37. Bakery

143 31 0
                                    

Semerbak aroma khas toko kue terasa begitu tajam di hidung. Bukan asalnya dari pewangi ruangan, tapi karena Dino kini berada di toko kue Carissa. Sandy dan Mahesa nampak sibuk memasang lampu kelap-kelip di bagian atas ruangan. Sedangkan ia sendiri kini duduk di dekat meja kasir sambil memompa balon warna-warni satu per satu.

Seorang wanita paruh baya kemudian muncul dari arah kitchen. Membawa lima gelas es kopi dan sepiring camilan di atas penampan. Dari kejauhan, suaranya membuat tiga pemuda yang kini sibuk sendiri-sendiri itu lantas tertunduk menyambut dan menghentikan semua aktifitasnya tiba-tiba.

"Ini Tante bawain cemilan. Ayo di makan dulu, nanti gampang di lanjut lagi." seru Tante Sarah. Setelah ia meletakan penampan di salah satu meja yang biasa di duduki pelanggan, ia kemudian duduk bergabung dengan Dino. Mahesa dan Sandy yang menyerbu kopi itu tanpa lama-lama.

"Carissa nya kemana ya?" tanyanya kemudian.

"Rissa ke toko ATK sebentar Tante, sama Kayla. Ada dekorasi yang kurang katanya jadi musti di beli." jawab Sandy.

Tante Sarah mengangguk, "Tante minta maaf ya, hari libur gini malah jadi di repotin buat acara toko. Padahal kalian juga kan sibuk kerja, butuh istirahat. Besok-besok Tante minta Rissa suruh tukang aja deh..."

Mahesa buru-buru menyahut, "Walahhh.... Tante jangan mikir gitu. Nggak apa-apa kok, kita mah udah biasa ngerjain ini sama si Rissa dari jaman sekolah. Kalau cuma urusan tempal-tempel doang mah sepele. Tante nggak usah kawatir. Kita bertiga ini udah ahli sebenernya!" ucapnya sambil membusungkan dada dengan penuh percaya diri.

"Oh ya? jadi kalian bertiga ini satu tempat kerja?"

"Cuma Dino sama Mahesa Tan, kalau Sandy kerja di stasiun TV." sahut Dino.

"Pantesan Rissa kayak udah berasa punya panitia sendiri ya. Tante baru tahun ini soalnya bantuin dia acara amal tahunan toko. Jadi mohon bantuannya ya... dan terimakasih banget kalian udah mau luangin waktu di sini."

Sesaat setelah Tante Sarah memasuki area kitchen kembali. Ketiganya kini malah memulai pembicaraan dengan nada berbisik-bisik. Mungkin lebih ke Mahesa dan Sandy, karena Dino nampaknya tak begitu tertarik. Ia malah sibuk memandangi layar ponselnya, yang mana di sana Carissa terlihat mengirimkan pesan padanya. Menanyakan apa-apa lagi bahan dekorasi yang sekiranya harus dibeli.

"Rissa... Mama baru lo cantik bener dah. Mana baik, adem aja gitu ngobrol sama dia. Nggak kayak lo, gue kalo ngobrol sama lo nggak tahu kenapa emosi mulu bawaannya!" sergah Mahesa begitu Carissa dan Kayla memasuki toko.

Sandy kemudian menambahi. Sambil mengunyah bolu gulung dengan isian selai blueberry ia berkata, "iya Riss, baik begitu. Kenapa sih lo masih jutekin Mama lo sampe sekarang? Padahal dia juga kan yang ngebantuin lo ngurusin dua toko. Ngurusin bokap lo, ngurusin lo, dan gue denger dia juga punya anak di pernikahan sebelumnya. Duh, nggak kebanyang gue ribetnya dia gimana."

"Nggak ada dia juga gue masih bisa bayar karyawan kali..." kilah Carissa.

Dino kemudian melayangkan tatapan sinis ke Carissa, kemudian ia menggelengkan kepalanya pelan pertanda tak habis pikir lagi dengan pola pikir gadis arogan itu.

"Kenapa sih Din, ngeliatin gue nya begitu banget?" Carissa lantas bertanya tanpa dosa. Ia malah jadi tak merasa nyaman sendiri meski Dino tidak berucap sepatah katapun.

"Meski lo belum nerima Tante Sarah sebagai Mama sambung lo, nggak semestinya lo bersikap kayak gitu. Dia itu orang tua Riss, jangan seolah-olah lo nggak butuh ya sekarang ini. Mendingan lo coba deh turunin ego lo, daripada nanti kualat." sahut Dino panjang lebar.

"Lo aja pada nggak tahu, dia aslinya gimana."

"Yang katanya aslinya itu, cuma ada di pikiran lo doang. Sekali-kali lo harus buka hati, jangan pendedam jadi orang. Sayang banget waktu lo di habisin sama pemikiran cetek kayak begitu." ujar Sandy menimpali.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang