51. Back To You

175 28 0
                                    

Di sebuah ruangan berukuran tiga kali tiga meter itu Fara terdiam sambil menatap layar monitor. Memantau daftar stok unit, informasi penjualan, serta apa-apa saja hal yang di butuhkan untuk mendukung jalannya showroom used car yang sedang ia tekuni. Memang tidak banyak, hanya baru tiga unit mobil yang terpajang di sana. Suasananya pun tidak semegah showroom mobil baru di tempat kerjanya terdahulu. Tetapi Fara bangga, cita-citanya untuk memiliki shorwoom sendiri sudah terwujud.

Hal baru yang ia jalani ini semata-mata tidak ia jalankan seorang diri. Melainkan bersama salah satu customer lama yang kebetulan sebagian waktunya di habiskan lebih banyak di luar kota. Sebagai gantinya, Fara mau tidak mau harus memimpin usaha kecilnya itu. Meski hanya memiliki karyawan yang bisa di hitung jari, kehadirannya sangat di perlukan karena terlanjur memiliki rekan yang kepalang sibuk dengan banyaknya cabang bisnis lain di luar kota.

"Lo kapan ke Jakarta lagi? Jangan mentang-mentang invest lo lebih gede, gue di suruh jaga kandang mulu nih."

"Ya elah... baru sebulan lo di situ, udah protes aja. Gantian kali, kan lo udah kenyang tiga bulan kemaren udah di lapangan terus. Orang mah makasih sama gue, dari pada lo gue recokin suruh nyari barang baru, showroom tuh diisi! Sepi banget cuma tiga display begitu." Sahut lawan bicaranya di seberang telepon.

"Lah kemaren-kemaren gue mau 'angkat' lo nya ribet katanya harganya nggak masuk. Itu padahal unitnya bagus, lo malah kekeh aja nggak mau turun. Makanya balik, biar kalau nanti nego lo bisa lihat barangnya langsung!" Fara bersungut sambil mengetuk-ngetuk mejanya kesal.

"Udah nggak usah senewen begitu, belajar jadi Bos. Cari duit aja yang banyak Ra. Buat modal nikahan, inget umur!" Pria seusia Fara itu pun kemudian terdengar tertawa puas meledeknya.

"Nikah-nikah... calonnya aja kagak ada!"

Dengan suasana hati yang tidak baik, Fara membuka bungkusan makan siang yang sudah sejak dua jam lalu tidak tersentuh di atas meja kerjanya. Kalau bukan karena OB mengetuk pintu ruangannya untuk mengambil piring serta sendok garpu kotor, Fara mungkin bisa saja melewatkan makan siangnya. Si OB pun berlalu, karena ternyata peralatan makan itu masih bersih. Sedangkan Fara dengan selera makan yang tidak ada terpaksa harus menghabiskan makan siangnya. Dari pada nanti ia kelaparan sesampai di rumah.

Fara mendecih, sudah tiga hari Dino tidak kunjung mengabarinya. Terakhir hanya pesan singkat yang ia terima tidak lama setelah Dino sampai di kota tujuannya. Yang mana saat itu hanya Fara balas dengan beberapa kata datar seolah tidak peduli. Tapi kenyataannya kini Fara malah gelisah, cemas dan jadi peduli. Fara gondok, ia merasa jika Dino melupakannya di sela-sela kesibukan pemuda itu.

Padahal Fara sendiri yang bersikap ketus. Ia sendiri tidak tahu kenapa ia bersikap seperti ini, kejadian di hotel saat ia berucap tidak akan pergi kemanapun lagi selain ke pelukan Dino, kini membuatnya malu sendiri kalau di ingat-ingat. Mengapa dengan enteng mulutnya meluncurkan kata-kata yang berlebihan itu. Kenapa tidak ada kalimat lain yang ia tuturkan selain hal yang menurutnya kini sungguh menggelikan?. Fara bergidik ngeri.

"Arhhhhhhgggggggg... kenapa gue ngomong begitu sih? Sekarang itu anak jadi semena-mena sama gue. Pertama ngerampas kalung, terus nyuruh nunggu dia pulang, mana pake ngancem semuanya selesai, padahal apa sih yang selesai? Mulai aja belom hih!"

Fara tertunduk di tepian meja. Tidak pernah ia rasakan jika menunggu akan semembosankan ini. Berulang kali ia berniat menghubungi Dino tetapi selalu saja ia tahan. Fara hanya bisa memantau gerak gerik Dino lewat unggahan Instagram Mahesa. Tapi tetap saja itu tak mengurangi kekesalannya. Sebab tidak banyak momen Dino tertangkap di sana, karena isi Instagram Story kekasih Kayla itu hanya foto-foto makanan dan sudut-sudut pemandangan apik kota Surabaya.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang