The Woman In Black #6

5.5K 505 15
                                    

Sekarang kami berada di bandar udara Paris-Charles de Gaulle. Kami sudah mengalami pemeriksaan di sini. Cukup menyebalkan jika harus terus di tanya, menunggu. Dua kali transit, itu sangat menyebalkan untukku. Menunggu hingga berjam-jam waktunya.

Dan sekarang di sinilah kami. Di luar bandar udara Paris-Charles de Gaulle.
Tanganku sudah terisi dengan koper dan tas berukuran sedang. Di sini kami di buat menunggu lagi. Kata Alby bukan,dia tau dari ibunya. Katanya akan ada bus jemputan untuk pergi ke asrama tersebut pada kenyataannya tidak ada. Bahkan kakikku terasa pegal menunggu. Ini masih pagi. Alby sedikit memperbaiki jam tangannya,mengatur jam sesuai dengan keadaan di Perancis.

Dua jam kami menunggu. Ini benar-benar membosankan. Kulihat ada beberapa orang juga berkumpul dan bicara tentang asrama dan terlintas di otakku adalah mereka sama denganku. Mencari bus yang akan mengatarkan kami menuju asrama. Seorang gadis berambut hitam pekat, berkulit putih mengajak berkenalan denganku. Jelas di sini aku terheran-heran. Ini masih asing bagiku.

"Kamu menunggu bus untuk pergi ke asrama?" Tanyanya,aku mengangguk kecil.

"Kita sama!" Ucapnya girang.

"Aku juga akan ke asrama. Sudah berapa jam kamu menunggu bus yang akan mengantar kita ke asrama?" Tanyanya.

"Dua jam mungkin," ucapku terdengar seperti berbisik.

"Berarti kamu lebih lama dariku. Owh! Aku lupa memperkenalkan namaku," ucapnya. Dia mengulurkan tangannya padaku. Aku menerimanya dengan baik.

"Namaku Maya Lathika Lavanya. Aku berasal dari India. Kamu tahu India?" Tanyanya, aku mengangguk. India yang terkenal suka menari saat ada suara nyanyian atau budayanya yang kental.

"Namamu siapa?" Tanyanya.

"Samara Grimonia," ucapku.

"Nama yang bagus," pujinya. Kami melepaskan tangan.

"Kamu mau ikut bergabung dengan yang lain?" Tanya Maya.

Aku menatap Alby di sisiku, dia mengangguk.

"Oke," ucap singkatku.

Maya langsung memegang tanganku membuatku terpekik kaget. Dia membawaku ke gerembolan wanita dan pria. Memperkenalkan aku pada mereka. Lalu kembali berbincang denganku. Ingin sekali aku menghindar dan meminta Alby saja yang menemaniku tapi melihat Alby yang kini sibuk dengan kertas dan pensilnya membuatku mendesah pasrah. Di saat seperti ini pun dia masih saja bisa menggambar.

"Dia temanmu?" Tanya Maya menunjuk Alby.

"Iya," jawab singkatku.

"Kulihat tadi dia di sana," ucapnya sambil menunjuk Elby yang sedang berbincang dengan gerombolan pria.

"Hah? Mereka..." ucapnya dengan mimik wajah yang bingung. Maya terus menatap Alby lalu Elby membuatku tertawa kecil.

"Mereka kembar," ucapku, dia hanya ber-oh-ria. Tersenyum tipis padaku.

"Baiklah, bisa beritahu aku siapa nama mereka," pintanya, aku mengangguk. Jari telunjuk mengarah pada Alby.

"Pria yang sedang menggambar itu namanya Alby. Kamu bisa melihat rambutnya yang galing dan berwarna keemasan itu," kualihkan pandanganku ke arah Elby sembari menunjuknya kembali,"Dia Elby, kakaknya Alby. Kamu bisa melihatnya sendiri. Rambutnya tidak seperti Alby."

Maya mengangguk sembari tertawa kecil, "Aku lebih suka Alby. Kamu tau rambutnya itu lucu!" Aku tersenyum tipis. Ada rasa tidak suka dari perkataan Maya. Dia tidak tau saja sifatnya seperti apa.

Maya melirik jam tangannya yang berwarna Pink. Menggerutu kesal sambil memaki pelan.

"Ini sudah jam sepuluh mereka masih belum datang! Jika seperti ini aku akan mati karena lelah menunggu," ucap Maya.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang