15. Rival

198 47 2
                                    

Pagi hari itu, Dino turun dari ojek online yang ia pesan dari apartementnya menuju kantor Fara.  Setibanya kemudian di pelataran parkir, Dino disapa oleh security yang berjaga pagi itu. Setelah menerima kunci mobil Fara, Dino bergegas untuk merapikan bagian dalam mobil yang penuh dengan brosur, sepatu, sandal dan baju-baju di baris kursi penumpang belakang agar nanti Fara dan Tante Lita bisa nyaman duduk disana.

"Mbak Fara udah boleh pulang Mas Dino?" tanya Pak Mus.

Dino melempar tas ranselnya di kursi penumpang depan, ia menutup kembali pintu mobil yang ia biarkan dengan kondisi mesin menyala. "Mudah-mudahan sih pak, kata dokter kemaren kalau udah nggak pusing, mual Kak Fara bisa balik sore ini," sahutnya kemudian.

Beberapa staff  kantor Fara memang sudah familiar dengan Dino dan Mahesa yang sering kali terlibat dibeberapa event bulanan. Entah itu untuk keperluan kelengkapan promosi, ataupun memang karena sebagian tim sales berhubungan baik dengan karyawan percetakan dimana Dino dan Mahesa bekerja. Hal itu membuat Dino sering bolak-balik ke showroom, meskipun tak sesering Mahesa yang memang tugasnya merangkap sebagai kurir.

Dari balik dinding kaca showroom yang megah, Damar memperhatikan Dino akrab mengobrol dengan Pak Mus. Sambil mengeluarkan rokok dan pemantik di saku kanan celananya, ia berjalan keluar dari dalam showroom. Satu tangannya kemudian bertumpu di pilar belakang mobil Fara kemudian ia menghembuskan asap rokoknya asal.

"Gimana ceritanya?, kok si Fara nyuruh lo bawa mobil dia?" 

Dino melengos ke sumber suara, menyahut pertanyaan Damar yang tanpa basa-basi itu. "Kak Fara sore ini pulang Bang."

"Oh sore ini ya?, kalau sempet nanti siang gue mampir deh. Soalnya kalau udah di rumah tuh anak pasti susah banget ditemuin."

Dino mengangguk menanggapi, "Nanti gue sampein..."

----------

Fara melambaikan tangannya dengan raut wajah yang sumringah menyambut kedatangan Dino memasuki kamar perawatannya. Ia masih sibuk menjelaskan bagaimana kejadiaan naas itu menimpanya beberapa hari lalu kepada seseorang yang sedang menjadi lawan bicaranya di telepon. Fara terdengar berulang  kali meminta maaf karena proses delivery mobil customernya menjadi terlambat. Ia juga mengimbuhkan kata terimakasih sebab customernya bisa memaklumi keadaannya saat ini. 

Dino meletakan goodie bag berisi baju bersih dan sabun cuci muka yang Fara minta semalam. Beruntung di apartementnya ada beberapa baju yang memang sengaja Fara tinggal kalau-kalau Fara berniat menginap, jadi Dino tak harus kerumah Fara pagi itu. Sambil memandangi Fara, Dino sesekali membenarkan rambut kekasihnya yang berantakan. Hari ini ia sengaja meluangkan waktunya sampai Fara keluar dari rumah sakit. Meninggalkan kelas siangnya dan Mahesa berdua dengan Alfian di percetakan.

"Nak Dino udah dateng?" Seorang wanita paruh baya nampak keluar dari dalam toilet.

"Loh Tante Lita kok udah disini aja?, baru aja Dino mau jemput ke stasiun." 

"Tau tuh, bukannya naik kereta pagi malah maksain pake travel subuh-subuh. Gue aja kaget, apalagi lo." sahut Fara yang terlihat sudah mengakhiri panggilan teleponnya.

Buru-buru Dino menyalami tante Lita yang tengah menata meja dengan berbagai macam makanan yang menggugah selera. "Kebetulan anak kost ada yang mau nganterin tante ke pool travel Nak, jadi ya udah deh sekarang tante udah disini. Masih pagi banget, jadi jalanannya nggak macet tadi" sahutnya kemudian.

"Ya tetep aja Ma, harusnya Mama bilang dulu biar nanti Dino yang jemput Mama pas nyampe Jakarta. Mama nih suka nggak sadar kalau Mama udah enggak muda lagi." 

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang