13. Morning Coffee

208 50 7
                                    

Rumah bernuansa tahun delapan puluhan itu nampak asri dengan deretan tanaman hijau menjuntai di terasnya. Jika dilihat, sepasang kursi besi dan dinding yang sebagian bercorak batu-batu besar menambah kesan antik. Kusen kayu serta jendelanya di cat berwarna teduh hijau tosca, sementara dari gerbang menuju terasnya terdapat kerikil di tata meliuk-liuk sebagai jalan setapak yang biasanya juga digunakan kebanyakan orang untuk terapi refleksi.

Tante Damar nampak terkejut dan tak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika mendapati Damar datang menyambangi. Dipeluknya keponakan kecilnya itu yang kini sudah tumbuh menjadi pria muda tampan dan mandiri hidup di ibu kota. Matanya lekat mendengarkan segala ucapan Damar yang memamerkan lesung pipitnya. Kardus berukuran sedang yang Damar bawa pun diletakan asal saja oleh wanita paruh baya itu. Dari kejauhan, terlihat berkali-kali Damar menundukan badannya menolak secara halus ajakan tantenya untuk singgah sebentar.

Fara tersenyum melihat interaksi yang ia lihat dari dalam mobil. Sedikit ia merasa tak enak hati mengultimatum Damar agar tidak membuatnya menunggu lama. Namun apa daya, hari semakin sore, ia tidak mau nanti terlalu malam sampai rumah.

"Titipan apa sih Mar?"

"Kata ibu sih kain jarik," Damar kembali memasang seatbeltnya, memutar kemudi mengarah jalan utama. "Dulu kalau liburan sekolah, gue sering nginep di sini. Anak tante gue juga seumuran sama gue tapi kerjanya jauh di Batam."

Fara mengangguk, "Rumahnya adem banget, ngebetahin yah..."

"Yaa lo tadi gue ajak mampir nggak mau?"

"Nanti kemaleman tau, kasian lo nanti capek, mana besok kerja."

"Dih... orang tinggal duduk aja lo, kan gue yang nyetir."

"Lingkungannya hampir sama kayak rumah nyokap di Bandung..." gumam Fara.

"Ajak gue Ra kalau lo pulang ke Bandung, soalnya ada temen kuliah gue yang orang sana. Dia nanyain mulu kapan gue main kerumahnya. Kan lumayan tuh jadi lo nggak usah nyetir."

"Iyaa boleh... next time ya!"

Arah pulang ke Jakarta, Fara dan Damar mampir ke rest area. Fara yang kebetulan sedang melihat-lihat hasil foro jepretan Damar di acara gathering kemarin tiba-tiba menyuruh Damar berpose.

"Mar coba lo jalan kesini, ngasal aja..."

Cekrek...

"Dih nggak Ra... rambut gue kayak Super Saiyan begitu! hapus gak!"

Fara tertawa melihat hasil jepretannya sendiri. "Ini lucu...biarin...", dan kemudian Fara kabur berlari menjauh dari Damar.




", dan kemudian Fara kabur berlari menjauh dari Damar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------





"Kamu pesen duluan aja Yang... Esa sama Sandy udah di dalem kok, aku beli rokok dulu di depan. Dino mengeluarkan bungkusan besar dari dalam jok motornya. Berisi kue buah tangan dari acara gathering kantor Fara kemarin.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang