16. Nathan

211 46 5
                                    

Langit malam kala itu tidak membuat langkah kaki Jonathan tergerak untuk segera pulang setelah disibukan dengan aktifitas di kantornya. Apalagi hari ini dia dan beberapa kepala bagian yang lain diwajibkan rapat hingga sore hari membahas rencana akhir tahun. Merasa penat dan butuh sedikit hiburan ia pun kini berjalan memasuki area Cafe Lintang. Nathan mendapati kawannya yang melambai ke arahnya begitu ia menginjakan kaki di area taman.

"Sorry.. gue baru kelar Bro," Nathan menyalami kedua temannya.

Tiga pemuda itu nampak asik bersama, terlihat dari piring makan malam mereka yang sudah tak berisi. Serta puntung rokok yang semakin banyak seiring berjalannya waktu malam yang semakin larut. Nathan melihat layar ponselnya, ia melihat status Whatsapp Fara yang di upload sekitar tiga puluh menit yang lalu. Hanya tulisan.

Finally Home...thank's God..

Nathan tersenyum lega, kemudian sesaat jemarinya tergerak menanggapi meninggalkan beberapa patah kata untuk Fara. Kemudian dengan cepat ia segera mengunci ponselnya, dan meletakkannya dalam keadaan tertelungkup di meja untuk menyambung obrolannya kembali dengan kedua kawannya. Kekhawatiran dalam pikirannya terlintas jika teringat pesan yang ia kirim ke Fara terakhir kali. Mengenai pengakuan perasaannya, Nathan resah kalau saja nanti Fara menjadi tak nyaman. Dan membuat sikap Fara berubah kepadanya.

Drtttt ....Drtttt.....

Me
Udah di rumah ya Ra?
Maaf ya, saya nggak sempet jenguk kamu lagi kemaren.

Farabella
Aduh Pak, kok pake minta maaf?
Saya yang harusnya banyak terimakasih sama bapak. Soalnya kemaren kan udah nemenin saya pas baru masuk RS.

Me
Hahaha... Oke!
Syukur deh kalau saya dikit ngebantu kamu.
Kalau udah masuk kerja, kabarin yah!
Nanti makan bareng lagi kita.


Farabella
Asikk!!
Thanks Pak

Me
Sip...
Istirahat ya!

Tak sampai satu detik, senyum terkembang di wajah Nathan. Diluar dugaannya, Fara membalas chat Nathan seperti biasa. Apa mungkin akibat benturan di kepala Fara, atau mungkin memang sengaja Fara melupakannya. Nathan tak peduli, yang jelas sekarng hatinya berbunga-bunga, lega karena gadis yang ia sukai kembali. Salah satu temannya heran, bertanya-tanya melihat gelagat aneh Nathan.

"Kenapa Jo? cengar-cengir sendiri lo?!"

"Lah, dari gelagatnya sih kayaknya cewek nih?, anak mana Jo?" temannya yang lain menimpali.

Nathan terkekeh dengan wajah memerah menahan malu. "Apa segitu keliatannya ya dari muka gue?"

Kekehannya terhenti ketika Nathan memusatkan pandangan di balik dua kawannya. Ia melihat sosok yang ia kenal di dalam ruangan berkaca besar dengan pencahayaan yang terang. Gadis itu duduk di tepi jendela bersandar di kursi dengan seorang pria yang nampaknya seumuran. Si pria terlihat berbicara tanpa henti dengan nada serius penuh penekanan, namun gadis itu hanya diam sambil mendekap kedua tangannya.

Nathan mengenalnya, namun ia memilih mengabaikan begitu saja. Menenggelamkan diri kembali ke obrolan ringan masa-masa kuliah, asmara, dan juga sibuknya pekerjaan. Hingga tidak terasa saat Nathan melirik alrojinya, waktu menunjukan jam sebelas malam lewat. Membuat ketiganya memutuskan untuk mengakhiri pertemuan malam itu.

Jalanan setapak menuju pintu keluar Cafe Lintang dihiasi lampu temaram di kanan kirinya. Nathan melenggang menuju area parkir. Kemeja coklat terang yang ia gulung hingga siku nampak kusut, dan beraroma peluh bercampur asap rokok. Rasanya kini ia ingin segera sampai rumah, membasuh badannya di pancuran air hangat dan merebahkan diri di tempat tidur yang seharian ini ia rindukan.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang