Bab 11

1.7K 273 25
                                    

Bab 11

Setiap kandidat sudah duduk di bangkunya masing-masing. Pagi ini, mereka disuguhkan dengan peralatan tulis yang begitu lengkap dan sudah tertata di atas mejanya masing-masing. Raja memberi perintah untuk membuat sebuah kaligrafi dengan bertemakan puisi atau sajak yang mereka sukai secara bebas dan menulisnya di atas perkamen yang sudah disiapkan.

Naruto menatap bingung peralatan tersebut. Sajak atau puisi apa yang harus dia tulis, untuk menjadi bahan acuan di sayembara pertama ini. Merasa buntu ide, dia memilih menulis kalimat kelakar salah satu teman seperjuangannya di medan perang dan menulisnya dengan asal-asalan. Semasa di medan perang dulu, mereka selalu memikirkan hal ini namun kapan hal itu akan terjadi mereka tidak tahu. Jadi, mereka di saat jam istirahat malam, mereka bercanda gurau dengan obrolan yang tidak nyambung ditemani sebotol arak sebagai pelengkap.

Sedangkan di tempat duduk Shion, dan putri-putri yang lain mereka menulis dengan gerakan begitu halus di atas kertas. Masing-masing dari mereka menulis sajak atau sepenggal puisi. Mereka berharap semua hasil karya mereka dapat diloloskan untuk menuju babak selanjutnya.

Saat tiba dimana semua perkamen harus dikumpulkan, Naruto terkesiap dengan salah satu tangan dayang yang mengambil perkamen hasil tulisan sajaknya, meski sebelumnya sudah diperintahkan untuk mengumpulkan perkamen setiap kandidat, tetap saja Naruto belum siap. Dalam hati Naruto, baru kali ini ia merasakan takut jika gagal dalam babak pertama. Ini masih di awal babak, dan dia sudah gagal. Bagaimana jika dia tidak bisa sampai ke babak selanjutnya. Bukankah ia harus pulang ke kerajaan dan meninggalkan Shion? Wajah tannya terlihat begitu khawatir. Ia mencoba melirik Shion dan hanya dibalas kedipan oleh yang bersangkutan.

Sebegitu tidak khawatirkah Shion dengan dirinya. Naruto menyesal, mengingatnya. Shion itu sudah pandai dari sananya, sedangkan dirinya hanya pandai menebas kepala musuhnya. Ingin sekali Naruto memperbaiki kaligrafinya kembali, siapa tahu dengan begini ia bisa sedikit tenang. Raja yang mengumumkan hasil kaligrafi terbagus dari babak pertama ini menyadarkan Naruto dari lamunannya.

Di singgasana yang di tempati raja dan permaisurinya sedang sibuk menimbang-nimbang kaligrafi yang mana yang paling bagus dan menarik di antara yang lain. Sebenarnya, ide babak pertama ini adalah ide dari permaisuri sendiri. Ia ingin memiliki menantu yang pandai menulis kaligrafi. Siapa tahu di antara para kandidat ada yang memiliki satu kegemaran yang sama, seperti permaisuri.

Permaisuri masih sibuk dengan pilihan kaligrafi antara putri yang satu dengan putri yang lain. Ia memilah dengan begitu teliti setiap perkamen yang dibacanya. Sedangkan raja sendiri, ia hanya melakukannya sebagai formalitas saja. Raja juga asal membaca atau melihat hasil tulisan kaligrafi setiap kandidat, karena hasil seutuhnya dalam babak ini berada di tangan permaisuri.

Tatapannya tak sengaja melihat salah satu perkamen yang dipisahkan oleh permaisuri ke bagian paling ujung, tepatnya berada di meja sang raja. Tangan Fugaku terulur untuk mengambil perkamen tersebut. Dia memandang lama perkamen tersebut, lalu menoleh ke arah Mikoto. "Aku titip ini," tukasnya, memberitahu. Tangannya menyodorkan perkamen ke arah permaisuri.

Mikoto yang teralihkan fokusnya, menatap raja dengan ekspresi bingung. Ia menerima perkamen yang diberikan. Mikoto tahu, jika tanpa sebab sang raja mengatakan sesuatu, seperti hal ini, pasti raja sedang menginginkan sesuatu. "Apa Yang Mulia meloloskan ini?" Tanyanya, mencoba memastikan. Anggukan singkat dari Fugaku sudah menjawab semuanya. Perintah raja adalah mutlak.

Kasim raja pun mengumumkan hasil dari babak pertama ini. Dengan lantang suaranya terdengar keras hingga ke telinga Naruto yang masih diam membisu di tempatnya. Ia sibuk dengan pemikirannya sendiri saat ini. Naruto takut gagal di babak pertama. Doa-doa ia panjatkan di dalam hati, semoga ia lolos di babak pertama. Pengumuman tersebut langsung mengambil sepuluh besar peserta yang lolos dari babak pertama, di antaranya ada; Putri Hinata, Putri Ino, Putri Sakura, Putri Tenten, Putri Shion, ....... Seruan sang Kasim pun tak terdengar oleh Naruto. "-dan terakhir adalah, Putri Naruto."

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang