The Woman In Black # 29

2.7K 365 32
                                    

Cerita ini di dedikasikan untuk readersku yang sering muncul di komenan :D

Sweet_Chcolate

Dan untuk pendatang baru cerita ini. Vote and comment

*

Mataku menyipit dan mengerjap beberapa kali ketika cahaya matahari menyilaukan mataku.

"Akhirnya kamu sadar juga!"

Aku menyisikan kepalaku ke kiri dan melihat Maya sedang duduk dan menatapku. Dahiku mengernyit, dia sudah memakai seragam sekolah.

"Hei Maya. Kenapa kamu memakai seragam sekolah?" Tanyaku.

Dia menutup bibirnya dengan tangannya, berusaha menyembunyikan tawanya walaupun begitu dia gagal karena aku bisa mendengar suaranya yang terkikik geli.

"Ini sudah pagi Samara," ucap Maya.

"Apa?!" Pekikku. "Tapi tadi aku berada di lorong. Kenapa aku ada di sini?" Tanyaku yang langsung mengubah posisiku menjadi duduk.

"Tadi malam kamu pingsan dan kamu tahu siapa yang membawamu ke sini?" Tanya Maya.

"Petugas ruang kesehatan?"

"Bukan," ucap Maya menggelengkan kepalanya.

"Kepala sekolah? Guru?"

Maya tertawa kecil dan menggeleng tegas,"bukan. Mungkin saja jika Joe tidak ingin menggedongmu ke sini."

"Apa?!" Kali ini aku berteriak dengan mata membulat.

"Tadi malam kamu pingsan. Dan Joe berada dekat denganmu. Jadi... dia membawa kamu ke sini," ucap Maya. "Seharusnya kamu lihat bagaimana kami khawatir padamu. Termasuk Joe. Dia bahkan tidak mengizinkan orang mendekatimu."

"Ini tidak mungkin," gumamku. Aku menyisir rambut depanku ke belakang.

"Akan aku ceritakan kepadamu, tapi sebaiknya kamu siap-siap untuk sekolah. Kamu tenang saja, Miss Olienne guru yang baik. Setidaknya bagiku," ucap Maya.

"Apa aku terlambat?" Tanyaku.

"Sebenarnya iya, namun entah kenapa ada pengumuman kalau jam masuk di undur satu jam lagi," ucap Maya. Aku bangkit dari ranjangku. Lalu mengambil handukku.

"Katanya sih ada buku penting yang hilang di asrama ini," ucap Maya. "Kurasa buku itu sangat berharga hingga membuat jam masuk di undur."

"Apapun itu, aku sangat bersyukur karenanya," ucapku yang langsung pergi ke kamar mandi dan bersiap-siap.

*

Hal konyol yang selalu aku pikirkan sampai detik ini adalah satu, mengapa aku memeluk Joe? Kedua, kenapa dia mau membantuku? Ketiga, kenapa aku terus memikirkannya?! Aku mendesah pelan, mengusap wajahku kasar. Tiga menit yang lalu pelajaran Mr. Takenachi--guru yang berasal dari Jepang telah selesai. Kini aku berencana untuk pergi ke perpustakaan. Tidak ada Maya di sisiku karena setelah pelajaran itu berakhir aku langsung melarikan diri dari semua orang. Aku harap Elby tidak melihat gerak-gerikku yang mencurigakan.

Aku tidak bisa menahan lagi semua teka-teki ini. Ini menyiksaku. Melihat kejadian tempo lalu yang sangat menakutkan dapat membuatku kehilangan kewarasan. Aku tidak ingin di diagnosa mempunyai penyakit Skizofrenia [1]. Lagi pula seharusnya, aku fokus kepada sekolahku bukan hal semacam ini. Aku berlari kecil ketika aku sudah melihat pintu perpustakaan terbuka. Segera, aku mendekatinya dan masuk ke sana. Kali ini aku tidak akan peduli dengan kehadiran Joe Wright jika ia mengganggu diriku. Tapi aku lebih berharap dia tidak sedang berada di perpustakaan.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang