34. Bandung

148 29 4
                                    

Fara mendecak sebal saat berulang kali Mamanya menyerukan namanya dari luar kamar mandi hotel. Padahal masih ada waktu kurang lebih satu jam lagi untuk turun ke bawah. Lantai dua di mana acara resepsi teman Mamanya dilaksanakan. Fara masih sibuk dengan alat styling rambutnya, ia sengaja membiarkan rambut sepunggungnya itu tergerai begitu saja agar tidak memakan waktu lama. Namun tetap saja, Mamanya selalu saja terburu-buru. Tidak sabar karena sebentar lagi akan bertemu dengan kawan-kawan lamanya.

Pintu kamar diketuk, ada Nathan dan Tante Sarah di sana saat Tante Lita membukakan pintu. Bertambahlah nyaring suaranya sembari menggedor-gedor pintu kamar mandi kembali.

"Fara... lama banget kamu? Ini udah di samperin Tante Sarah sama Nathan loh...!!"

"Ya udah Mama duluan deh kalau buru-buru, nanti aku kebawah sama Mas Nathan." sahut Fara kemudian.

Nathan membuka pintu geser yang mengarah ke balkon kamar. Udara Bandung siang itu cukup teduh, cuacanya tidak terik tapi juga tidak mendung. Dari sana Nathan bisa memandangi area parkir mulai penuh oleh para undangan yang akan menghadiri resepsi. Kolam renang jika dilihat dari kamar Fara ini nampak jauh lebih kecil. Berbeda dengan view dari balkon kamarnya yang berada tiga lantai di bawah kamar Fara. Namun dari arah sini Nathan bisa melihat banyak pohon memayungi lahan hijau di mana ada mini playground di tengah-tengahnya.

"Ayo Mas aku udah kelar nih..."

Setelan krem yang Nathan kenakan nampak serasi dengan gaun Fara saat itu. Kaos polos serta rok batik sedikit di bawah lutut berwarna coklat muda yang berpadu membuatnya tampak menggemaskan. Nathan sampai di buat terpesona saat Fara keluar dari kamar mandi.

"Dih... kok kayak anak kecil sih?" ucap Nathan membelalakan matanya. "Aku pikir kamu bakalan pake gaun atau kebaya. Mana pake sepatu teplekan gitu."

"Aku capek tiap hari musti pake hells, dah lah gini aja biarin. Tetep bagus di lihat kan?" Ucap Fara sambil melihat pantulan tubuhnya di kaca besar di dinding kamar hotel.

"Bukan bagus dilihat lagi, ini mah musti dimilikin..."

Nathan kemudian tertawa ringan, Fara hanya bisa melemparinya dengan tatapan sinis seperti biasa. Tidak lama kemudian keduanya tiba di tempat acara resepsi megah itu berlangsung. Di sudut ruangan, Tante Lita terlihat melambaikan tangan. Mengisyaratkan agar Nathan dan Fara segera bergabung dengan rekan-rekan orang tuanya semasa sekolah itu.

"Wah... penganten selanjutnya nih ya?" Sapa salah satu ibu-ibu di sana.

"Cocok banget, satu cantik satu lagi ganteng. Nggak nyangka ya kita, kalau Lita sama Sarah bakalan besanan sebentar lagi."

"Doain yang terbaik ya ibu-ibu buat mereka" Tante Lita menanggapi.

Sementara Tante Sarah terlihat berulangkali mengusap-usap pundak Fara, memandangi dan terus memuji kecantikan Fara di sana. "Cantik banget kamu Nak... kenalan dulu sebentar ya sama temen-temen Mama kamu, temen Tante juga."

Setelah beberapa saat berbasa-basi, Nathan yang sudah mulai tidak betah mencolek pinggang Fara. "Laper... yuk makan dulu."

"Nggak enak Mas sama..."

"Tante-tante semua... kita pamit dulu ya, kasian nih tuan putri belum makan siang." Sela Nathan sebelum Fara menyelesaikan kalimatnya.

Gerombolan ibu-ibu itu kemudian dengan ramah mempersilahkan keduanya. "Oh iya gih... makan dulu sekalian cari-cari inspirasi kan mau dekor gaya apa nanti pas acaranya kalian?"

Nathan dan Fara terkekeh. Kemudian mereka berpindah ke area di jejernya berbagai makanan itu berada.

"Menikah itu katanya ibadah paling lama. Jadi banyak yang harus di persiapkan. Bekal mental, finansial, sama kesiapan berkomitmen tanpa putus. Kalau tiba waktunya nanti kamu menikah, entah dengan siapapun itu, aku harap kamu benar-benar menginginkannya dari dalam hati kamu sendiri. Bukan paksaan, atau karena tuntutan orang lain. Meskipun itu datangnya dari Mama kamu."

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang