Bab 06

2.5K 344 31
                                    

Bab 06

Tanpa kesulitan berarti, Naruto memanjat dan melompati dinding dengan begitu mudahnya. Pakaian laki-laki yang dikenakannya mempermudah pergerakannya untuk beraksi. Dengan kewaspadaan yang tinggi, Naruto memperkirakan jangkauannya melihat keadaan situasi sekitar. Kemampuan menilai situasinya menguntungkan untuk Naruto, tidak sia-sia di waktu kecil dia merengek meminta untuk disekolahkan di sekolah militer.

Beberapa prajurit yang berpapasan dengannya sengaja dia ikuti dari belakang, tanpa sepengetahuan mereka. Di saat salah satu para prajurit itu berpencar dan keadaan terlihat sepi, Naruto melihat ada satu prajurit yang berjalan sendirian dan hal itu memunculkan ide untuk memukul tengkuk prajurit itu dengan keras hingga pingsan.

Dengan mudahnya Naruto menyeret beban tubuh prajurit itu ke sebuah gudang penyimpanan daging yang terdekat di posisinya saat itu. Setelah selesai, Naruto keluar dari gudang dengan menyamar sebagai pengganti prajurit itu. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Naruto bergegas mencari informasi yang diperlukannya.

Masih dengan sikap waspada, dia menyelinap memasuki sebuah ruangan yang entah apa kegunaannya. "Yakin ini perpustakaan?" gumamnya, pelan. Ternyata Naruto memasuki sebuah ruangan yang berfungsi sebagai perpustakaan. Masalahnya bukan fungsinya, melainkan dia begitu takjub dengan rak yang berderet rapi dengan jumlah buku maupun perkamen yang begitu banyak. Bahkan, ini melebihi luasnya perpustakaan yang dimilikinya di kerajaan Namikaze. "Abaikan saja, Naruto!" rapalnya, dengan pelan. Dia harus fokus, jangan tergiur dengan jejeran buku ini.

Dia menatap ke sekeliling deretan rak buku, dan tidak sengaja menemukan judul buku yang selama ini dicarinya. Kedua matanya berbinar saat menatap beberapa judul buku tentang perang yang sangat sulit didapatkannya. Namun, keadaan kembali membuatnya tersadar. Sadarkan dirimu, Naruto! rapalnya kembai.

Dengan ketelitian cermat dia mencoba mencari buku sejarah kerajaan Uchiha, dan dia berhasil mendapatkan buku tersebut. Namun, tanpa sengaja dia melihat sekelebat bayangan seseorang yang berjalan pelan menuju ke tempat duduk yang diduganya sebagai tempat membaca. Dengan segera, Naruto menyembunyikan dirinya ke tempat yang sedikit mendapat intensitas cahaya. Detak jantungnya bertalu karena dia hampir ketahuan.

Naruto mencoba mengintip memastikan keadaan. Dia harus membaca buku ini dan segera pergi secepatnya sebelum ada seseorang yang melihatnya. Di saat orang itu sedang sibuk membaca buku di tempat duduknya, Naruto mencoba membuka buku sejarah itu dan membacanya dengan cepat. Dia harus mendapatkan informasi. Untung saja dirinya bisa membaca dan melihat dalam keadaan temaram, jika tidak dia tidak akan menjadi wakil jendral.

Dia sempat berjengit dan hampir berteriak karena kaget, di saat seseorang bersuara di dalam perpustakaan ini. Naruto menahan napasnya berusaha menetralkan detak jantungnya. Dia menutup buku pelan, dan mengintip lewat celah buku yang ada di rak. Ada seseorang lagi yang menempati perpustakaan ini, dan bertambah menjadi dua orang.

"Apa yang kau lakukan di sini?" suara itu mengawali. Naruto menebak, jika orang yang bertanya itu adalah seorang laki-laki. "Apa kau menerima perintahnya?" lanjut orang itu lagi.

"Hn."

Jawaban ambigu itu mampu membuat Naruto yang mendengarnya merasa sesuatu yang aneh. Di dalam hati dan pikirannya seolah mengatakan ingin menjawab dengan buncahan perasaan yang begitu kesal. Jawaban macam apa itu!? Batin Naruto, mengumpat tanpa sadar. Karena mereka berdua membelakanginya membuat Naruto tidak bisa melihat jelas wajahnya. Naruto tidak bisa melihat dengan jelas siapa mereka berdua.

"Beliau memanggilmu, lagi. Kau harus menemuinya dan memberi salam." seru seseorang yang ke dua, pada seseorang yang masih membaca buku tersebut tanpa repot menatap ke arah lawan bicaranya. Tanpa menunggu jawaban, orang itu beranjak pergi meninggalkannya. Naruto masih diam mengamati. Harus berapa lama lagi dia bertahan?

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang