Bab 28
Naruto menyeret Shion untuk segera masuk ke dalam paviliun mereka. Ia memegang kedua bahu Shion dengan erat, berusaha memaksanya untuk segera berterus-terang. Kedua netra birunya menatap tajam sosok sang kakak, yang berekspresi sedikit kesal dan kesakitan secara bersamaan. "Katakan! Apa yang terjadi selama aku tidak ada di sini!?" Tuntut Naruto, dengan beruntun. Ia pun membuka paksa pakaian Shion, dan melihat bagian bahu sebelah kirinya yang membiru keunguan.
Shion hanya membisu di tempat, dan membuang muka ke arah samping. Ia enggan menjawab semua pertanyaan Naruto. Shion tidak ingin menyusahkan sang adik yang harus selalu menjaganya. "Katakan!" Bentak Naruto, keras, membuat Shion langsung ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, merasa takut dengan sosok Naruto yang sekarang.
Naruto yang melihat Shion hampir menangispun mundur ke belakang, memberi jarak dengan dirinya. Shion kembali membenahi pakaiannya. Dilihatnya sang adik, di mana wajahnya yang sudah terlihat pucat, dengan bekas membiru di bagian sisi bibirnya. "Berjanjilah, kau tidak akan melaporkan hal ini ke Ayahanda." Balas Shion, yang sudah sedikit melunak. Sedangkan Naruto sendiri, ia kembali ke ekspresinya yang semula, datar. Shion sedikit merasa aneh dengan sikap sang adik.
"Ayahanda sudah tiada," gumam Naruto, pelan. Ia enggan menatap sang kakak, yang terlihat seperti ingin menuntut dirinya untuk mengatakan sesuatu yang sebenarnya. Dalam hati Naruto menegaskan, jika Shion berhak tahu atas semua ini.
"Apa kau bilang?" Jawab Shion, sedikit tidak percaya. Ia mendekati Naruto, dan menatapnya penuh harap jika semua yang dikatakan Naruto barusan adalah bohong. "Jangan bohong, Naruto!" Bantahnya, dengan cepat.
"Itu benar." Singkat, padat, dan menyakitkan.
Tanpa disadari Shion air matanya sudah mengalir dengan deras. Ia jatuh, dan berjongkok di atas lantai paviliun. "Tidak! Kau bohong!" Serunya, yang masih berusaha untuk membantah semua perkataan sang adik. "Kau bohong!" Dan isakan pilunya pun lolos begitu saja.
Naruto yang tidak serapuh Shion pun mencoba untuk menenangkannya. Ia ikut berlutut, lalu memeluk sang kakak erat, berharap sang kakak tidak larut dalam kesedihan. Naruto tahu apa yang ia lakukan sekarang pun tidak akan bisa menghentikan Shion yang terus menangis. Siang ini pun menjadi hari yang terakhir bagi Naruto dan Shion di Kerajaan Uchiha.
"Katakan, siapa yang melukaimu seperti ini?" Pertanyaan terakhir Naruto pun mengakhiri hari mereka.Pagi harinya, Naruto dan Shion sudah bersiap-siap untuk kembali ke Kerajaan Namikaze. Shion mengenakan gaun putih polosnya dengan rapi. Sedangkan Naruto, ia mengenakan pakaian seperti biasanya, berwarna hitam hampir sama dengan pakaian yang ia gunakan saat perang dengan Danzo. Mereka berdua berjalan ke tempat sang raja yang sudah menunggu mereka berdua. Untuk Shion dan Naruto, mereka berdua memutuskan untuk mundur dari sayembara tersebut.
Halaman depan utama istana Uchiha saat ini sudah dipenuhi oleh keluarga inti kerajaan, beserta orang-orang penting yang selalu berada di sisi Raja Fugaku dan para prajurit yang sudah berbaris rapi untuk mengantarkan kepergian mereka berdua. Raja Fugaku memaksa Naruto untuk mau menerima beberapa prajurit yang ia tugaskan hanya untuk mengawal dirinya dan Shion selama perjalanan hingga sampai ke Kerajaan Namikaze saja. Naruto pun akhirnya dengan terpaksa menerima uluran tangan tersebut, ia sudah malas ditahan di tempat ini ataupun untuk berdebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenderal & Putra Mahkota
Fanfiction[END] Menceritakan kehidupan Uzumaki Naruto, putri dari Selir Uzumaki Kushina dan Raja Namikaze Minato. Selain status sebagai putri dari kerajaan Namikaze, Naruto juga adalah seorang Jenderal Perang. Keselamatan Putri Shion, putri dari Permaisuri Na...