00. Prolog

1.7K 106 17
                                    

8.00 Pagi

SETELAH lima belas menit dikiranya cukup untuk memanaskan mesin, Fara segera memasuki mobil, dilemparnya dua tas jinjing yang selalu dia bawa ke kantor ke kursi penumpang depan. Satu tas berbahan kulit sintetis berisi make up, jurnal, alat tulis, ponsel dan printilan kecil lainnya, satu lagi totebag besar berisi sandal jepit, cardigan, dan kotak makan siang yang dia isi dengan nasi mentega sisa semalam dan beberapa potong sosis pedas yang  dibuat express sebelum mandi.

Tangannya menarik seatbelt, kemudian ia membuka sunvisor. Di sana ia melihat pantulan wajahnya yang benar-benar tanpa riasan. Jika ia pikir waktunya terlalu mepet alias kesiangan, maka Fara akan berdadan nanti sesampainya di kantor. Jarak dari kantor kerumahnya menempuh waktu dua puluh menit, sedangkan office hour dia dimulai jam setengah sembilan pagi dan selesai di setengah lima sore, membuatnya hari ini agak sedikit terlambat dari waktu yang biasa ia perkirakan.

Fara pun menginjak pedal gas dan meluncur menuju tempat kerja. Belum keluar dari gerbang cluster perumahannya ia teralihkan oleh nada pesan masuk di ponsel. 

DinDin 

Kak Fara, aku udah sampe kampus

Semalem aku tidur cepet jadi bisa bangun sebelum alarm

Kamu jangan lupa sarapan ya

Me

Nah gitu dong, tidur cepet kan enak

Gue berangkat dulu ya

Have a great day Yang...

Rentetan pekerjaan hari ini sudah tersusun di kepalanya Fara. Mulai dari mengecek kondisi mobil, kelengkapan kontrak, request pemasangan asesoris tambahan dari customer hingga gate pass, semuanya harus ia selesaikan pagi ini. Semua ia teliti demi kelancaran pengiriman mobil sampai ke tangan pemiliknya. Tidak lupa pula Fara berkordinasi dengan Pak Sofyan. Driver kantor yang selalu menjadi patner kerja Fara selama dua tahun belakangan ini.

Nampaknya hari ini akan cukup melelahkan. Tapi pesan singkat dari Dino membuatnya semakin bersemangat. Semburat merah di pipinya yang belum tersentuh riasan terlihat. Ia berharap pekerjaannya hari ini tidak ada rintangan berarti. 

Ardino Nawang Pramayoga (21th)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ardino Nawang Pramayoga (21th)

Mahasiswa yang sedang bergelut dengan skripsi. Tidak mau menyiakan passionnya, ia merangkap kerja di percetakan. Terbiasa berbicara dengan lemah lembut. Penuh simpati, bahkan cenderung terlalu sensitif memikirkan perasaan orang lain. Baginya, Fara adalah sumber kekuatan terbesarnya untuk memperbaiki cara pandangnya pada masa depan. Setelah sebelumnya ia hanya menngikuti arus tanpa tahu kemana segalanya bermuara. Fara adalah tujuannya, maka dari itu Dino selalu menekan dirinya sebisa mungkin. Karena baginya sekarang ini ia merasa belum pantas bersanding dengan gadis cerdas seperti Fara.

 Karena baginya sekarang ini ia merasa belum pantas bersanding dengan gadis cerdas seperti Fara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farabella Eka Larasati (25th)

Seorang sales representative di sebuah Showroom mobil kenamaan di Jakarta. Seperti kebanyakan sales lainnya, tentu saja kepribadiannya ramah, ceria dan berwawasan luas mengenai dunia Otomotive. Di kantor, Fara dikenal gigih dan perfeksionis. Meski beberapa berpikir Fara terlalu galak, sebenarnya ia bertingkah demikian hanya untuk memagari sisi lain dari dirinya sendiri. Fara terlalu lelah dan takut kecewa setelah banyak kisah pahit asmara yang ia telan di masa lalu. Sehingga membuat pikirannya memukul rata semua pria yang mendekatinya.

Segala keyakinannya runtuh kemudian, saat ia mengenal pria muda bernama Ardino. Mendadak ia menemukan tempat yang begitu nyaman dan hangat saat berkeluh kesah. Saat membagi waktu dan cerita-cerita hari buruknya. Dino meluluhkannya begitu saja dengan cara yang tidak pernah Fara duga. Lalu kini Fara bisa apa jika cinta sudah jadi dasarnya?.

 ---------

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang