Bab 31

1.4K 265 22
                                    

Bab 31

Naruto diam, menatap dengan tatapan kosong api unggun yang menyala-nyala di depannya. Kurama yang masih setia bersandar di batang pohon pun juga ikut diam. "Namamu?" Tanya Naruto, setelah keheningan menguasai mereka. Ia menjulurkan kedua tangannya untuk semakin dekat dengan api, berharap menghantarkan rasa hangat ke seluruh tubuhnya.

"Kurama."

Naruto melirik dengan cepat ke arahnya. Satu alisnya terangkat naik. "Hanya itu?" Tanyanya, memastikan. Siapa tahu dia memiliki nama marga keluarga atau sejenisnya.

"Hanya Kurama." Balas Kurama, sekenanya. Ia melirik Naruto dengan malas. "Kau sendiri?"

"Namikaze Naruto." Dan keheningan kembali menguasai mereka berdua.

"Bagaimana dengan tanganmu?" Tanya balik Kurama. Ia menatap pergelangan tangan Naruto yang sudah ia bebat dengan sobekan pakaian miliknya.

Naruto memberi jeda sebelum ia menjawab, "Hanya terkilir. Entahlah, mungkin ada yang retak?" Balasnya, yang seolah-olah luka yang didapatnya tadi tidak begitu berarti. "Kau sendiri? Bukankah kau tadi sempat menolongku?" Ia menarik napas, lalu kembali berbicara. "Dan terima kasih." Imbuhnya, dengan gerakan kepala yang menoleh ke arah Kurama.

Sedangkan Kurama sendiri, ia hanya menatap Naruto dalam diam lalu menjawab. "Tidak ada." Tukasnya, berbohong. Kurama menunduk, menatap kayu yang dilahap api tersebut. Keheningan kembali menguasai mereka. Malam ini Kurama memutuskan untuk tidur lebih dahulu, membiarkan Naruto yang masih asyik dengan api unggunnya.

Keesokan paginya, Kurama dibangunkan oleh Naruto dan mereka harus melanjutkan perjalanan mereka yang tertunda. Tubuhnya yang kemarin terluka sedikit membaik dari pada yang sebelumnya. Ia memutuskan mengikuti Naruto untuk menemukan lokasi anggota Akatsuki yang terpisah dengannya, kemarin.

Dan selang beberapa jam mereka berjalan, Pain akhirnya menemukan sosok Naruto yang didampingi oleh Kurama. Ia dan anggotanya yang lain pun mendekat ke arahnya. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya Pain, yang begitu antusias dengan keadaan Naruto saat ini. Ia tidak sengaja melihat pergelangan tangan gadis yang disukainya dibebat dengan kain berwarna merah gelap.

"Aku tidak apa-apa. Bagaimana dengan kalian?" Jawab sekaligus tanya Naruto bersamaan. Ia mengamati anggotanya yang sepertinya baik-baik saja.

"Kami baik-baik saja." Jawab mereka yang hampir bersamaan, dan sisanya menganggukkan kepala menyetujui kalimat tersebut.

"Sebaiknya kita melanjutkan perjalanan. Waktu kita sudah terbuang banyak dengan kejadian kemarin." Seru Naruto, pada yang lain. Ia memberi perintah pada anggotanya untuk melanjutkan kembali perjalanan mereka. Mereka pun dengan serempak mengangguk, dan melanjutkan kembali perjalanan mereka menuju ke Kerajaan Haruno.

Saat mereka tiba di pintu utama ibu kota kerajaan, Naruto dan yang lainnya berusaha menyaru dengan semua orang yang melewati pintu tersebut. Pakaian yang dikenakan Naruto, sedikit menarik perhatian beberapa orang yang tidak sengaja melihatnya. Melihat hal itu, Pain pun memberikan jubah hitamnya kepada Naruto dan diterima langsung oleh yang bersangkutan.

Naruto menerima jubah itu dan langsung mengenakannya. Ia terlihat seperti seorang putri yang dikawal begitu banyak oleh prajurit yang terlihat hebat. Beberapa orang yang tidak sengaja melihat ke arahnya hanya bisa menatap dengan tatapan begitu tertarik. Setelah berhasil melewati ibu kota, ia dan anggotanya dihadang oleh beberapa prajurit Haruno yang berjaga di pintu utama kerajaan.

"Siapa kalian, dan dari mana kalian berasal?" Tanya salah satu prajurit tersebut. Mereka yang berjaga di gerbang utama kerajaan menatap dengan tatapan curiga pada Naruto dan anggota Akatsuki.

Jenderal & Putra MahkotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang