Bab 15

1.8K 282 21
                                    

Bab 15

Derap langkah kaki memasuki sebuah tenda barak yang sudah didirikan oleh para prajurit. Danzo duduk di kursi singgasananya. Di depannya sudah ada salah satu prajuritnya yang datang untuk memberikan laporan. Prajurit itu mengatakan, jika Sai, bawahannya, sudah menghilang selama tiga hari tanpa berpesan sama sekali. Bawahan itupun undur diri, setelah memberi salam hormatnya.

Jari telunjuk kirinya mengetuk-ngetuk kursi singgasananya dengan pelan. "Sai menghilang," serunya, bermonolog sendiri. "Mungkin ia sedang bersembunyi dari kejaran para musuh?" Pikirnya, mencoba untuk berpikir positif. Danzo sudah hapal betul dengan cara pola pikir Sai, yang selalu berusaha untuk menjaga kerahasian siapa sebenarnya dirinya. Danzo cukup bangga juga, mengingat dirinya sudah berhasil mencuci otak Sai agar selalu menuruti semua perintahnya. Iya, benar. Pasti Sai sedang menyembunyikan dirinya saat ini, pikirnya. Keheningan pun menempati ruangan tersebut.

Seruan seorang prajurit menyadarkan Danzo yang sedang melamunkan keberadaan Sai. Ia bisa melihat Shin, kakak dari Sai, yang juga sudah ia cuci otaknya, datang untuk melapor. Hanturan salam pun Shin ucapkan kepada pemimpinnya, yang hanya ditanggapi dengan satu lambaian tangan kanannya saja. "Ada apa?"

Samurai Shin.

Samurai Shin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hamba sudah mendapatkan lukisan yang Anda minta, Yang Mulia." Serunya, memberi laporan. Shin pun mengambil gulungan yang ia simpan di dalam lapisan bajunya. Ia menyerahkan gulungan tersebut ke Danzo.

Bibir Danzo pun tertawa keras, setelah melihat isi dari gulungan tersebut. "Bagus! Kerja bagus!" Tukasnya, memberi pujian pada bawahannya. "Siapkan semuanya! Sesuai rencana kita, kita tangkap Jenderal Naruto! Dia harus menjadi selirku!" Perintahnya, pada Shin. Dan tawa Danzo pun mengisi tenda barak tersebut.

Danzo.

.

Di ruang kerja Raja Fugaku, Permaisuri duduk di kursi meja teh sedangkan sang Raja, ia duduk di kursi meja belajarnya. Keheningan menguasai ruangan tersebut. Raja Fugaku terlalu sibuk dengan banyak gulungan dan laporan yang harus dikerjakannya. Permaisuri Mikoto sendiri, ia menyibukkan diri dengan kegiatan menyulamnya.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang