Bab 13

1.8K 267 29
                                    

Bab 13

Rombongan Raja dan Permaisuri pun pergi, setelah mengumumkan siapa saja yang lolos di babak ke dua ini, serta memberitahu para kandidat bahwa, di babak ke tiga mereka harus menampilkan sebuah tarian. Kandidat yang berhasil lolos adalah, Naruto, Shion, Hinata, Sakura, dan Ino, meninggalkan Tenten dan tiga peserta lainnya yang tidak lolos di babak ke dua ini. Raja juga memberitahukan jika setiap para kandidat akan diberi waktu selama satu minggu untuk berlatih tarian yang akan mereka tampilkan minggu depan.

Naruto yang mendengar jika dirinya lolos di babak ke dua ini terlihat syok di tempat. Bagaimana bisa ia lolos dengan begitu mudahnya? Apakah Dewa Keberuntungan sedang berpihak kepadanya. Sedangkan Shion yang berada di sampingnya hanya bisa menghela napas pelan, memaklumi hal yang baru saja Naruto alami. Sebagai kakak yang baik, ia dengan terpaksa menyeret Naruto yang masih membatu di tempatnya berdiri, untuk kembali ke paviliun.

Naruto mendudukkan dirinya di sebuah kursi meja teh. Shion sibuk melepas anting di telinganya dan memasukkan barang berkilau tersebut ke dalam kotak perhiasan yang ada di atas meja rias. Ia bisa mendengarkan suara Naruto yang mulai histeris, setelah tersadar sepenuhnya. "Aargh! Bagaimana bisa aku seceroboh itu!" Shion hanya bisa menggelengkan kepala sebagai respon. Biarkan Naruto mengutarakan kekeselannya dengan menggerutu.

.

Pohon itu berdiri dengan kokoh, di salah satu hutan yang cukup lebat. Sai hanya duduk di salah satu dahan pohon yang cukup tinggi menurutnya. Ia mengenakan pakaian pria yang berwarna serba hitam. Siang ini, ia hanya ingin mengawasi pasukan militer Danzo yang sedang mendirikan tenda sebagai barak atau pangkalan perang yang jauh beberapa meter dari tempatnya berada saat ini.

Di bahu kirinya, sudah ada Elang Hitam yang bertengger manis, di sana. Elang Hitam juga ikut melihat ke arah barak melalui mata tajamnya. "Pergilah!" Seruan Sai memberi perintah kepada Elang Hitam untuk pergi kembali ke Kerajaan Namikaze.

Ia saat ini sedang dalam kondisi hati yang senang. Ingatannya berputar kembali di waktu itu, saat dirinya bisa bertemu dengan Naruto. Naruto saat itu terlihat begitu berbeda dengan pakaian wanita yang dikenakannya. Biasanya, dia akan mengenakan pakaian pria atau semacamnya seperti baju zirah. Namun, bibir yang tersenyum tipis itu tertutupi oleh topeng yang dikenakannya, tidak terlihat. Naruto terlihat menawan di waktu itu. Memikirkannya saja, Sai sudah hampir setengah gila. Ia memilih menyudahi pemikiran konyolnya tersebut.

Dalam diam, semilir angin mencoba menerpa wajah Sai yang tertutupi oleh topeng berbentuk kepala kucing. Dengan gerakan yang seolah sudah terbiasa, Sai menjatuhkan dirinya dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh. Kakinya mendarat dengan sempurna menapaki tanah berumput.

Kuda hitam miliknya sibuk memakan rumput yang sudah Sai siapkan, sebelumnya. Tangannya terjulur mengelus punggung kuda kesayangannya. Ekor matanya melihat ke sekeliling, di saat dirinya tak sengaja mendengar adanya sebuah pergerakan yang terdengar samar lewat indra pendengarannya. Tanpa menunggu waktu lagi, dengan gerakan cepat Sai menaiki kudanya yang belum siap akan perintah tuannya. Kuda itu terkesiap dan meringkik keras dengan kedua kaki depan yang terangkat ke atas.

Seseorang itu menembakkan satu panah ke arah Sai, yang tak berhasil mengenainya dan menancap di salah satu pohon yang tepat berada di belakang badannya. Sai menunggangi kudanya dengan cepat, menghindari kejaran sang musuh yang tepat mengejarnya di belakang. Musuh itu kembali menembakkan panah, yang tentunya hampir saja mengenai kepala Sai yang berhasil dihindarinya dengan cara merunduk.

Musuh itu tak merasa goyah sama sekali, meski ia juga menunggangi kuda, keahlian memanahnya tak bisa diremehkan. Kembali, tembakan panah di alamatkan untuk Sai. Pembunuh bayaran itu baru berhenti menembakan panah, di saat sasarannya memilih berhenti dan membalikkan arah kudanya menghadap dirinya. Tanah yang cukup luas itu menjadi tempat pilihan Sai untuk melakukan perlawanan dengan jarak dekat.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang