HORE AKHIRNYA SELESAI JUGA, AKU MENANGIS ...
GAK JUGA SIH, AWOAWO
NAH, AKU PENGEN KALIAN DENGERIN LAGU ITU, AKU MEMOHON, SOALNYA LAGU ITU NGINGETIN SOAL THE WOMAN IN BLACK
DENGERINNYA DI AKHIR VIDEO YAAAAAA.
AKU MAU CERITA DIKIT, TENTANG MASALAH SAKIT AKU. AKU MENDERITA PENYAKIT STRUK, DARI BULAN APRIL. LAMA BANGET. DOKTER JANTUNG DAN DOKTER YANG LAIN MENGATAKAN KALAU AKU BAIK-BAIK SAJA. ALHAMDULILLAH. GAK ADA PENYAKIT APAPUN, SEMUANYA NORMAL.
MUNGKIN TUHAN INGIN AKU ISTIRAHAT SEBENTAR. BIAR AKU BISA NULIS LAGI BUAT NGEHIBURIN KALIAN.
TAPI TANGAN DAN KAKI MASIH SAKIT. YA WALUPUN UDAH LUMAYAN. BISA GERAK LAGI, TANGAN JUGA BISA NGETIK NOVEL, KAKI WALAUPUN MIRING MASIH BISA DI GERAKIN. YA ALHAMDULILLAH.
AKU DULU LUPA INGATAN, CUMA SEDIKIT-DIKIT AJA, YA WALAUPUN GAK KENAL NAMA. AKU MASIH INGET NAMA KELUARGA AKU.
UNTUK PENDONGENG DAN LAIN-LAINNYA, AKU BERHENTI NULIS YA, UNTUK KESEHATAN AKU. YA, WALAUPUN ITU BERAT UNTUK BERHENTI NULIS, AKU MASIH NULIS CUMA SEDIKI-DIKIT TAPI AKU GAK PUBLISH. UDAH SEGITU AJA.
Aku pengen kalian tulisan perasaan kalian membaca chapter ini, karena aku pengen tau banget pengalaman kalian baca chapter ini. Setelah chapter ini, The Woman In Black selesai, gak ada lanjutannya.
Jadi, aku ingin ada kenang-kenangan dari kalian dalam kolom komentar ini. Semoga saja tidak terlalu berlebihan :)
Aku pengen kalian tulisan perasaan kalian membaca chapter ini, karena aku pengen tau banget pengalaman kalian baca chapter ini.
Semoga saja tidak terlalu berlebihan :)
REMEMBER FOLLOW, VOTE AND COMMENT :)
*
Joe melepaskan tanganku, berbalik untuk memandangiku. Aku tersenyum kikuk, menoleh untuk memerhatikan keadaan di lorong. Aku belum pernah ke tempat ini––bahkan aku tidak tahu kalau tempat ini ada.
“Di mana kita?”
“Lorong lukisan,” kata Joe. “Well ... Jarang ada yang kemari karena tempatnya tidak begitu ditujukan untuk umum.”
Aku mengangguk. Mengamati lukisan yang berderet rapi di dinding. Lalu kembali menatap Joe. “Jadi, ini yang ingin kamu tunjukkan?” Sebaik mungkin aku tidak ingin terlihat tak acuh padanya, padahal aku ingin sekali kembali ke pesta.
“Bukan,” Joe menggeleng. Yang mengejutkan Joe tidak menjelaskan maksudnya. Apa yang mau dikatakan Joe?
“Joe, apa yang tadi kamu katakan?”
“Philip,” semburat kesedihan kembali muncul. “Itu adalah aku, Pangeran Philip.”
Aku menggelengkan kepala, kepalaku seperti baru saja dihantam. Napasku tersedat-sedat mendengar pengakuan Joe. “Kamu tidak mungkin, Philip,” bisikku. “Kamu tidak mungkin dia. Itu ... Itu tidak masuk akal.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Woman In Black
HorrorNamaku Samara Grimonia. Aku pengamat yang sangat baik. Aku lebih menyukai mengamati mereka yang berada di sekitarku daripada berinteraksi dengan orang asing, mungkin itu mengapa orang-orang sering mengatakan kalau aku pendiam. Aku seperti gad...