The Woman In Black #78

1.5K 178 42
                                    

Akhirnya bisa update lagi!
Ngomong-ngomong 1 chapter lagi tamat.

Dan! Ada berita kecil-kecilan di bawah chapter. Jangan langsung di scroll ke bawah. Semoga enjoy dengan chapter ini.

Ngomong-ngomong ini permintaan, boleh dong 😂

Aku pengen kalian tulisan perasaan kalian membaca chapter ini, karena aku pengen tau banget pengalaman kalian baca chapter ini. Ya, seperti yang sudah aku infokan. Setelah chapter ini, cerita The Woman In Black akan tamat.

Jadi, aku ingin ada kenang-kenangan dari kalian dalam kolom komentar ini. Semoga saja tidak terlalu berlebihan :)

REMEMBER FOLLOW, VOTE AND COMMENT :)

*
     Aku bangun dalam posisi duduk, napasku terengah-engah. Mataku terpejam. Aku yakin tadi itu hanya mimpi, karena aku terlalu takut pada Bibiku. Tapi, mimpi itu tampak nyata. Bahkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh cekikan erat Bibiku masih terasa sampai sekarang. Aku meraba leherku lalu mengernyit merasakan goresan di sekitarnya. Hujan mendera di luar kamarku dengan alunan merintih. Suara kepakan sayap berdesir di atasku. Suara kepakan sayap ...

   Aku mendongak, membuka mataku. Kemudian terkesiap melihat kupu-kupu hitam setengah terbakar terbang di atasku. Aku menunduk dan melihat ke sekeliling. Aku tidak berada di kamar. Aku berada di tempat lain. Jauh dari rumah. Jauh dari alamku berada.

   Selama aku mengatur napasku, aku meneliti ruangan tempatku berada. Ruangan ini tidak memiliki perabotan apa pun. Kosong melompong. Hanya ada tiga jendela besar yang melengkung ke atas menghiasi ruangan ini. Cahaya biru pucat menerobos masuk dari celah kaca-kaca terbingkai hingga bayangannya menjuntai lurus menyapu sebagian tubuhku. Tetesan hujan memercik pada kaca-kaca hingga membentuk embun tipis.

   Abu hitam dari kupu-kupu yang sudah terbakar menyebar di seputaran tubuhku. Mereka yang masih hidup mengepak-ngepak berkeliaran di ruangan. Beberapa tampak seperti membawa lampu gelora pada sayapnya sebelum musnah dilahap api. Aku pun bangkit, mengulurkan tangan untuk menyentuh kupu-kupu hitam yang belum terbakar di hadapanku. Kupu-kupu itu menghindar setelah terkena sentuhanku. Lalu secara mengejutkan gerombolan kupu-kupu yang melayang tenang itu berubah menyerbu tubuhku, menabrakkan diri mereka seolah aku adalah predator. Kepakan sayap mereka menampar-nampar wajahku. Aku menutup telinga ketika ada kupu-kupu yang ingin menerobos masuk ke dalam sana. Tubuhku digigiti. Aku memejamkan mata, menjerit keras merasa sakit mendekam. Kemudian suara bising mereka menjadi memelan tergantikan oleh suara seseorang yang secara bergantian berubah. Dari berat ke melengking. Bahkan bisikan-bisikannya kacau sehingga aku tidak bisa mengartikan apa yang mereka katakan. Hingga suara paling berat menggema. Aku dapat memahami perkataan orang itu walaupun dia menggunakan bahasa Perancis yang sangat kental.

“Beri hormat kepada Ratu kita sekarang, Ratu Valencia Grimoire!”

   Lalu sorak sorai terdengar. Bisikan berdesing-desing kembali bersautan lalu melebur lagi menjadi rendah.

“Ratu telah kehilangan anaknya. Kecelakaan yang terjadi saat itu membuatnya keguguran ... ”

     Aku menjerit lebih keras untuk meredam berbagai suara yang masuk ke dalam telingaku. Hingga aku tidak merasakan lagi kepakan sayap yang menyambar wajah juga tubuhku. Suara-suara itu juga lambat laun mereda. Namun aku merasakan keganjilan lain. Ada sorak-sorai yang memekak. Tubuhku ditempa oleh panas lembut. Berbanding terbalik dengan keadaanku yang sebelumnya. Yang begitu kedinginan. Suasana yang kurasakan sekarang sama seperti kegiatan menjemur saat matahari mulai merangkak naik ketika pagi. Apakah ini karena reaksi gigitan kupu-kupu? Atau karena luka bakar yang kupu-kupu itu bawa padaku?

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang