Bab 03

5.3K 547 51
                                    

Bab 03

Sinar matahari bersinar terik di atas langit, siang ini. Angin sepoi menerpa tubuh ramping yang dipenuhi butiran keringat, hasil latihan. Di tempat arena latihan pribadinya, Naruto menancapkan pedangnya sebagai tumpuan tangan kanannya. Kepalanya mendongak ke atas, menatap teriknya sang surya membuat keringatnya menuruni pelipis hingga ke dagu runcingnya. Sudah dua tahun Naruto menekuni hal ini dan monoton dalam menjalani hidup.

Tidak ada hal yang baru dalam kurun waktu dua tahun yang dilaluinya. Umurnya sudah empat belas tahun, dan Naruto hanya menjalani kesehariannya dengan latihan dan menjaga kakaknya saja. Pernah sekali, Naruto berpikir ingin menyerah dengan permintaan sang ibu. Dia ingin bebas seperti dulu, turun ke medan perang dan berperang dengan regunya untuk memperluas daerah kekuasaan. Namun semua hanya tinggal mimpi.

Gaun indahnya menjadi kusut dan berdebu. Ia terlalu malas hanya untuk mengganti pakaian yang dayang pribadinya siapkan tadi pagi untuknya, dan pilihannya jatuh untuk tidak mengenakan pakaian berlatih. Setelah pengunduran dirinya dari jabatan jendral, semua yang berhubungan dengan dirinya diambil alih oleh sang Ibunda. Selain latihan dan menjaga Putri Shion, kakaknya. Naruto juga harus mengikuti pembelajaran tata krama sebagaimana seorang putri harus bersikap.

Dia masih ingat saat sang ibu memarahinya habis-habisan karena kulitnya yang rusak dan memaksanya untuk menjalani perawatan kulit, dengan alasan "Seorang putri kerajaan harus memiliki kulit putih yang bersih dan sehat!" Namun semua itu tidak bertahan lama, karena Naruto memilih tempat latihan di ruangan yang terbuka, seperti halaman belakang yang panas di siang hari.

Dan latihan ini, adalah salah satu syarat yang ia minta pada sang ibu sebagai ganti karena ia mundur dari jabatan walaupun sebenernya latihan ini juga termasuk bagian dalam tugasnya sebagai pengawal pribadi Putri Shion. Semua hal yang dilakukannya harus ada izin dari sang ibu, dan Naruto tak kuasa menolak perintah sang ibu sebagai bentuk berbaktinya seorang anak kepada orang tua.

Seorang dayang yang bernama Ayame, berjalan mendekat ke arahnya dengan kepala menunduk dan kedua tangan yang saling bertautan bersikap sopan seperti dayang pada umumnya. "Putri Naruto, maafkan hamba yang menganggu waktu berlatih Putri. Putri Shion sedang mencari Anda." lapornya, dengan suara yang tertata.

Menghela napas dengan pelan, Naruto memilih beranjak untuk menemui saudari satu ayahnya di paviliunnya. Setelah sampai di paviliun, ia bisa melihat jika Putri Shion sedang duduk di meja teh menikmati kudapan kecil yang sudah dihidangkan dayangnya, sebelum menjemput dirinya.

"Ada apa?" tanyanya, tanpa basa-basi. Naruto memilih melangkah masuk ke dalam kamar, ia akan mandi dan berganti pakaian sebelum Shion mengajaknya keluar berkeliling istana, mungkin. Memikirkan hal ini saja, Naruto sudah lelah. Keseharian sang putri hanyalah ala kadarnya bagaimana seorang sang putri hidup dan menjalani kesehariannya. Dan Naruto muak, bosan, berharap hari-hari yang dilaluinya segera berganti.

Shion yang mengerti mulai melambaikan tangan pada para dayangnya untuk segera pergi meninggalkannya sendiri, menyisakan Naruto dan dayang Ayame yang sedang membantunya melepas pakaian. Ia meletakan cawan teh ke atas meja, dan mengisinya kembali dengan gerakan anggun. "Aku hanya ingin mengajakmu berkeliling istana," ujarnya tanpa beban. Seru Shion yang sudah terbiasa seolah-olah hal itu adalah hal yang jarang dia lakukan, dan Naruto ingin memanah apapun itu yang ada di depannya saat mendengarnya. Naruto bosan!

Sedangkan Naruto, ia telah melepas pakaian lapisan ke duanya dibantu Ayame. Tanpa repot menoleh, Naruto menjawab dengan santai. "Baiklah," dan tubuhnya berlalu setelahnya.

.

Putri Shion yang dikawal Putri Naruto serta beberapa dayang yang mengikutinya mulai berkeliling istana. Mereka berdua hanya menundukkan kepala samar diiringi senyum milik Shion, kecuali Naruto, ketika beberapa dayang dan prajurit serta putri lain jika berpapasan dengan mereka.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang