Bab 42

1K 165 18
                                    

Bab 42

Tebasan pedang yang dilakukan olehnya menyebabkan kerusakan total di sekitarnya. Mata merahnya menyala terang, dengan tanda garis pipi yang semakin terlihat tajam dan jelas. Otot di bagian wajahnya mulai timbul ke permukaan kulit, karena kemarahan yang sudah terlalu lama ditahannya.

"Kau tahu?"

"Hal apa yang paling kubenci?"

Pedangnya kembali menyerang musuh dengan gerakan brutal dan secara acak. Surai merahnya berkibar pelan diterpa angin. Ia masih belum menyadari jika kerusakan hutan yang ditimbulkannya sudah separah ini.

"Aku benci diriku yang lemah!"

Angin kembali menghempaskan kerusakan di sekitarnya bersamaan dengan pedangnya yang kembali menebas sang musuh, meski selalu dihindari.

"Aku benci diriku yang tidak bisa melindungi keluargaku!"

Tebasan pedang ke duanya menimbulkan kerusakan di permukaan tanah yang dipijakinya. Naruto benar-benar murka.

"Siapa dia?" Tanya Toneri, pada Kakashi. Pandangannya mengedar ke seluruh hutan yang telah rusak. Netranya kemudian menatap lurus ke arah satu titik, di mana seorang wanita yang mengamuk melawan musuhnya.

"Dia yang kita cari," tutur Kakashi, menjawab. Ia sempat terpukau dengan gerakan yang mematikan yang dilakukan oleh gadis bersurai merah tersebut.

Sedangkan di posisi Sasuke saat ini, ia juga kuwalahan untuk melawan musuh yang sepertinya sedang dikendalikan. Ia heran sekaligus takjub melihat perubahan yang dialami oleh Naruto. Surai kuningnya berubah menjadi merah, meski masih dengan wajah yang sama.

"Ck!" Ia berdecak kecal. Kenapa fokusnya teralihkan sejenak ke arah gadis tersebut, membuat dirinya langsung terpental jauh karena tendangan yang diterimanya dari musuh.

Tawa penuh ejekan itu mulai terdengar keras. Laki-laki itu tertawa jahat menatap pertarungan yang disuguhkan di depannya. "Menyerahlah! Biarkan aku memiliki tubuhmu!" Ejeknya, dengan nada penuh kemenangan. Netra hitamnya menatap tajam sosok Sasuke, namun beralih menatap Naruto. "Aku lebih menginginkan tubuh penuh rahasia itu!" Tukasnya, diiringi seringaian yang terlihat menjijikkan.

.

"Naruto!" Panggil Sasuke, keras. Ia harus merencanakan sesuatu, sebelum Naruto benar-benar tertipu dengan manusia setengah iblis tersebut. Melihat respon Naruto yang hanya melirik sekilas, membuat Sasuke semakin kesal. Bisa-bisa gadis itu masuk ke dalam jebakannya. "Dengarkan aku! She-alan!"

Sasuke hampir maju, namun tak jadi saat dia didatangi oleh dua orang yang sempat dikenalnya, dan kedatangan Kurama yang entah sejak kapan juga ikut ke mari. "Kenapa kalian ke mari?" Tanyanya, ketus. Ini bukan waktunya saat kita berdiskusi, gumamnya, di dalam hati.

Toneri dan Kakashi tidak merespon. Mereka berdua masih fokus menatap ke arah Naruto yang sepertinya berhasil masuk ke dalam jebakan musuh. Sedangkan Kurama, ia menatap penuh amarah ke arah musuh. Musuh itu berhasil menggenggam kelemahan Naruto, ternyata.

Toneri menghalangi Kurama dengan satu tangan, menghentikan dirinya untuk tidak menyusul ke arah Naruto berada. "Apa yang kalian tunggu? Naruto sedang kesulitan di sana!" Ketus Kurama, yang masih tak dihiraukan oleh Toneri.

"Dia sudah berada dalam kendali Iblis itu!" Penuturan Toneri membuat Kurama langsung bungkam. Ia bisa melihat tubuh Naruto yang hanya diam mematung dengan kepala yang menunduk.

"Naruto marah, karena Ayahnya yang kembali hidup menjadi mayat hidup dan berada dalam kendali sang musuh." Ujar Sasuke, memberikan informasi. Tatapannya masih lurus ke arah Naruto. "Ia marah karena Kabuto atau Orochimaru menggunakan kelemahannya sebagai ancaman." Lanjutnya.

Selang waktu yang dihabiskan untuk mengamati keadaan Naruto saja, membuat beberapa pasukan sudah datang berkumpul ke area hutan yang sudah menjadi hutan yang tandus. Sasuke melihat ke atas langit, di mana hewan kesayangannya sedang terbang mengudara di atas awan. Di belakangnya sudah ada anggota baru yang berada di bawah kepemimpinannya; Suigetsu, Karin, dan Juugo. Ia berhasil memanggil bala bantuan.

"Kami sudah membawa bala bantuan, sesuai perintah." Ucap Juugo, mengawali pembicaraan. Di belakang mereka pun sudah ada beberapa pasukan yang telah tiba yang dipimpin oleh Itachi.

"Lalu, apa rencana kita?" Tanya Kurama, yang sudah tertinggal jauh, dalam artian terlambat untuk bergabung. Toneri dan Kakashi hanya diam, mendengarkan.

"Kita harus mengalahkan Naruto yang sudah dikendalikan!" Tutup Sasuke, mengakhiri pembicaraan.

.

Naruto saat ini benar-benar merasa putus asa. Kenapa harus seseorang yang begitu dekat dengannya yang harus dihidupkan kembali untuk bertarung melawan dirinya. Ia bisa melihat sosok Minato yang dikendalikan oleh Kabuto. Tidak hanya sang ayah yang kembali hidup, namun Danzo juga kembali dihidupkan oleh orang itu, begitupun dengan orang-orang yang pernah dulu dia bunuh.

"Apa-apaan mereka!" Geramnya, dengan pelan. Napasnya sudah memburu sejak tadi. Keringat membasahi sekujur tubuhnya. Tangan dan kakinya pun sudah bergetar hebat, menahan rasa sakit dan lelah yang dideranya. Ia bisa melihat Sasuke yang sama kuwalahannya dengan dirinya melawan pasukan mayat hidup.

"Apa yang harus kulakukan?" Gumamnya, penuh nada cemas. Musuh yang dilawannya tidak akan ada habisnya. Tenaganya dengan perlahan mulai berkurang seiring waktu berjalan.

Netranya membulat sempurna saat orang yang belum bisa dilupakannya kembali dibangkitkan dari kematian. "Ayah." Panggilnya pelan, dengan bibir yang mulai bergetar. Air matanya menetes tanpa disadarinya. Sejenak, pikirannya tidak fokus akan keadaan saat ini.

Musuhnya mengendalikan tubuh sang ayah, yang sebenarnya sudah meninggal. Apa yang harus dilakukannya? Naruto mulai gusar.

"Naruto!"

Panggilan dari Sasuke menyadarkannya dari lamunan. Ia hanya melirik sekilas Sasuke dan kembali menatap dengan fokus ke arah Minato yang sudah dikendalikan. Genggaman pada gagang pedang pun kembali mengerat. Naruto mulai berlari untuk kembali menyerang.

Pertarungan antara dirinya dengan sang ayahpun semakin menjadi. Tidak hanya itu, mayat tubuh Danzo pun juga ikut menyerang dirinya secara bersamaan. Ia bisa melihat Sasuke yang masih kuwalahan di tempatnya berada. Pikiran yang tidak fokus itupun membuat celah untuk kedua mayat ini bekerja sama melumpuhkan Naruto.

Danzo memeluk tubuh Naruto dari arah belakang, mengunci pergerakannya. Sedangkan Minato, ia pun menerjang tubuh Naruto dengan sebilah pedang yang mengarah lurus ke bagian perut.

tbc.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang