2. Apartement

541 81 10
                                    

Dengan membawa beberapa susun kotak makan, Fara kini sudah sampai di basement apartement Dino. Menu sederhana, telur balado, sapo tahu yang dilengkapi beberapa jenis buah potong.

Minggu pagi, Fara dan Dino berjanji temu. Tidak spesial sih, hanya menghabiskan waktu bersama. Menonton series, atau mungkin membuat cemilan simpel yang sedang viral di tiktok, dan kalau mood sedang bagus, mereka bisa mengadakan sesi bersih - bersih yang di mandori oleh Fara sendiri.

Apartement Dino sederhana. Hanya ada satu kamar berukuran sedang. Ada ruang santai tempat menonton TV yang dilengkapi sofa dua seater dan meja rendah. Dapurnya mini, bersebelahan dengan ruang santai tanpa sekat, serta satu set meja makan minimalis berbahan kayu pinus.

Balkon menjadi tempat favorit Dino dan Fara. Berkat inisiatif Fara yang menambahkan meja bulat mini sepasang kursi, Dino dan Fara bisa lupa waktu mengobrol banyak hal sambil ditemani kopi kesukaan mereka.

"Baru bangun banget Din?" seru Fara terkejut melihat Dino masih memakai kaos semalam, mengucek matanya dengan kondisi rambut acak-acakan. "Udah mau jam sepuluh loh" tambah Fara.

Dino menghempaskan badannya ke sofa. Tangan isengnya menggaruk dadanya memasuki kaos hitam yang ia kenakan. Seperti masih mengumpulkan nyawanya yang tertinggal di tempat tidur.

"Aku kebangun jam tiga, nggak tahu kenapa nggak bisa merem lagi. Terus aku ngide bikin kopi, tiba-tiba udah jam 7 pagi aja. Pas masuk mau rebahan di kamar ternyata nggak sadar aku ketiduran, bablas..."

"Ya udah buruan sana cuci muka, sikat gigi... bala banget gue ngeliat lo begitu."

"Bawa apaan aja sih itu Yang?" ucap Dino sembari menghampiri Fara yang terlihat sedang menata bekal yang ia bawa di atas meja.

Seperti ada getaran yang aneh saat telinga Fara mendengar panggilan Sayang dari Dino.

Sebab, jika di luaran, kekasihnya itu terbiasa memangilnya dengan sebutan Kak. Rasanya Fara langsung kalah saat Dino memanggilnya Sayang dan Sayang di situasi seperti ini. Hanya ada mereka berdua saja.

Bukannya beranjak ke kamar mandi, Dino malah menggoda Fara, membuat degupan jantung gadis itu semakin tak beraturan. Tidak kunjung dapat sahutan, Dino menundukan wajahnya tanpa dosa, menatap Fara yang masih bergeming.

"Yang.... Sayang.."


PLAKK...


"ADUH PERIH..!!" Dino meringis memegangi lengan kanannya.

"Cuci muka dulu gue bilang! Jangan deket-deket gue kalau belum mandi..!" usir Fara.

"Loh Kak, muka kamu merah." Dino membulatkan matanya saat memperhatikan wajah Fara yang sejak tadi tak mau menatapnya. "Kamu sakit?" ucapnya lagi sambil meletakan punggung tangannya di dahi Fara.

"Gue nggak kenapa-napa! Jauh-jauh dari gue! Sana mandi atau nggak gue siram lo pake cola yang gue bawa nih ya!"

Dino pun lari tunggang-langgang. Rupanya ia sadar telah menyulut amarah Fara. Ia segera menghindar demi keselamatan nyawanya kala itu.

Dulu, panggilan Mas, adalah saat-saat di mana Fara pertama kali bertemu Dino. Tapi ketika mereka berdua memutuskan bersama dalam hubungan yang lebih serius, sebutan Mas untuk Dino ia pikir terlalu formal, seperti ada jarak di antara keduanya. Toh Dino tidak keberatan pula dengan gaya bicara Fara kepadanya.

Dino tahu, kalau Fara memiliki cara sendiri untuk menunjukan tanda cinta. Contohnya seperti sekarang, Fara repot-repot memasak dan menyempatkan diri ke apartementnya hanya untuk sekedar makan bersama.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang