28. Incomplete

164 31 2
                                    

Setelah training dan test drive beberapa waktu lalu di Sentul, tidak lama kemudian unit baru resmi di luncurkan. Semua sales di kantor dibuat sibuk karena mobil yang mengusung konsep keluarga itu benar booming di pasaran. Sudah hampir satu bulan Fara tidak bisa menikmati akhir pekannya karena ia harus ikut serta di berbagai pameran yang memajang mobil tersebut di beberapa mall besar.

Meski unit yang di pesan masih indent , tidak lantas menjadikan Fara berleha-leha begitu saja setelah customer membayar tanda jadi. Di beberapa kasus customer yang membeli kendaraan secara kredit, Ia harus segera mengumpulkan data selengkap mungkin demi lancarnya proses leasing kendaraan yang biasanya tidak memakan waktu sedikit. Sedangkan untuk pembelian cash, tujuh puluh persen nominal harga kendaraan harus di bayarkan untuk syarat pembuatan STNK.

Semuanya memang sudah menjadi rutinitas Fara setiap hari. Tapi kali ini sungguh melelahkan baginya karena unit baru ini benar-benar menarik perhatian publik. Banyaknya customer yang meminta bantuannya membuat Fara harus pintar menata waktunya agar tidak kelolosan. Karena dalam dunia otomotive terkadang customer sudah memberikan tanda jadi saja bisa tiba-tiba berubah pikiran pada esok harinya.

Ada sebagian dari dirinya yang hilang di tengah kesibukannya. Kehadiran dan perhatian Dino yang selalu mengingatkannya untuk makan dan istirahat teratur kini tidak lagi Fara sering jumpai. Awalnya ia memaklumi Dino yang kini tengah memasuki bulan terakhir evaluasi pekerjaannya, namun kelamaan rasanya aneh dan kosong. Fara merasa ini bukan soal kesibukan keduanya lagi. Ini dirasa seperti Dino benar-benar menghindarinya secara perlahan.

"Yang... hari ini gue nggak ada jadwal, terus bisa pulang on time. Ketemu dong yuk!"

"Kayaknya aku pulang malam Kak, aku musti ikut senior survei gedung yang mau di jadiin lokasi event." sahut Dino di ujung telepon.

"Ya udah nggak masalah kok kalau gue tunggu lo di apart."

"Jangan...!! besok aja ya aku ke rumah."

"Beneran ya Dino sayang..., kita udah mau sebulan loh nggak ketemu."

"Iya Yang beneran..."

Fara hanya bisa terkulai lesu. Ia bersandar di diding pantry, memejamkan matanya erat-erat sambil memijit keningnya. Entahlah, apa Dino akan benar-benar menepati janjinya kali ini. Sudah ketiga kalinya Dino menolak untuk bertemu dengan alasan bermacam-macam. Sibuk di kantor, persiapan wisuda dan yang paling aneh alasannya adalah kelelahan.

Dulu saat kebetulan keduanya di hadapkan dengan situasi macam ini, tidak ada hal yang membuat Fara berprasangka buruk. Dino magang saat itu, dan Fara sendiri mengikuti Motor Show selama dua minggu penuh yang membuatnya selalu pulang larut malam. Tetapi keduanya tetap berkomunikasi dan saling menunjukan kepeduliannya masing-masih. Sepele memang, namun itulah satu-satunya cara agar tidak ada prasangka buruk yang muncul dan kemudian menjadi percikan api pertengkaran.

Sekarang Fara serasa mendayung sendiri perahunya di tengah badai. Permasalahnnya dengan Mamanya saja belum berakhir, bersamaan dengan pekerjaan yang menumpuk menunggunya. Rasanya sungguh berat saat ia tidak bisa membaginya bersama Dino meski ia hanya sekedar meminta di dengarkan keluh kesahnya. Kini ia harus meniti seorang diri tanpa tahu kemana arah tujuan hubungannya berjalan jika Dino terus mengabaikannya.

"Sakit lo?" Damar tiba-tiba muncul memasuki pantry dengan membawa kopi sachet yang hendak ia seduh.

"Kecapean kali ya, gue semalem abis ngambil data customer sendirian. Nyampe rumah jam sepuluh malem, sumpah pegel banget macet-macetan gegara hujan."

"Lah si Nathan kagak nemenin emang?"

"Pak Nathan lagi survey ke luar kota, gue juga sih salah. Ngasih tahunya dadakan."

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang