The Woman In Black # 28

3.3K 341 15
                                    

Maya melemparkan kerikil batu ke kolam yang ada di taman sehingga menimbulkan beberapa cipratan dan gelombang di air. Kami duduk di hamparan rumput-rumput yang selalu di pangkas rapi. Walaupun sebenarnya ada kursi taman di sini tapi kami lebih baik duduk di sini. Udara masih dingin. Berharap ada panas matahari di musim gugur itu sulit apalagi jika sudah masuk musim dingin.

Aku lihat Maya kembali melempar batu lagi ke kolam sehingga menimbulkan cipratan dan gelombang yang lebih besar dari pada sebelumnya. Ia menyudahi aktivitasnya setelah melihat ada tukang bersih-bersih taman yang datang.

Sepertinya gadis ini sulit untuk diam dan mengamati keadaan sekitarnya karena sekarang tangannya sibuk mencabut rumput-rumput di sisi sepatunya.

"Kamu mencabut rumput yang bagusnya," ucapku.

"Hemm... ah ya," ucap Maya. Dia menghentikan aksinya dengan segera.

Aku pun melakukan hal yang sama dengan gadis di sisiku. Mencabuti rumput sehingga membuatnya sedikit berkomentar.

"Kamu merusak rumputnya," ucap Maya.

"Aku mencabut rumput liarnya," ucapku.

Maya menganggukan kepalanya. Kami kembali terdiam dan mengamati patung yang memancurkan air ke kolam. Patung anak kecil berambut ikal dan hanya memakai selendang. Beberapa patung di kolam kebanyakan seperti itu.

"Maya," panggilku.

"Hemm..."

"Kenapa patung itu punya topi seperti burung hitam?" Tanyaku sembari menunjuk ke arah patung yang ada di kolam.

Maya menyipitkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Sedetik kemudian dia tertawa.

"Kamu lucu Samara, itu memang burung," ucap Maya.

Maya melemparkan batu kecil ke arah burung itu hingga burung hitam itu mengepakkan sayapnya terbang namun ia kembali bertengker di sisi kolam. Burung hitam itu berkuak.

Dahi Maya mengernyit,"kenapa ada burung gagak di sini?"

"Memangnya buruk?" Tanyaku.

Maya menggidikkan bahunya,"sebagian orang bilang itu buruk dan akan terjadi kesialan. Tapi aku tidak percaya pada kesialan itu jatuh kepada sebuah benda mati atau hidup yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Hanya orang-orang bodoh yang menganggap hal itu. Kamu tahu? Manusia terkadang menyakut-pautkan segala hal ke arah mitos yang tidak mendasar."

"..."

"Yang aku tahu, papaku bercerita kalau burung gagak punya cerita tersendiri dalam kitab. Dan dia mengajarkan bagaimana cara mengubur kawanannya ke dalam tanah," ucap Maya. Maya kembali menggidikkan bahunya tak acuh dan dia kembali menatapku,"kurasa di sini dia dapat makanan. Menurut pendapatku, gagak itu tidak sendiri. Mungkin dia akan membawa kawanannya."

Kami melihat gagak itu terbang ke atas, setelahnya tidak terlihat lagi. Aku kembali mengamati sepatuku. Lalu menatap Maya yang sedang memandang langit. Kurasa sedikit terbuka dengan Maya juga tidak apa-apa bukan? Aku hanya ingin mendengarkan pendapatnya tentang masalah yang ada pada diriku tanpa mengeluarkan semua hal itu kepada Maya. Hanya sebagian kecil.

"Maya," ucapku.

"Ya?" Dia menatapku dengan senyum lebarnya.

"Boleh aku bertanya?"

"Tentu," jawab Maya.

"Bagaimana pendapatmu jika kamu mendapat penglihatan masa lalu yang tidak kamu ketahui?"

"Maksudmu?"

"Ya... seperti kamu bisa melihat orang-orang zaman dulu dan kamu hanya bisa melihatnya tanpa bisa berbuat apa-apa," ucapku.

The Woman In BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang