Bab 19

1.8K 333 42
                                    

Bab 19

Entah apa yang terjadi saat ini, semua ternyata tidak sesuai dengan perkiraan Minato. Pasukan Danzo menyerang rombongan pasukannya, di sepanjang jalan yang mereka lewati. Dalam keadaaan genting seperti ini, ia harus pintar-pintar memutar otaknya. Banyak prajurit yang gugur di pihaknya.

Tebasan demi tebasan pedang sudah ia hunuskan ke arah musuh yang mencoba membunuh dirinya. Minato melirik ke arah Prajurit Inuzuka, dan Prajurit Akimichi. Mereka berdua sama halnya dengan dirinya, yang juga sama-sama dikepung oleh pasukan musuh. Ternyata Danzo lebih mengungguli dirinya dalam hal kelicikan.

Jika Minato masih bersikeras untuk maju ke depan dengan jumlah pasukaan yang semakin menurun, kemungkinan besar kekalahan telak akan menimpanya. Rombongan pasukan yang ia bawa ternyata tidak mampu untuk meluluhlantakkan pasukan yang dipimpin oleh Danzo.

"Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan?" Seru Kiba, bertanya sekaligus berusaha mengendalikan kuda tunggangannya. Ia menebas panah yang menargetkan dirinya dan Raja Minato. Kiba berusaha menghalau serangan musuh, meski ia masih berada di atas kuda hitamnya. Busur panah terus berdatangan tiada henti. "Sepertinya mereka menyewa para perampok untuk menyerang kita, di hutan ini!" Lanjut Kiba, yang masih berusaha berkonsentrasi dengan busur panah yang terus berdatangan.

Raja Minato juga sedikit kuwalahan dengan banyaknya musuh yang mencoba menargetkan dirinya. Mereka menggunakan strategi penyerangan jarak dekat, berusaha mengepung pergerakannya. Para prajurit sudah membentuk sebuah lingkaran untuk menghalau para musuh agar tidak terlalu dekat dengan pimpinannya, Raja Namikaze. Hal ini sedikit mampu menghalau serangan musuh yang mencoba mendekat, meski tak mampu menghalau serangan busur panah yang berterbangan di udara.

Para prajurit semakin memperkuat lingkaran mereka dengan tameng besi sebagai alat pertahanan diri. Busur panah semakin gencar untuk menyerang Minato dari atas udara. Bunyi denting besi yang saling bergesekan menciptakan suasana yang menegangkan. Cipratan darah pun bergenangan dimana-mana. Semua pasukan saling menyerang dan mempertahankan regunya masing-masing.

"Giring mereka ke gurun pasir!" Perintah Raja Minato, tegas. Dengan gerakan kompak mereka mulai menggiring para musuh untuk berpindah tempat ke daerah tanah yang lapang dan luas. Dengan begitu, musuh yang tadinya bersembunyi di atas pohon maupun di kejauhan akan terlihat. Pasukan pun membentuk barisan dan memberi jalan untuk Sang Raja lewati. Minato menunggangi kudanya dengan cepat, berlari menuju ke arah gurun pasir. Perang kembali tak terelakkan.

Sedangkan di kubu Danzo sendiri, ia sedang melakukan pertemuan dadakan bersama Prajurit Bawah Tanah, untuk merencanakan strategi penyerangan lanjutan. Dalam rencana Danzo, ia akan menyerang Raja Namikaze terlebih dahulu, lalu menyerang Kerajaan Namikaze yang di mana sistem penjagaannya sedang kacau. Dengan ini, kemenangan Danzo tidak akan diragukan lagi. Ia benar-benar yakin dengan semua rencana yang sudah ia susun matang-matang, dan selanjutnya ia akan menangkap Putri Naruto, jika perlu Putri Shion juga.

"Yang Mulia, apa tidak apa-apa, jika kita menyerang mereka lebih cepat dari dugaan waktu yang sudah mereka pikirkan?" Tanya salah satu Prajurit Bawah Tanah, kepada Danzo. Sedangkan yang bersangkutan hanya melirik sekilas, lalu kembali menatap ke arah para Prajurit Bawah Tanah.

"Kenapa kau meragukan strategi berperangku?" Pernyataan Danzo pun membuat prajurit itu menjadi ciut, merasa takut. Ia pun meminta maaf atas kelancangannya. "Tugas kalian adalah, menyerang Kerajaan Namikaze, setelah kita berhasil membunuh Rajanya. Selanjutnya tangkap semua para wanita dan jadikan mereka budak, keculi Putri Naruto dan Putri Shion. Mereka berdua harus menjadi selirku!"

.

Hari ini, Sai mencoba untuk kabur dari penjara bawah tanah ini. Sebentar lagi, para prajurit akan membawanya keluar untuk dipekerjakan sebagai pengawal Raja Kurama, yang tinggal di dalam istana. Selama ia berada di dalam penjara, tubuhnya berangsur-angsur membaik setelah ia mendapatkan tato yang berada di punggung tangan kanannya. Kedua matanya begitu awas, melirik ke sekeliling jeruji besi di mana banyak tahanan yang juga akan diperbudak oleh siluman itu.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang