The Woman In Black #11

3.7K 439 8
                                    

Maaf ya baru update, tugas sekolah semakin numpuk dan aku harus fokus sama tugasku dulu jadi jarang banget kalau aku ngetik cerita. Jadi aku harap readersku tercinta bersabar menanti ceritaku.

Salam hangat dariku.

-----------------
"Putri sudah benar-benar kehilangan akalnya," ucap Elby ketika mendengar suara Putri cukup jelas di telinga kami setelah masuk ke ruangan.

Kami tidak berada di ruang utama kepala sekolah. Lebih tepatnya di ruang tunggu. Dengan Elby yang menemaniku. Ya, menemaniku dengan celotehnya yang cukup membuatku terganggu. Selalu saja membahas tingkah Putri yang memang bisa dikatakan gila. Oke, aku berani mengatakan hal ini karena kakakku seperti berteriak di dalam ruangan. Dan mungkin saja memarahi kepala sekolah.

"Berhentilah bicara Elby," bisikku. Dia menatapku,menggidikan kepalanya. "Kita sedang diperhatikan," ucapku menambahkan.

Mata kami terfokus kepada beberapa orang penting di ruangan ini, bisa saja guru atau yang lain.

Aku tidak peduli siapa mereka. Tapi tatapan mereka cukup membuat muak.

"Ini sangat membosankan," keluh Elby kepadaku.

"Kamu bisa pergi dari sini. Aku tidak meminta kamu untuk menungguku."

"Aku tidak akan pergi. Rasanya sayang jika aku tidak melihat bagaimana Putri memberontak marah kepada kepala sekolah. Aku tidak ingin melewatkan momen ini," ucapnya dengan mengedipkan sebelah matanya padaku.

Elby selalu saja seperti itu.

Jam berdetak terdengar di telingaku. Sesekali mataku menatap pintu ruang kepala sekolah yang selalu saja tertutup. Hingga lima menit kemudian, pintu terbuka. Menampilkan wajah Putri yang terlihat begitu berapi-api. Selanjutnya, mataku menangkap gadis lain di belakang. Maya, Gadis itu mengikuti Putri?

Aku menatap Elby yang tampak periang sekali dari sebelumnya. Elby, ada apa denganmu? Kamu terlihat gila!

Elby mendengus seperti ingin tertawa,"Kurasa kepala sekolah kita akan benar-benar kelelahan menghadapi wanita seperti kakakmu,Samara." Elby berbisik di telinga tanpa mengurangi rasa gelinya melihat Putri yang seperti Harimau yang siap menerkam siapa-pun.

"Diamlah Elby!" Tukasku kesal.

"Wow! Wow, santailah. Aku hanya hanya bercanda." Ucapnya dengan senyum jahilnya.

"Kurasa," bisiknya yang masih kudengar. Aku memutar bola mataku. Melihat Putri dan Maya berjalan menghampiri kami.

"Kamu mau ikut bersamaku menghadap kepada kepala sekolah?" Tanyaku kepada Elby.

Sesaat kemudian wajahnya sudah berubah seperti biasanya. Dingin.

"Aku tidak mau,"Elby menatap Putri sekilas lalu berkata padaku,"Ada pekerjaan yang lebih penting dari itu."

"Apa itu?"

"Mendinginkan kepala Putri yang akan meledak sebentar lagi."

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Elby memainkan sebelah alisnya. Kemudian meninggalkan aku untuk pergi menuju Putri.

Aku melihatnya, tersenyum tipis karena Elby sama sekali tidak membantu meredakan amarah Putri melainkan menambahnya.

Kedua orang itu pergi tidak dengan gadis yang sedang dihadapanku. Rambutnya tampak dihiasi bondu berwarna kuning mencolok. Dia tersenyum padaku.

"Hi, Samara. Sedang apa di sini?" Tanya Maya padaku. Dia begitu terlihat sangat periang.

Aku diam sejenak,"Aku akan menghadap kepada kepala sekolah untuk urusan kamar baruku."

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang