Bab 47.
Cahaya yang ditimbulkan pun memancar ke segala arah. Entah apa yang dilakukan Toneri saat ini mampu membuat pertarungan mereka sedikit terjeda. Cahaya itu mampu membuat mereka dengan spontan menutup mata ataupun dengan lengan mereka, menghindari kebutaan sesaat. Perlahan cahaya itu mulai menipis dengan sendirinya. Dan tubuh Naruto pun kembali terbangun.
Mereka hanya bisa mematung dan membisu, menyaksikan Naruto yang kembali dihidupkan namun dengan ciri fisik yang berbeda. Wajahnya terlihat datar. Ia kembali bergerak untuk berdiri dibantu oleh uluran tangan milik Toneri. "Hime-sama," panggil Toneri dan Kakashi yang hampir bersamaan.
Semua orang hanya bisa membatu di tempat. Kehadiran Naruto dengan wujud aslinya membuat semua orang gempar. Gadis bersurai pirang itu telah berubah wujud menjadi sosok yang baru. "Dewi Outsutsuki." Gumam salah satu seorang prajurit.
Dua kata itu membuat beberapa pendengar yang mendengarnya menoleh ke arah prajurit tersebut. "Kau benar." Sahut prajurit yang lainnya.
Bagi sebagian yang masih memuja legenda keberadaan Dewi Outsutsuki, mereka segera berlutut memberi salam hormat. Hampir semua orang memberi hormat atau memuja akan hadirnya sosok itu.
Naruto diam, tanpa merespon sama sekali. Barikade pelindung itu memudar. Kakashi yang berada jauh pun mulai mendekat ke arah kedua orang tersebut. "Tugas kita selesai, sebaiknya kita segera kembali." Tukas Kakashi mengawali pembicaraan.
Tiba-tiba tubuh Naruto, Toneri dan Kakashi mulai terangkat ke udara. Saat ketinggian mereka masih beberapa meter dari atas tanah, Naruto berujar, "Tunggu." Membuat mereka bertiga berhenti di tengah-tengah udara.
"Ada apa?" Tanya Toneri, bingung. "Urusanku hanya menjemputmu, bukan yang lain."
Naruto tidak menoleh dan tidak merespon. Tubuhnya kembali mendarat, mendekat ke arah tubuh Kurama yang sudah tidak bergerak. Ia berjongkok, mengamati wajah Kurama yang tertidur pulas dengan senyum teduh untuk selamanya. Tangannya terjulur dan mengelus pipi penuh luka itu. "Terima kasih," gumamnya dengan pelan. Kemudian tubuh itu memudar dengan sendirinya.
Naruto kembali berdiri. Ia mengelus tanda segel yang mulai terbentuk di bagian perutnya yang tertutup gaun mewahnya. Ia berbalik, pandangannya mengedar ke segala arah. Semua orang hampir berlutut bahkan bersujud akan kehadiran dirinya. Ah, Naruto hampir lupa jika dirinya dulu adalah seorang putri dari Dewi Outsutsuki. Gelar Dewi Outsutsuki sepertinya mulai cocok dengan dirinya.
Tatapannya tidak sengaja tertuju ke arah Sasuke yang terbaring tak bernyawa di atas tanah gurun. Tiba-tiba, ingatan-ingatan datang bertubi-tubi menghujam dirinya. Ia meringis pelan, memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Tubuhnya hampir ambruk ke tanah gurun, jika saja Toneri dan Kakashi tidak datang dengan cepat untuk segera membatu. "Kau tidak apa-apa, Hime-sama?" Seru Kakashi, khawatir.
Air matanya tidak sengaja jatuh ke atas tanah gurun. Ingatan itu membuatnya menangis karenanya. Naruto ingat, Sasuke adalah belahan jiwanya di masa lalu dan saat ini. Air mata yang tadi jatuh ke tanah gurun itu mampu merubah tanah gurun yang gersang menjadi menghijau. Rumput hijau mulai tumbuh ke permukaan, menandakan kekuasaannya sebagai Dewi Outsutsuki yang terpilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jenderal & Putra Mahkota
Fanfiction[END] Menceritakan kehidupan Uzumaki Naruto, putri dari Selir Uzumaki Kushina dan Raja Namikaze Minato. Selain status sebagai putri dari kerajaan Namikaze, Naruto juga adalah seorang Jenderal Perang. Keselamatan Putri Shion, putri dari Permaisuri Na...