21. First Meet

191 34 1
                                    

Sejatinya, seorang Ardino selalu memimpikan hari-harinya yang diisi penuh dengan sosok gadis yang begitu ia cintai. Farabella, meski Fara sangat jarang mengungkapkan rasa sayang dan cinta secara gamblang, Dino tahu kekasihnya memiliki cara tersendiri untuk menunjukannya. Fara dan kebingungannya dengan laptop kerjanya, Fara dan tangisnya ketika menemui hari yang berat, serta Fara yang selalu mencarinya saat terbangun tengah malam dan mendapati Dino bekerja di meja makan agar tak mengganggu tidurnya. Semua yang Fara lakukan itu membuatnya tahu jika Fara memang membutuhkannya.

Pernah suatu hari Dino membuang semua stock makanan pedas di rumah Fara. Bukan tanpa sebab, Fara selalu ngeyel jika diingatkan Dino agar mengurangi hobi makan pedasnya setiap waktu. Saat itu ada Event International Motor Show yang membuat Fara harus selalu pulang hampir tengah malam selama sepuluh hari berturut-turut. Hingga akhirnya Dino dikejutkan oleh panggilan telepon Fara yang menangis kesakitan memintanya datang ke rumah.

"Din... ke rumah buruan...."  terderngar rintih suara Fara di ujung telepon.

"Ada apa?????"

Matahari saja belum sepenuhnya muncul di sisi langit timur. Dino dengan susah payah melawan rasa kantuknya berlari menuju basement apartementnya, melajukan motornya sekencang mungkin menuju rumah Fara. Setelahnya tanpa menunggu lama, ia memapah Fara memasuki mobil dan meluncur menuju Rumah Sakit terdekat.

Fara harus melakukan operasi usus buntu hari itu juga. Mata Dino berubah menjadi menakutkan untuk pertama kalinya bagi Fara. Saat Fara berkali-kali meminta maaf, Dino tak menggubrisnya. Jelas di raut wajahnya kekesalan dan rasa marah terbaca di sana menjadi satu. Meski begitu Dino dan segala perlakuannya untuk Fara tidak berubah sama sekali. Ia tetap menemani dan merawat Fara hingga dokter memperbolehkannya pulang setelah tiga malam.

Di rumah, Fara hanya bisa mematung melihat Dino seolah-olah menyidak dapurnya. Makaroni pedas, seblak instan, mie korea dengan kemasan bergambar api hitam, keripik singkong berlevel sepuluh bahkan cabai rawit di kulkas tak luput dari mata Dino. Sekantong besar makanan yang membuat Fara masuk rumah sakit itu kemudian dilempar kedalam jok motornya. Entahlah dia akan apakan, yang jelas saat itu Dino hanya ingin mensterilkan dapur Fara dari makanan jahanam itu.

"Yang, ya udah sih maaf jangan marah-marah terus..." lirih Fara.

"Kenapa sih harus begini dulu baru kamu sadar? Kamu kan tahu jadwal kerjaan kamu lagi gila belakangan ini, pake makan sembarangan segala."

"Iya gue kapok iyaa... nggak bakalan gitu lagi deh sumpah. Udah dong jangan masang muka gitu lagi Yang... gue kan abis sakit malah didiemin begini, Yaa Tuhan tega banget sih lo...."

Fara yang sedari tadi duduk di kursi meja makan akhirnya tertunduk menyesali kecerobohannya. Ia menangis teredu-sedu. Saat itu luka jahitan di perutnya memang sakit, namun cara Dino menghukumnya terasa lebih sakit. Fara jadi kelabakan sendiri. Ia tidak bisa menghadapi sisi Dino yang seperti itu. Melihat Fara terisak, Dino menghampiri Fara dan membiarkan kekasihnya itu melingkarkan kedua tangan di pinggangnya.

"Disayang kok ngeyel terus... maunya masuk rumah sakit dulu baru tahu kalau aku tuh bawel karena sayang banget sama kamu?" gumam Dino sambil mengusap pucuk kepala Fara.

Ya begitulah Fara, yang hanya mau menunjukan sisi lemahnya di hadapan Dino. Sementara di depan kebanyakan orang lainnya, Fara membentuk dirinya sendiri sebagai perempuan yang mandiri. Sangat jarang meminta pertolongan, bahkan terkesan tak butuh. Hingga staff dikantor sempat berpikir kalau Fara memang tak memiliki kekasih selain Damar yang memang selalu kedapatan bersama Fara di berbagai kesempatan. Namun kemudian kabar angin itu perlahan berlalu semenjak Fara dan Damar kelihatan bersitegang. 

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang