"Kamu yakin mau ngurus panti?" Tanya Fahmi kemudian setelah lama mereka saling diam di mobil yang tengah melaju itu
"Iya, aku ingin merawat mereka, meski sudah operasi tapi aku kadang masih merasa sakit, dan mungkin jika aku melihat tawa anak-anak itu bisa mengurangi rasa sakitku" Ucap Anisa tersenyum menoleh pada Fahmi.
Fahmi memutar setir menepikan mobil. Lama Fahmi diam.
"Kenapa kita berhenti, kalo kita lama diperjalanan, kasian Kia nungguin kamu di sana" Sahut Anisa.
"Maafkan aku" Ucap Fahmi seraya menunduk.
Anisa menoleh lagi "Kenapa kamu minta maaf?"
"Ini semua salahku, semuanya" Ucap Fahmi dalam.
"Fahmi..." Gumam Anisa.
"Seharusnya, mungkin dulu aku tidak menerima permintaan abi untuk menikahimu atas wasiat dari almarhumah ibumu"
Anisa menatap sendu "Lalu kenapa kamu menerimanya?"
"Wasiat tidak bisa di tolak Anisa.... mungkin bisa saja, dulu aku menolaknya dan biar kak Imran yang menikahimu, tapi saat itu baik aku, umi, abi semuanya mengkhawatirkan kak Ulfa yang tengah mengandung kami takut dia terguncang..." Fahmi menjeda kata-katanya "Tapi, justru tanpa ku pikirkan bahwa Kia sama terguncangnya, bahkan kini nyawanya dan anak kami terancam karena dia begitu tertekan di tengah kehamilannya" Matanya mulai berlinang.
Anisa hanya diam mendengarkan,
"Dan kamu, aku bahkan sering menyakiti hatimu karena tidak bisa memberikan rasa cinta seperti yang kuberikan pada Kia, kamu harus mencintai sendirian, sekarang kamu juga merasakan sakit pada ragamu dan aku juga buruk dalam merawatmu"
"Bukankah semua orang pantas menertawakanku atas ketidakbecusan ku sebagai suami dan kepala keluarga" Fahmi tertawa getir.
Anisa mengusap bahu Fahmi "Tidak sepenuhnya salahmu, aku juga salah dalam hal ini"
Fahmi menoleh "Aku salah karena aku telah jatuh cinta padamu, jujur saja pada awalnya aku tidak begitu peduli dengan pernikahan ini karena saat itu aku masih mencintai Dion, namun pada akhirnya aku semakin menaruh rasa padamu, hingga aku menjadi perempuan yang tidak berperasaan dan ingin merebutmu sepenuhnya dari Syakia hatimu dan cintamu, hingga aku melukai perasaan Syakia" Air mata mengalir dari pelupuk Anisa.
Fahmi menarik Anisa ke dalam pelukannya "Perasaan cinta muncul tanpa kita ketahui, aku sangat menghargai perasaanmu itu, ketahuilah aku juga menyayangimu sebagai istriku meski tak bisa memberikan cinta sebagai laki-laki pada wanita, tapi aku menyayangi" Fahmi mengelus belakang kepala Anisa dalam pelukannya.
"Aku bisa merasakannya, dan aku bahagia kamu bisa menyayangiku meski tidak mencintaiku" Anisa semakin memeluk suaminya erat.
"Maafkan aku, maaf untuk semua" Ucap Fahmi pelan dan dalam.
***
"Assalamualaikum, Kia?"
Syakia berjalan ke arah ruang tamu asal suara ibunya "Iya umi"
"Kamu abis ngapain? Kok celemeknya putih-putih gitu"
Syakia menunduk menoleh celemeknya "Hehe, tadi aku bingung mau ngapain bosen juga, tiba-tiba aku pengen makan kue, aku juga inget a Fahmi suka kue coklat" Ucapnya nyengir.
"Bosen? Emang Fahmi kemana? Dan bukannya tadi juga ada Anisa kesini?"
"Hm, sekarang a Fahmi lagi nganterin Anisa pulang, aku yang nyuruh kasian sejauh itu jika harus pulang sendirian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Di antara Dua Hati (Sudah Terbit)✅
Ficção GeralFahmi dan Syakia selalu hidup bahagia dan harmonis setelah hampir 2 tahun mereka menikah. Namun tiba-tiba bahkan tak pernah terpikirkan sedikit pun oleh Syakia bahawa suaminya akan datang kepadanya untuk meminta ijin menikah lagi. Bibir Syakia kelu...