ALTERNATIVE ENDING

586 90 29
                                    

      AKHIRNYA NULIS JUGA. SYUKUR BANGET. AKU NGGAK PHP IN. CUMA AKU LAGI SAKIT STRUK. TANGAN KANAN GAK BISA DI GERAKIN, KAKI JUGA SEDIKIT-DIKIT ADA PERGERAKAN.
 
Tapi sekarang sehat walafiat.

     PENYEBABNYA GAK TAU. HANYA BAGUS DOANG, SEMUA NGGAK ADA MASALAH, INI MASIH DICARI SAMA DOKTER. DOAKAN YA TEMAN-TEMAN  SEMOGA SEHAT WALAFIAT.

YA NULIS CERITA INI NADYA DIKIT-DIKIT DOANG SIH, TERIMA KASIH NADYA.

Ini cuma satu chapter lagi, gak  terima pajak. LOL.

     Aku pengen kalian tulisan perasaan kalian membaca chapter ini, karena aku pengen tau banget pengalaman kalian baca chapter ini. Ya, seperti yang sudah aku infokan. Setelah chapter ini, cerita The Woman In Black masih ada lanjutannya, satu chapter lagi.

    Jadi, aku ingin ada kenang-kenangan dari kalian dalam kolom komentar ini. Semoga saja tidak terlalu berlebihan :)

     Aku pengen kalian tulisan perasaan kalian membaca chapter ini, karena aku pengen tau banget pengalaman kalian baca chapter ini.

Semoga saja tidak terlalu berlebihan :)

REMEMBER FOLLOW, VOTE AND COMMENT :)

*

  Malam kemarin, aku bermimpi indah hingga rasanya aku tidak sanggup untuk keluar dari dunia itu. Mungkin awalnya terlihat buram. Namun berangsur-angsur tampak begitu realistis.

    Saat itu, aku berdiri di balik pohon bunga yang sedang bermekaran, angin meniup setiap helai dahan––menggugurkan bunga-bunga merah muda yang anehnya dapat tercium harum. Lalu aku melihat gaun yang kupakai, berwarna putih dan berlengan pendek. Rambutku terurai dengan bagian samping helai rambutku dijepit di belakang dan dipasang pita.  Aku mengintip di balik pohon ketika melihat seseorang sedang berdiri beberapa meter jauhnya dariku.

    Wanita itu memakai gaun putih gading berekor panjang yang sangat indah. Rambutnya disanggul namun beberapa helai rambut depannya sengaja dilepas. Ada kerudung transparan yang menutupi wajahnya. Ketika aku ingin menghampiri wanita itu––mencoba untuk mengetahui identitasnya. Muncul seorang pria berbahu lebar, tinggi tegak di belakangnya sedang berjalan menuju wanita tersebut. Aku mengamati pria setengah baya itu––dia memakai pakaian pengantin kerajaan dengan ornamen emas yang menghiasi pakaian putihnya. Semakin mendekat, wajah pria itu pun jadi sangat jelas. Walaupun kini wajahnya tampak bersinar, terlihat sangat muda juga segar tanpa goresan luka sedikit pun. Aku bisa mengenali pria itu. Alisnya yang hitam, warna matanya serta tatapan itu. Aku membelalak, terperanjat, membekap mulutku sendiri agar tidak terpekik hingga mengejutkan mereka.

    Pria itu ... pengawal pribadi Mama. Mr. Williams. Tapi kenapa dia ada di sini?

    Aku melihat Mr. Williams berdiri di belakang wanita itu, mendekatkan wajahnya ke telinga si wanita. Kepala wanita itu bergerak seperti mendengus kemudian Mr. Williams mendekat ke sampingnya sehingga wanita dapat menghadapnya. Tangan Mr. Williams pun melayang pada kerudung wanita itu, menyingkap penghalang wajahnya. Aku terbatuk lirih, alisku terangkat sewaktu melihat wajah Mama yang cantik dan merona.

     Jemari Mr. Williams menangkup wajah Mamaku, ibu jarinya bergerak menyapu lembut pipinya lalu berkata, “istriku.”

    Mama yang mendengarnya tersenyum semringah. Memerosok dirinya ke dada Mr. Williams. Mereka saling memeluk. Mau tak mau aku sendiri jadi gugup, kuyakin pipiku juga merona menyaksikan kebahagian Mama. Tapi aku bahagia. Mr. Williams merupakan pria yang cocok bersanding bersama Mamaku. Senyum yang terpantri di bibir Mamaku jelas bukan menipu.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang