Bab 16

1.7K 267 22
                                    

Bab 16

Kedua matanya mencoba untuk berkedip. Sekujur tubuhnya terasa kaku dan kebas secara bersamaan. Rasa perih dan nyeri langsung menghujam tubuhnya, begitu ia benar-benar tersadar. Sai mencoba menatap ke sekeliling yang terlihat begitu gelap. Mungkin ia sedang berada di dalam penjara bawah tanah, pikirnya.

Suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arah jerujinya, semakin terdengar. Sai mencoba berpura-pura untuk tidur kembali, meski alas jerami yang digunakannya untuk tidur hampir sebagian menyetuh bagian tubuhnya yang terluka. Dalam hati, Sai mencoba untuk tenang. Dan langkah kaki itu berhenti tepat di depan jeruji besinya.

"Dia belum sadar?" Tanya salah satu orang, ke orang yang lain. Sai bisa mendengar nada pertanyaan itu, yang sedikit familiar di indra pendengarannya. Mungkin laki-laki bersurai merah yang dilawannya waktu itu. Ternyata lawannya sendiri yang membawa dan memenjarakan dirinya di sini. Untuk ke sekian kalinya, Sai benar-benar bingung dan tidak tahu entah karena apa musuhnya membawa dirinya ke dalam sarangnya sendiri. Lebih baik ia memilih diam dan menunggu sesuatu apa yang akan terjadi nanti.

"Belum, Yang Mulia." Jawab, prajurit yang berjaga di sana.

Sedangkan yang bersangkutan, Kyuubi atau Kurama, ia sengaja datang ke ruang penjara bawah tanah ini untuk memastikan calon budaknya masih hidup. Kurama berinisiatif untuk menjadikannya budak, dengan cara melakukan perjanjian kontrak menggunakan darah. Dengan perjanjian ini, Kurama bisa memastikan jika budaknya tidak akan bisa mengkhianati dirinya. "Buka pintunya!" Titahnya, tak terbantahkan. Prajurit itupun membukakan pintu jeruji besi tersebut, dengan patuh.

Kurama berjalan semakin mendekat ke arah tubuh yang terbaring tersebut. Sai dalam diam menanti hal apa yang akan terjadi dengan dirinya. Ia bisa mendengarkan pergerakan yang dilakukan oleh Kurama. Sai juga tidak sadar, saat jari telunjuk kanannya tiba-tiba disentuh oleh tangan milik orang yang ada di depannya saat ini. Dirinya mengira, sepertinya tangan kanannya ini mengalami patah tulang hingga ia tak bisa merasakan sentuhan di area yg terluka tersebut.

Kedua matanya langsung terbuka, saat dirasakannya ada sesuatu yang mengalir di dalam dirinya. Sai bisa melihat Kurama yang berdiri menjulang di depannya, dengan tersenyum menyeringai ke arahnya. Tubuhnya terasa panas, dan punggung tangan kanannya bahkan terasa lebih panas dan menyakitkan dari pada saat mereka bertarung. Entah apa yang dilakukan oleh Kurama kepada dirinya.

Sai bisa melihat dengan jelas, jika punggung tangan kanannya mulai mengeluarkan cahaya serta asap seperti sedang terbakar. Pola ukiran yang rumitmun tergambar indah di sana. Sai menahan sakit dalam diam. Ia tidak berteriak ataupun menangis, rasa sakit itu seolah membungkamnya.

 Ia tidak berteriak ataupun menangis, rasa sakit itu seolah membungkamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tidak tahu, jika kau sudah memiliki Tuan?" Cibir Kurama, pelan.  Ia hanya menatap datar tubuh lemah Sai di atas tumpukan jerami kering. Sedetik kemudian, bibir itu menyeringai penuh kemenangan, lalu berucap, "Mulai sekarang, kau adalah budakku!" Dan tawa Kurama pun memenuhi seisi jeruji besi tersebut. Ia kemudian pergi meninggalkan budak barunya, menyisakan Sai sendirian di dalam jeruji besi.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang