semua hal yang dia lalui.

_________________________________________

Babang Dion dingin tapi ngangenin ya😁
Kira-kira Kia luluh gak ya🥲

Follow Ig aku ya @sintawaticc🙃

See you❤️

Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang