The Woman In Black #5

5K 535 9
                                    

Beberapa jam di pesawat membuatku bosan. Walaupun Alby berusaha menghiburku tapi tidak menampik bahwa dia juga merasa bosan di sini. Aku menguap beberapa kali, mataku bahkan sudah seperti ingin padam. Alby yang kini tengah menggambar,entahlah ia menggambar apa. Aku tidak peduli. Menatapku dengan senyum jahilnya.

"Kalau mengantuk tidur saja, bahuku kosong kok Samara," ucap Alby jail sembari menepuk bahunya. Aku mendengus kesal, menyenderkan tubuhku ke jok. Menutup mataku lalu terbangun sesekali karena posisiku yang tidak enak. Aku membasahi bibirku. Sungguh ini tidak nyaman. Aku kembali menutup mataku, kali ini aku setengah sadar sampai aku merasakan sebuah tangan menyentuh kepalaku. Membawa kepalaku ke tempat yang lebih baik dari sebelumnya.

*

"Putri Verucia bangun." Mataku bergerak membuka, melihat seisi ruangan ini.

Sial, kenapa aku berada di sini lagi? Kulihat ada seorang wanita dengan topi bonnet. Pakaianya seperti pelayan. Aku segera mengubah posisiku menjadi duduk.

"Putri kita harus pergi dari sini. Keadaan sudah berbahaya Putri Verucia," ucap pelayan tersebut. Aku masih di ranjang. Dia berjalan menuju lemari pakaianku,mengambil beberapa gaunku, menaruhnya ke sebuah tempat seperti kotak yang bisa dibilang mungkin koper?

Suara senapan meletus,meluncur cepat pada tubuh seseorang atau mungkin benda lain. Suara makin diperparah dengan meriam yang di tembakkan beberapa kali,merusak benteng-benteng kokoh. Astaga! Aku ada dimana? Ini jauh mengerikan. Suara jeritan terus meninggi seiring detik.

Aku seperti tidak bernapas, tanganku mendingin dan kaku. Kini aku menatap pelayan wanita itu kembali yang kini tengah membelakangi tubuhku. Kuberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Kemana kita akan pergi? Dan kenapa kita harus pergi? Apa yang terjadi?" Tanyaku bertubi-tubi.

Dia diam sekejap dari aktivitasnya. Dahiku mengernyit karena dia belum menjawab atau memunculkan wajahnya padaku. Sampai gaun yang pegang jatuh ke lantai. Memutar tubuhnya untuk menghadap kepadaku.
Disaat itu mataku membulat sempurna setelah melihat mata wanita itu mengilang,menampilkan dirinya dengan wujud menyeramkan.

"Karena jika kamu disini kamu akan mati."

Seketika mataku terbuka, mimpi lagi? Astaga, mimpi ini seperti terus berlanjut. Aku mengatur napasku yang tercekat. Menjauhkan kepalaku dari bahu Alby. Tunggu bahu Alby...
Mataku mengerjap beberapa kali. Mungkin aku tertidur terlalu pulas sampai kepalaku berada di bahu Alby. Ya, seperti mungkin.

Guncangan dapat kurasakan di pesawat. Kulirik kaca di sisiku. Awan tembal berwarna hitam pekat berkumpul, dengan tetesan air yang menghatam kaca pesawat. Ini terlihat menakutkan. Guncangan di pesawat makin terasa menjadi-jadi. Ada beberapa penumpang yang bangun dan berpengang erat pada kursinya, termasuk aku. Sebenarnya bukan pada lengan kursi tapi tangan Alby. Aku memegangnya dengan erat. Berusaha tenang. Tapi tidak bisa, aku sedikit melirik Alby yang sedang tertidur. Dia tidak bisa merasakan getaran ini apa? Bahkan Elby yang berjarak sedikit dari tempat dudukku sudah bangun. Dia bahkan kini menenangkan kak Putri yang berada di sisinya. Ini tidak adil. Boleh aku memukul Alby agar dia bisa menenangkan sahabatnya? Sekilas aku berpikir seperti itu tapi jika aku melakukan hal itu bukan Alby yang akan menenangkanku melainkan aku yang akan menenangkan kepanikan dia. Dilihat dari guncangan saat pesawat lepas landas saja dia sudah pucat pasi apalagi sekarang. Dari pada membuat situasi lebih ruyam lebih baik aku diam.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang