The Woman In Black #49

1.7K 291 40
                                    

REMEMBER VOTE AND COMMENT!

*

     “Owh astaga, sulit menjalani hari tanpa memakan masakan Miss Oleya,” kata Alby. Dia mengusap-ngusap perutnya yang sedikit buncit. “Makan malam ini begitu membuatku seperti Raja.”

    Putri datang ke meja, duduk di kursinya yang ada di sudut, “kita berharap saja perutmu tidak sampai meledak karena makan terlalu banyak.”

Alby mengeluarkan suara dengusan, “itu terlalu berlebihan,” katanya lalu tiba-tiba saja dia bersedawa lagi hingga membuat Putri berseru jijik.

    “Berhentilah bersendawa Alby. Kamu membuatku tidak nyaman berada di sini,” seru Putri tidak suka.

“Aku kekenyangan!” seru Alby seolah alasan itu cukup untuk membungkam cibiran kakakku. “Lagi pula, sejak kapan kamu menjadi penderita OCD?”

“Merasa jijik dengan sendawa bukan mengindikasikan seseorang menjadi penderita OCD, Alby,” kata Elby yang kembali duduk setelah menyalakan obor di ruangan ini.

“Terserah,” ucap Alby sambil memutar bola matanya.

Elby duduk di sisiku, menoleh dan tersenyum. “Kamu menjadi pendiam sekali hari ini, Samara,” ucapnya.

Aku mendengus tawa karena ucapannya, “Elby, aku memang pendiam.”

“Ya, tentu saja, kamu memang orang yang pendiam. Tetapi tidak begitu diam seperti patung,” ucapnya bergurau. Dia kembali menghap ke depan sam sepertiku. “Kuharap sikap diammu ini bukan karena pertanyaanku tadi siang.”

     Aku berusaha untuk tidak menoleh cepat ke arahnya. Aku menatap sisi wajah Elby yang menyeringai. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, dahiku mengernyit, tidak mengerti dengan apa yang sekarang dia pikirkan. Apakah dia tahu sesuatu tentang sesuatu yang aku sembunyikan? Aku harap tidak.

“Nah, kawan-kawanku, apakah kalian punya sesuatu untuk kita bahas?” tanya Elby membuka rapat ini.

     Putri yang sedang memandang kukunya yang baru saja dicat mendongakkan kepalanya lalu berkata, “bagaimana jika dimulai dari dirimu terlebih dahulu? Kamu bilang akan membahas tentang puisi kematian Putri Verucia dengan Miss Anna.”

    Elby mengerutkan hidungnya, “ya, awalnya sih begitu. Tapi rencana tidak selalu sesuai dengan yang kita harapkan.”

“Apa maksudmu?” tanyaku kepada Elby.

“Kau gagal?” tanya Alby.

“Gagal adalah kata yang tidak tepat. Mungkin kata yang cocok adalah sedang usaha. Hari ini Miss Anna begitu sibuk. Dan dia tidak bisa menyisihkan waktunya untuk membicarakan—berdiskusi denganku,” jelas Elby. “Tapi dia menyisihkan hari-hari lain untuk berdiskusi denganku di agendanya.”

“Jadi ... kurasa ini masih baik,” komentarku.

“Ya, tentu saja ini masih dikatakan baik. Malah jauh dari baik. Kita punya harapan,” ucap Elby.

“Tidak denganku,” gumam Putri muram.

“Apa maksudmu, Putri?” tanya Elby.

“Aku sudah bilang bukan kalau rencanamu tentang aku harus mendekati Joe adalah payah? Aku tidak berhasil menjadikan dia orang yang bisa kita tipu. Faktanya dia seperti tahu dengan apa yang kita rencanakan, seolah ada tulisan bajuku, bertulis “aku akan memamfaatkanmu Joe” dia sekarang malah terus menghindariku. Jadi, mengambil aku untuk rencana itu sama dengan bunuh diri,” ucap Putri.

“Tapi aku yakin kamu bisa Putri. Yang aku butuhkan darimu adalah rasa percaya di—”

“Jangan menuntut aku Elby. Kamu sudah bilang kalau kamu tidak akan memaksaku untuk melakukan itu lagi jika keadaan ini sudah memburuk untukku,” potong Putri sambil menuding Elby dengan jari telunjuk sebagai tanda peringatan. 

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang