The Woman In Black #45

2.4K 283 16
                                    

ALBY : KAN... KAN... BANYAK YANG SUKA, BANYAK YANG NEROR

ME : MAKAN MIE PAKE TELOR ENAK YA KAYAKNYA 😞😞

REMEMBER VOTE AND COMMENT

*

Lima belas menit, aku terlambat datang cepat menghadiri rapat malam bersama teman-temanku karena Maya. Perempuan itu cukup membuatku kelelahan selepas makan malam, dia menceritakan banyak hal sehingga membuatku mengantuk dan tidur. Dan anehnya, kakakku malah tidak membangunkan aku dari tidur. Seolah itu perlu. Aku sudah keluar dari kamar mandi dua menit yang lalu untuk mencuci wajah kemudian beralih mengambil selopku. Aku berjalan cepat menuju pintu, memutar kenop, dan membukanya. Aku menoleh ke belakang untuk sejenak, untuk melihat keadaan Maya yang masih pulas dalam tidurnya dalam keadaan tubuh telentang dan bibirnya yang terbuka. Aku menahan tawaku agar tidak meledak. Aku segera keluar dari kamar, menutup pintu secara hati-hati agar tidak menimbulkan bunyi gaduh. Lalu melenggang pergi meninggalkan kamar. Aku sedikit menurunkan kecepatan larianku agar tidak begitu menimbulkan suara gema dari selopku. Aku tidak ingin saat aku sampai di bawah, aku malah tertangkap oleh salah satu penjaga malam. Tanganku meluncur di peyangga tangga saat aku menuruni undakan tangga. Rambutku tidak aku ikat sehingga bergoyang-goyang kecil. Aku menggigit bibir bawahku saat merasakan hawa dingin yang menyengat tubuhku begitu cepat sehingga membuatku menggigil karenanya. Aku bodoh karena tidak memakai mantelku, namun aku teringat pada kejadian beberapa malam yang lalu bahwa aku pernah tertangkap oleh Joe karena warna mantelku yang mencolok. Aku menghela napas panjang. Aku terhenti sejenak kemudian bersandar cepat ke balik dinding yang tertutup saat mendengar suara derap langkah kaki yang mendekat. Aku menelan ludah dengan sulit. Jangan, jangan sampai penjaga malam. Aku menghitung dari satu sampai sepuluh, dan tepat hitunganku ke sembilan. Aku tidak mendengar derap langkah kaki lagi. Aku mengintip di balik dinding, berjalan sedikit mendekati penyangga lalu menunduk untuk melihat situasi yang ada di bawah. Aku melihat ada lampu yang berkedip-kedip. Aku rasa itu cahaya senter dari penjaga malam. Ketika aku menyadari bahwa cahaya senter itu lenyap, aku segera bergerak cepat menuruni tangga. Hingga setelah perjalanan yang menguras tenaga juga mendebarkan, kakiku bisa berpijak pada dasar lantai. Aku tersenyum tipis walaupun napasku tersengal-sengal. Aku menengok ke kiri dan kanan, melihat situasi yang terjadi. Dan kupikir telah aman, aku langsung bergerak untuk semakin berani keluar dari zona amanku. Biasanya ini mudah, namun sekarang seperti ada penjagaan ketat sehingga begitu menyulitkanku. Jika saja ada Alby, atau Elby, mereka akan mengalihkan perhatian sehingga dapat membuat kami sama-sama saling membantu dan menjaga.

Aku mendengar udara mendesau dari ketinggian kemudian menyentak pada permukaan paling atas di kastil ini. Dentingan kecil terdengar di telingaku, membuat jantungku berpacu semakin cepat. Dadaku naik-turun karena begitu ketakutan juga gelisah. Aku menengok ke belakang sesekali untuk memastikan keadaan. Rambutku yang menjuntai mulai tersapu oleh angin malam yang masuk dari celah yang terbuka lebar di kastil ini. Hingga tiba-tiba saja, aku mendengar suara derap langkah sepatu yang mendekat. Aku menghentikan perjalananku. Kepalaku menoleh ke kanan dan kiri, ekor mataku sudah menangkap sebuah sinar cahaya yang ada di tikungan. Sial, penjaga malam! Tanpa ingin membuang waktu, aku mengambil jalan lain, untuk pengalihan sejenak. Lorong yang aku tempuh punya dua cabang, ke depan dan ke samping dan aku mengambil arah ke samping untuk pengalihan persembunyianku. Aku mengubah arah dengan cepat, berlari menghindari penjaga malam. Mataku mengedip, nyaris saja aku terpeleset karena selopku ini. Aku berjalan di dekat dinding agar tidak begitu mencolok. Derap langkah itu semakin keras terdengar di telingaku, menandakan semakin dekatnya penjaga malam itu ke arahku. Tentu saja Samara, penjaga malam di sini memiliki kaki yang panjang, berbanding terbalik dengan kakimu yang kecil. Di hadapan mereka kamu hanya sebuah bonsai yang imut. Aku meringis atas pemikiranku sendiri. Harusnya aku menurut kata mamaku untuk meminum susu secara rutin. Aku sedikit menyetakkan tubuhku ke belakang karena hampir saja menabrak salah satu hiasan yang ada di kastil ini.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang