The Woman In Black #15

3.9K 421 14
                                    

Hai semuanya, aku kembali lagi. Maaf karena sempat hilang dalam cerita ini. Sekarang aku mau nuntasin misteri yang diberikan oleh Samara dan sahabatnya.

Dan dari beberapa hari aku menghilang. Mereka memberi kabar padaku bahwa ada misteri baru yang sedang mereka pecahkan. Ssstt.....mereka merahasiakan ini dari siapapun. Jadi, aku bantu mereka. Dan dari beberapa manuskrip yang kudapatkan dari mereka semua menceritakan tentang sebuah sejarah. Thank Elby. Kamu selalu di andalkan. Jadi dari pada penasaran. Sebaiknya kalian baca apa yang mereka berikan padaku.

Happy Reading

'-' '-'

-------------
"Dia wanita yang jelek. Aku yakin itu. Pakaiannya saja tidak se-elegan Ratu Victoria. Pakaiannya serba hitam. Aku sangat yakin di balik cadarnya yang hitam itu. Dia pasti hantu yang jelek," ucap Maya yang membuatku pusing mendengarnya.

Dia selalu membicarakan sosok wanita bergaun hitam itu sejak pagi hingga makan siang. Aku hanya bisa diam mendengar celotehan kesalnya karena kejadian malam. Tanganku sedang memegang buku. Beberapa kali melirik Maya yang sedang berceloteh dan memakan Apel-nya.

"Berhenti membahas wanita bergaun hitam itu lagi. Mungkin malam kamu sedang mengantuk. Kamu kan sedang membaca buku bisa saj----"

"Tidak Samara! Aku melihatnya. Dia masuk ke kamar kita. Berdiri sembari melihatku! Kamu bayangkan! Melihatku!!" Aku menjauhkan tubuhmu dari Maya. Dia selalu saja histeris jika aku sudah membahas tentang tingkahnya malam itu.

Aku bergerak melewati lorong. Sesekali harus menyisi jika ada segerombolan anak nakal atau mungkin beberapa orang yang benar-benar sibuk sehingga berlari di sekitar lorong.

"Berapa menit lagi kita akan ke kelas?" Tanyaku mengalihkan celotehannya.

Dia bergumam pelan, melirik jam tangan Invicta-nya. Kemudian menggumam pelan dan berkata,"Lima belas menit lagi." Dia mengunyah Apel-nya kembali,"Jangan sampai terlambat karena kita akan belajar dengan Miss Maureen. Guru itu tidak suka ada yang terlambat masuk pelajarannya."

"Dari mana kamu tahu?"

"Aku menguping dari kakak kelas kita saat di kantin."

Aku mengedipkan mataku beberapa kali lalu mengangguk tegas tanpa ingin berkomentar tentangnya.

"Sebaiknya kita sudah berada di kelas. Aku tidak ingin hari pertamaku masuk kelas menjadi hal yang memalukan," ucapku kepada Maya.

Maya hanya menggumam pelan.

Kami berjalan tanpa terburu-buru sampai aku melihatnya. Melihat Alby dengan Firein. Alby tengah menjelaskan tentang cara menggambar atau mungkin yang lain. Entahlah, aku tidak mendeskripsikan ketika melihat Alby bersama Firein. Alby tampak sibuk menjelaskan sebuah gambar pada Firein.

Aku melewati mereka yang sedang asik bercanda gurau. Dan...mendengar sedikit pembicaraan mereka.

"Jika kamu ingin menunjukkan sebuah kedalaman atau kesan ruang. Kamu bisa memberikan gelap terang pada gambarmu ini. Itu akan terlihat seperti hidup," ucap Alby. Kulirik ia mempraktikkan maksudnya tersebut.

Teman lama memang selalu dilupakan---gerutuku di dalam hati. Aku tetap berjalan. Hingga suara pria itu terdengar di telingaku.

"Samara!" Aku tidak berbalik sama sekali. Aku memeluk erat bukuku.

"Samara, Alby memanggilmu.." Maya menengok ke belakang lalu melanjutkan,"Alby yang rambutnya galing-kan?"

Aku hampir saja ingin tersenyum ketika mendengar Maya bertanya seperti itu.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang