30. Save My Soul

170 33 4
                                    

Tidak peduli seberapa besar seseorang berusaha menghindar dari masalahnya. Pada akhirnya kita harus menyadari bahwa dunia ini sejatinya adalah ladang ujian. Rentetannya datang bukan tanpa alasan, melainkan sebagai tanda bahwa Tuhan masih mencintai hamba-Nya. Meskipun cobaan datang bertubi-tubi, percayalah, ada makna bahagia di balik setiap air mata dan jiwa yang terluka.

Dibandingkan dengan mahluk lain penghuni jagat biru ini, manusia di sebut-sebut sebagai makhluk yang paling sempurna. Sudah sewajarnya kemudian menjadikan setiap lembar peristiwa dalam hidupnya sebagai cara untuk memperbaiki diri dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya nalar di anugerahkan di tiap-tiap insan yang bernyawa sebagai bekal untuk menemukan jati diri dalam versi terbaik.

Sejenak nalar serta sekujur tubuhnya bagai mati, saat ia mendapati wajah gadis yang begitu ia cintai menerabas melewatinya. Begitu ia membuka pintu, bahu kanannya tersentak. Fara dengan sengaja menabraknya dan kemudian berjalan mengambil tempat di balkon apartement. Semerbak wangi yang sudah lama ia rindukan kemudian menyebar ke sudut-sudut ruangan. Aroma yang Fara bawa sejenak membawanya ke serpihan memori-memori indah yang ia buat di apartement kecilnya.

Namun kini berbeda, aroma kesukaannya itu kini tidak serta merta membuatnya sumringah lagi. Suasananya berubah saat ia memandangi wajah Fara yang menatap lagit malam sambil menarik nafasnya dalam-dalam.

"Habis dari mana Kak?" tanyanya sambil melangkah kecil menghampiri Fara.

Yang di tanya bergeming. Meski begitu, Dino tahu, tidak lama lagi tamatlah sudah riwayatnya.

"Kenapa pake belagak sibuk buat ngehindarin gue sih? ada masalah apa lagi lo?"

"Yaa emang aku lagi rada hectic Kak, sama ngurusin persiapan wisuda juga kan?"

Fara melengos menatap tajam Dino yang berdiri bersandar di pintu geser berbahan kaca itu. "Sampai kapan lo mau bohongin gue?! kan gue udah bilang ngomong Din... ngomong... !!! gue selalu ada buat lo kapanpun itu. Jangan pendem sendiri dan lari dari gue begini."

Dengan berat hati, Dino kemudian mengutarakan pikirannya dengan berbekal segala keberanian yang ia sudah kumpulkan. "Aku rasa ini udah nggak bakalan berhasil Kak..."

"Nggak mungkin, lo bukan orang yang bakalan ninggalin gue gitu aja karena gertakan Mama kan?" sergah Fara dengan nada tinggi. "Atau... apa ada cewek lain selain gue hah?!"

Dino yang sejak tadi tertunduk mendengarkan Fara berbicara kemudian menghampiri kekasihnya. Ia memengangi ke dua lengan Fara, "Bisa-bisanya kamu mikir aku begitu Yang... astaga..."

"YA MAKANYA NGOMONG!!!"

Fara menampik tangan Dino, terlihat nafasnya sudah tersengal karena menahan emosi. "Lo bilang perlu waktu buat mikir. Udah gue kasih! tapi bukan berarti lo bisa seenaknya mainin perasaan gue. Apasih yang lo pikirin Din? gue ini nggak mau apa-apa...! Ya Tuhan... berapa kali gue bilang, gue butuh lo. Cuma itu!!"

"Sayang... aku doang tuh nggak jadi jaminan bakalan bahagia. Faktanya memang begitu, kita ini ngelawan waktu, juga restu Mama kamu. Aku yang pengecut kayak gini, udah jelas nggak sebanding. Kamu ini perempuan hebat dan berani, bukan buat aku yang selalu di bayangi rasa takut." ucap Dino dengan penuh penyesalan.


"Jadi... aku pikir Nathan lebih pantas buat kamu Kak."

PLAKKKK...!!!!!





Sebuah tamparan mendarat di pipiya. Dino benar-benar dibuat berantakkan. Ia tidak merasakan sakit secuilpun, rasa sakitnya tertutupi dengan rasa malu dan rasa bersalah pada Fara. Dino bahkan berpikir, tamparan yang ia dapatkan tidak seberapa dengan kekecewaan hati yang Fara derita. Harusnya ia mendapatkan lebih dari itu.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang