Bab 17

1.8K 330 83
                                    

Bab 17

Di sore hari menjelang malam. Raja Fugaku berjalan di lorong istana ditemani seorang Kasim dan beberapa pengawalnya. Sang Kasim yang tak sengaja melihat ke arah halaman depan, sedikit memicingkan matanya untuk melihat dari kejauhan yang ada di sana. Siluet warna pirang menjadi daya tarik orang itu, di jam sore seperti ini, terlihat terang. "Yang Mulia!" Panggil sang Kasim, mencoba menarik eksistensi sang Raja.

Fugaku yang merasa dipanggil pun berhenti di tempat, dan berbalik menatap ke arah Kasimnya. Satu alisnya terangkat naik, heran, sekaligus bertanya ada apa. "Yang Mulia, lihat di sana. Bukankah itu Putri Namikaze?" Tanya, dan beritahunya sekaligus.

Raja yang mendengarnya pun menoleh ke arah yang ditunjukkan. Di sana Putri Naruto berada, seperti sedang dihukum dengan kaki yang berlutut serta tangan yang terangkat ke atas. Dengan tanpa pikir panjang, sang Raja pun bergegas menghampiri.

"Putri Namikaze!" Serunya, datang menghampiri. Ia bisa melihat gelagat kaget dari si pirang, yang kaget dengan kehadirannya. Putri itu segera menurunkan kedua tangannya, dan memberikan salam dengan posisi masih berlutut namun kedua tangannya bertumpu di depan area perut.

"Salam, Yang Mulia!" Hantur Naruto, dengan suara seraknya. Ia tidak menyangka akan ketahuan dengan begitu cepat oleh Sang Raja, langsung. Tanpa diduga-duga lagi, pikirnya kesal. Naruto tidak tahu hal apa lagi yang akan memperburuk citranya di mata semua orang. Memikirkannya saja, Naruto sudah ingin berniat untuk mengajak orang tersebut duel satu lawan satu.

"Apa yang kau lakukan? Berdirilah!" Tanya dan perintahnya dengan mutlak. Raja pun masih menyempatkan diri untuk membantu Putri Naruto berdiri, hal ini pun tidak luput dari ekor mata si Kasim. Sepertinya Yang Mulia menaruh perhatian lebih pada Putri ini, batinnya, di dalam hati.

"Terima kasih," ucapnya, membalas bantuan sang raja. Ia masih dalam gestur memberi hormat, meski kakinya terasa kebas sejak berjam-jam tadi. Ingin rasanya ia tidur terlentang saat ini juga. Kepalanya masih menunduk sopan, terlalu tidak pantas untuk menatap langsung sosok yang begitu agung di depannya.

"Siapa yang memberimu hukuman ini!?" Tanya Fugaku, mencoba menyelidiki meski ia sebenarnya memang tidak menahu tentang apa yang sebenarnya sudah terjadi. Sedangkan Naruto sendiri, ia sudah menggerutu sejak tadi di dalam hati alasan apa yang harus digunakannya.

"Yang Mulia, sebaiknya kita membahasnya di dalam." Seru sang Kasim, mengingatkan. Fugaku pun akhirnya mengiyakan ajakan tersebut. Namun, di saat kaki Naruto mencoba untuk melangkah hampir saja ia terjatuh ke lantai kembali, sebelum sang raja menyadarinya dan menolongnya dengan cara memegangi salah satu tangannya.

"Apa kau baik-baik saja? Sepertinya kakimu kesemutan setelah hukuman ini," tebak Fugaku, dan dijawab gelengan oleh Naruto. Fugaku yang tahu hal tersebut pun hanya menghela napas pelan. Sepertinya salah satu putranya ada yang membuat ulah tanpa sepengetahuannya.

Dengan sabar, Fugaku membatu memapah dirinya untuk berjalan. Naruto yang diperlakukan seperti orang kesakitan sedikit merasa tidak terima, di dalam hati. Meski enggan mengakuinya, Naruto tahu batas di mana jika ia benar-benar membutuhkan bantuan dari seseorang yang ada di sekitarnya. Seperti saat ini, raja dengan gampangannya menawarkan bantuan yang tak diduganya sama sekali.

Naruto mendudukkan dirinya dengan perlahan ke sebuah kursi yang ada di aula istana kerajaan. Ia akhirnya merasa lega setelah menaiki ribuan anak tangga, yang menurutnya sendiri, dengan susah payah. Ia menghela napas lelahnya dengan suara yang pelan, berharap tak menarik perhatian sang raja. Namun dugaannya salah, sang raja ternyata sejak tadi memperhatikan.

"Sepertinya salah satu putraku membuat ulah denganmu?" Awal Fugaku, mencoba memancing pembicaraan di antara mereka berdua. Fugaku berharap Putri Naruto mau berterus terang kepadanya.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang