45. Let It Be

156 27 0
                                    

Salahkah aku bila perhatianku
Melebihi apa yang kau mau
Maaf sayangku bila perhatianku
Menutup perasaan kebebasanmu

Kembalikan rasa cintamu padaku
Kembalikan padaku
Ku memohon tak lebih hanya itu
Kembalikan rasa sayangmu padaku
Hanya rasa cintamu
Tersimpan di puing hatiku

🎵 Romansa Yang Hilang - GIGI

Kepulan asap rokok serta suara live music di sudut Cafe Lintang menjadi teman ketiga bagi dua pemuda yang kini diam tidak bersuara. Dua pasang mata itu lurus menatap si vocalist yang menyanyi dengan penuh penghayatan. Sama halnya dengan Damar dan Nathan. Telinganya mendengar potongan-potongan lirik lagu yang mengalun, dan pada saat itu juga mereka menghayatinya dengan hati yang paling dalam.

Sebuah lagu dari GIGI membuat keduanya tiba-tiba kehabisan bahan pembicaraan. Damar sibuk menghisap rokoknya, sedangkan Nathan bersedekap, ia diam sambil menyenderkan punggungnya di kursi.

"Apa iya gue terlalu nuntut Fara? Padahal gue sebisa mungkin nggak gitu, soalnya dari awal jaga-jaga aja, kalau dia sampai nggak nyaman sama perlakuan gue yang nggak sengaja masuk terlalu jauh."

Damar melirik sambil menaikan satu alisnya, "Apalagi gue Nat. Saking nggak maunya gue jauh-jauh dari dia, gue rela mendem perasaan gue. Yaa... udah sering di tolak sih emang, tapi kan perasaan gue nggak bisa ilang gitu aja."

Nathan menatap sudut-sudut Cafe, ia kemudian teringat saat-saat pertama bertemu langsung dengan Dino. Pada awalnya Fara sering bercerita kalau Dino banyak membantunya saat event kampus tahunan. Dino tidak banyak bicara, namun Nathan ingat kalau pria muda itu sangat pintar menempatkan diri.

Mungkin gelagat tidak banyak bicaranya itu adalah caranya untuk mengenal lebih dalam lawan bicaranya. Saat Nathan dan Fara mengobrol banyak hal, Dino hanya mengangguk beberapa kali, melempar pandangan ke arahnya, dan sesekali ke arah kekasihnya saat itu. Hingga saat Nathan berpamitan, Dino reflek berdiri untuk terlebih dahulu menyalaminya dan membungkuk dengan sopan.

Nathan tidak menyangka, dinding tebal yang selalu menutupi Fara itu dengan mudah dirobohkan oleh seorang pemuda bernama Dino. Fara selalu memagari dirinya ibarat dengan duri, membuatnya tidak tersentuh. Tetapi Fara bisa berubah menjadi sangat goyah begitu saja jika berhadapan dengan Dino.

Terbukti sangat bertolak belakang, dua orang yang selama ini menaruh hati padanya. Damar? sudah jelas nasibnya seperti apa. Menempatkan dirinya sendiri di satu titik di mana ia tak bisa maju, juga tak bisa mundur. Namun beruntungnya Fara masih mau berkawan dengannya. Apalagi alasannya kalau bukan soal nasib yang mirip?. Hal itu bagi Fara adalah sebuah batasan alami, yang ia tidak perlu repot-repot bangun lagi.

Sedangkan Nathan? Fara memang sempat menjadikannya kekasih selama satu tahun lebih. Tapi bagaimanapun juga Nathan tahu. Setahun, dua tahun atau sepuluh tahun, selama itu juga ia hanya menerima separuh hati dan pikiran Fara. Sisanya ya kemana lagi? Belum terganti. Masih milik Dino.

"Kira-kira alasan dia apa yah pake acara ngilang begini? Dia pikir kita bakalan lupa sama dia dalam sehari dua hari kali. Fara... Fara... nggak habis pikir gue."

"Capek kali Mar ngadepin kita hahaha..." Nathan bekelakar, ia mengambil sebatang rokok milik Damar, kemudian menyalakan pemantik api. Ia menghisap tembakau itu dalam-dalam, hingga bara di ujungnya menyala lama dan gugur berjatuhan karena angin tiba-tiba bertiup kencang.

"Aduh....!!!" serunya saat debu-debu merah panas itu menyentuh celana bahannya.

"Sejak kapan lo ngerokok dah?" tanya Damar keheranan melihat kelakuan Nathan.

"Sebenernya gue bukan perokok aktif kayak lo. Ya.. kalau lagi pusing aja sih baru gini."

"Terus lo sekarang lagi pusing nih?" Damar bertanya lagi.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang