The Woman In Black #69

1.6K 254 73
                                    

CUMA MAU NGASIH TAU, INI UPDATE-AN TERAKHIR

KARENA AKAN DITERBITKAN :)

REMEMBER FOLLOW, VOTE, AND COMMENT :)

*

Sebelumnya kami sudah ke makam terdahulu Ratu Valencia sebelum dipindahkan. Dan kami tidak menemukan apa pun. Akhirnya, kami berpindah ke Mausoleum kerajaan. Kami mendongak, memerhatikan semburat oranye menukik tajam pada dinding batu Mausoleum yang sudah digilas oleh waktu. Bangunan itu berupa atap yang berkubah dengan ornamen pahatan batu juga ada dua patung di dekat pintu. Ada lumut yang muncul di beberapa tempat, juga undakan tangga menuju pintu masuk.

Aku menoleh pada kakakku yang sedang menggenggam senter, sama seperti yang lain. Kami semua meninggalkan tas di kamar dan hanya membawa barang-barang yang dibutuhkan––Elby bilang, ini hanya pengamatan saja. Jadi sudah pasti, kami tidak akan berlama-lama di pemakaman kerajaan.

Di sisi bangunan––tak jauh, ada empat pohon yang meranggas hingga daun-daunnya berserakan di bangunan tersebut hingga rasanya kami akan berada di lautan daun yang gugur jika tidak dibersihkan sampai seminggu. Aku mendongak, dan melihat pahatan tulisan di bangunan tersebut, tertulis––Ratu Valencia Grimoire.

“Kamu yakin ini kuburan Ratu Valencia?” tanya Elby pada adiknya.

Alby mendesah, “sudah kubilang. Ini kuburannya.” Alby menunjuk pada pahatan di bangunan. “Itu, lihat. ADA NAMANYA!”

“Kakakmu itu sibuk memikirkan pacarnya yang sudah pulang dari tugas,” sindir Putri.

“Pacar?” Alby menatap bingung kakakku.

Putri memutar mata, “Miss Anna.”

“Oh! Tentu saja dia!”

Elby mengerut hidung, tidak suka, “aku suka berdiskusi dengannya. Tapi bukan berarti aku menjadikan Miss Anna tipeku. Aku masih suka perempuan muda.”

Aku melirik mereka sekilas lalu berjalan menaiki satu undakan tangga, “menurutmu, pintu itu bisa di buka?”

Elby berpaling untuk menatapku, “mungkin,” pria itu memandang sekitar. “Sebaiknya kita tidak ribut. Kita perlu menyelinap masuk untuk melihat ke dalam. Aku penasaran, apakah ada sesuatu di dalamnya—maksudku temuan lain.”

Sebelah alis Alby terangkat skeptis, “temuan lain semacam apa? Mausoleum itu saja masih baru dibuat dua tahun yang lalu. Lagi pula aku tidak yakin ini makam, ini semacam monumen.”

“Setidaknya kita perlu mencari tahu daripada mencecoki masalah baru,” sahut Elby.

Kemudian Elby berjalan melewatiku sambil mendaki undakan tangga dan ketika sampai, dia segera membuka jeruji besi berhias.

Dia menoleh, “aku butuh relawan. Dua orang harus ada yang mengawasi keadaan di luar.”

Alby menyugingkan senyum, tangannya terlipat di dada, “takut, heh?” Rambutnya bergerak diterpa angin. Apakah aku sudah bilang kalau di pemakaman ini begitu dingin, sepi dan mencekam?

Bunyi keriang keriut muncul dari ranting-ranting yang meranggas. Daun-daun di sekitar undakan tangga tiba-tiba saja tersapu angin dan kami semua mendengar burung Gagak mengoar di atas, seperti memberi tanda. Elby masih tetap mempertahankan wajahnya datar, “tidak. Toh, tidak ada jasad di kuburan Ratu Valencia. Jika kamu lupa itu adikku.”

“Oke, aku akan ikut denganmu,” kata Alby, seperti tertantang. Alby mulai bergerak dan bergabung dengan kakaknya.

“Selama aku dan Alby berada di dalam, awasi keadaan, dan jika ada sesuatu yang mengancam. Beri tahu kami,” kata Elby, yang dihadiahi anggukan olehku dan kakakku. Lalu mereka menyusup masuk ke dalam Mausoleum. Kami menunggu di luar sambil berjaga-jaga.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang