Bab 34

1.5K 273 34
                                    

Bab 34

Berita tentang Namikaze Naruto yang diusir oleh Permaisuri Sara pun menyebar dengan cepat. Rakyat yang awalnya merasa masa bodoh dengan kepemimpinan kerajaan mereka, sekarang seolah-olah seperti kosong dan tak tertisa. Entah apa yang sudah dipikirkan oleh Permaisuri Sara hingga mencabut gelar Ratu Namikaze yang sebenarnya hanya bertahan selama satu bulan tersebut. Masa kepemimpinan Naruto sebenarnya belum resmi secara umum, tapi hanya di dalam Kerajaan Namikaze saja.

Sara menuliskan dekrit ke dalam selembaran gulungan yang ditempelkan ke dinding pengumuman yang ada di ibu kota. Dalam dekrit kerajaan tersebut berisi, jika dirinyalah Ratu Kerajaan Namikaze selanjutnya. Dalam kurun waktu yang terbilang singkat tersebut, Sara sudah meresmikan dirinya terhadap gelar yang dimilikinya baik di dalam kerajaan ataupun di luar kerajaan. Sara sudah resmi menjadi ratu kerajaan tersebut.

Seperti saat ini, ia sedang mengurus beberapa laporan yang menurutnya sangat membingungkan dirinya. Gulungan laporan yang dibacanya berisi laporan tentang pemberontakan yang sedang terjadi di perbatasan sebelah timur. Pemberontakan di sana terjadi karena perintah Sara yang ia turunkan beberapa hari yang lalu untuk memperluas wilayah yang ingin ia kuasai. Ia pun memanggil Kasim kepercayaannya, yang sebelumnya adalah bawahan Minato, lalu Naruto, kemudian Sara. "Perintahkan mereka untuk memperluas perbatasan di sebelah timur!" Tegasnya, tanpa berpikir panjang.

Kasim itu mencoba menyela. "Tapi Yang Mulia, jika perintah itu tetap Yang Mulia turunkan, kemungkinan pemberontakan akan semakin parah." Ujarnya, mencoba untuk menasehati. Ia tak habis pikir dengan pola pikir seorang ratu macam seperti Sara ini. Sara sudah dibutakan oleh kekuasaan. Selama kepemimpinan Minato yang kemudian dilanjutkan Putri Naruto, tidak pernah ada yang seserakah ini. Sara sesekali mengadakan pesta jamuan secara besar-besaran hanya untuk menunjukkan jika gelarnya sekarang adalah seorang Ratu Kerajaan Namikaze.

"Kau membantahku!" Sara naik pitam, ia marah. "Jika kau tidak menyukai perintah yang kuberikan, kau bisa mundur dari jabatanmu saat ini!" Ujarnya, penuh amarah. Ia membanting gulungan laporan tersebut ke atas meja ,lalu beranjak pergi meninggalkan ruangan kerjanya.

Kasim itu hanya tersentak kaget. Ia tidak habis pikir. Mungkin Kerajaan Namikaze akan hancur dalam waktu dekat. Ia pun bergegas pergi untuk menyampaikan laporannya ke pada bawahannya yang berada di perbatasan timur.

Setelah beberapa hari, akhirnya perintah itu sampai ke perbatasan timur. Gulungan laporan itupun dibanting oleh Kiba ke tanah. "Sialan! Mana ada seorang pemimpin yang sukanya membuat ulah seperti ini!?" Makinya keras, yang disetujui oleh yang lain. Mereka disini harus mati atau bagaimana. Tidak ada dalam sejarah Kiba dan yang lainnya, mendapat perintah untuk memperluas perbatasan mereka. Yang ada jika semisal mereka tetap saja menjalankan perintah Sara tersebut, mereka harus berkorban nyawa.

Dalam masa kepemimpinan Minato dan Naruto, raja dan ratu seperti mereka lebih menyukai memperluas kerajaan mereka dengan cara perang melawan kerajaan lain, bukan malah berseteru dengan kerajaan sebelah yang sebelumnya sudah ada kesepakatan untuk berbagi perbatasan. Kenapa mereka harus mendapatkan seorang pemimpin yang tidak kompeten seperti ini. Lain halnya dengan mereka yang harus bertarung habis-habisan, Sara di Kerajaan Namikaze malah memilih mengadakan pesta kembali, untuk ke sekian kalinya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Tanya yang lain pada Kiba. Sedangkan Kiba sendiri, ia menatap yang lain dengan raut kesal.

"Yang kita lawan itu adalah Kerajaan Uchiha, bukan kerajaan kecil!" Tegas Kiba. Ia ingin marah kali ini, tapi bukan saatnya ia untuk marah. Apa mereka harus mati dengan begitu konyol karena perintah Sara yang tak jelas, seperti cara kepemimpinannya.

.

Langkah kaki Itachi semakin cepat, saat menghadap ke ruangan kerja raja. Ia baru saja mendapatkan informasi jika perbatasan mereka diserang oleh prajurit dari Kerajaan Namikaze. Ia membuka pintu dengan cepat, lalu membungkuk memberi hormat. "Yang Mulia, Namikaze menyerang perbatasan kita, yang sebelumnya sudah disepakati." Lapornya, dengan suara tegas. Ia masih membungkuk hormat.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang