49. New Start

159 28 0
                                    

Carissa hampir tidak percaya saat tak sengaja melihat nama yang terpampang di layar ponsel Nathan pagi itu. Ditambah lagi nada bicara Kakaknya barusan tampak tenang, terlihat mendengarkan dengan serius dan di akhiri ucapan terimakasih berulang kali pada seseorang di seberang sana. Carissa sempat berfikir kalau Kakaknya itu sakit atau mungkin sudah tidak waras, karena perilakunya pada si penelpon sangat bertolak belakang dari yang ia ketahui terakhir kali.

"Gue kagak salah liat kan ya tadi? Lo teleponan sama Dino?, Wah...wah... ada apaan lagi lo berdua?" tanya Carissa sembari meletakan piring saji berisi mi goreng buatan Mamanya.

"Kalau gue kasih tau emang lo peduli?" sahut Nathan ketus.

"Ya nggak sih emang, urusan lo! tapi kalo lo apa-apain Dino awas aja, gue bakar semua berkas-berkas kerjaan lo di kamar!" 

Nathan tertawa geli melihat Carissa yang mengayun-ayunkan centong nasi ke arahnya. Wajah sok galaknya sama sekali tidak membuat Nathan gentar, malah jadi aneh, bahkan terkesan menggelikan baginya. 

"Pada kena pelet apaan sih sama tuh anak? Sampe cewek-cewek yang gue kenal kok bisa pada demen banget sama dia? Heran, padahal dari muka jelas-jelas gue lebih ganteng. Kalau urusan kerjaan, ya lo tau sendiri gue gimana di kantor."

"Lo suka tebar pesona, sok akrab, sok asik. Beda sama Dino, dia menarik tanpa harus ngelakuin usaha norak kayak lo!"

"Lah kok norak? Di mana noraknya coba?!"

Carissa menghentikan suapannya sejenak, "Semua karyawan gue lo absenin, cengangas-cengeges ngobrol nggak jelas. Anak orang jadi pada baper, udah gitu temen gue jadi bolak balik ke toko gara-gara cuman buat nyariin lo doang, apa banget coba."

"Itu kan emang pembawaan gue Rissa. Lagian kan enak, toko lo jadi rame karena lo punya abang cakep kayak gue hahaha..." Nathan tertawa bangga.

"Nggak tahu aja mereka, kerjaan lo kalau di rumah galau terus. Kamarnya berantakan, bajunya belel nggak ganti-ganti tiga hari. Keluar kamar kalau laper doang. Amit-amit gue mah jangan sampe punya cowok modelan kek lo." Carissa bergidik ngeri. Ia kesal karena belakangan lebih sering menjumpai Nathan berseliweran di rumah saat akhir pekan. Membuatnya kadang merasa risih dan gondok karena kelakuan Kakaknya yang slengean dan tak pandai mengurus diri itu.

"SIALAN...! ngaca woy, lo kerjaannya juga di toko mulu. Siapa yang mau ndeketin cewek galak bau terigu kayak lo Rissa...!"

"Ya biarin bau terigu, dari pada lo! Jam segini belom mandi. Pantes dah ditinggal kabur sama cewek lo, miris amat sih tuh nasib."

Sepiring telur dadar bertekstur tebal kemudian mendarat di atas meja makan. Asapnya tampak masih mengepul, seolah minta segera di tandaskan. Potongan daun bawang dan wortel nampak mempercantik hidangan itu. Membuat Nathan dan Carissa bergegas memindahkannya di piring masing-masing.

"Harus banget ya, kalian sarapan sambil ribut-ribut begini? Suaranya sampai kedengeran Mama di dapur. Memangnya ngeributin apaan sih?" Tante Sarah bergabung setelah menuntaskan kesibukan memasaknya sejak pagi buta.

Carissa menenggak minumannya, setelah tenggorokannya lega ia menjawab, "mendingan Mama suruh Nathan cari cewek baru deh. Biar kalau hari minggu gini dia nggak usah kesini. Ribet, gabutnya ngerusak suasana hati orang!" 

Sambil membusungkan dadanya, Nathan kemudian menyahut. "Siapa bilang gue gabut? Gue mau Sunmorian. Tadinya mau langsung jalan, berhubung dapur wanginya nantangin ya gue sarapan dulu lah bawel." 

"Lah kok malah lanjut ini debatnya?" 

"Susah emang kalau ngomong sama sales, nyaut mulu!" 

Nathan tidak mau kalah, "Susah emang kalau ngomong sama cewek darah tinggi, dikit-dikit sewot.. huuuu!"

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang