9. Soo Many Heart

254 65 3
                                    

Langit biru cerah tanpa awan, matahari nampak terik menyambut waktu makan siang. Pohon nampak diam tak berayun sama sekali, pertanda tidak ada angin di luar sana. Fara memandangi jalanan dari jendela besar lantai dua, berpikir betapa panasnya Jakarta siang hari ini. Beruntung saat ini tak ada aktifitas yang menuntutnya harus keluar kantor. Ia ada di dalam ruangan ber AC, dengan sekotak bento dan ocha dingin di hadapannya yang ia dapatkan secara cuma-cuma.

"Di makan Ra, kok malah ngelamun?"

Fara tersenyum, ia lantas kembali menyumpit salad pelengkap makan siangnya. "Pak Nathan, makasih loh udah repot-repot bawain saya makan siang."

"Nggak repot, sama sekali enggak. Saya malah seneng bisa ketemu kamu..." kekeh Nathan.

Ketika Fara hendak meminta tolong OB untuk memesan makan siang, tak disangka Nathan datang mencegat. Dengan membawa satu kantong plastik berisi makan siang untuknya dan Fara. Makan siang bersama Fara memang bukan jadi tujuan utama kemunculan Nathan. Karena saat itu di tangan kirinya mendekap tiga amplop besar tebal, biasanya berisi kontrak customer yang akan di serahkan ke bagian admin.

"Saya orangnya mageran banget, tapi jadi tau jajanan sama makanan yang enak karena Pak Nathan sering banget bawain makanan kesini buat team sales."

"Nggak tahu yah Ra, setiap saya beli makan apa gitu, tiba-tiba inget kamu aja. Apalagi kalau rasanya enak, saya langsung mikir, wah... Fara musti cobain nih."

Fara mengerutkan alisnya heran. "Aneh banget, kenapa harus inget saya sih Pak?"

"Saya juga bingung kenapa. Padahal yang kayak gitu-gitu biasanya kelakuan orang pacaran kan yah? liat ini... inget dia, liat itu... inget dia... ya nggak sih?"

"Ya cari pacar lah... biar ada yang bisa dipikirin!" sergah Fara.

Nathan menggelengkan kepalanya tak setuju. "Nggak perlu dicari, orang yang saya suka kan udah di depan saya sekarang" ucapnya sambil mengunyah potongan terakhir chiken katsunya.

Fara mendecak, melirik sinis "Nggak usah mulai...nanti jadi suka beneran!"

"Jangan sewot dulu Ra, saya ini ngomong bener loh. Kamunya aja suka nganggep saya bercanda"

"Mana bisa saya percaya sama cowok yang suka tebar pesona sama cewe -cewek seisi kantor ini. Emang gitu ya kelakuan buaya, suka seenaknya bikin anak orang baper, terus nggak tanggung jawab. Untung saya mah udah kebal ngadepin buaya yang lebih ganas, udah terlatih." gerutu Fara kesal.

Nathan terbatuk karena tersedak cola yang ia minum. "Astagaa... apa sih pake acara saya disuruh tanggung jawab segala? Yaa...gimana dong, saya kan emang begini orangnya." Ucapnya sembari menepuk kemejanya yang ketumpahan cola dengan tisu. "Tapi Fara, beneran kalau sama kamu mah beda, harusnya kamu tahu itulah. Barusan kamu bilang udah terlatih ngadepin buaya. Masa iya saya ngebuayain kamu selama ini?."

Belum sempat Fara menanggapi Nathan, keduanya menoleh kearah pintu masuk ruang meeting yang kosong itu. Suara derap langkah sepatu terdengar semakin mendekat. Dan tak lama muncul Damar dengan membawa secangkir kopi dan sebungkus kerupuk yang Fara biasa lihat di warung Soto Lamongan sebelah kantor.

"Temenin gue ke stand kampus yuk!" Damar menarik kursi di sebelah Fara, mengacuhkan eksistensi Nathan diruangan itu.

"Mau ngapain? di bawah ngga ada yang jaga." jawab Fara.

"Nganterin brosur buat anak-anak yang jaga. Gue udah bilang Si Bos kok tadi mau perginya sama lo."

"Lah emang gue mau?" decak Fara sewot.

"Dih begitu amat, udah gue mintain izin keluar kantor malah gitu lo. Kemaren katanya bosen di Showroom, pengen keluar cari angin... "

Nathan meneguk colanya kembali, menyimak obrolan dua orang di hadapannya sekarang. Meskipun hanya sekedar makan siang sederhana bersama Fara, kedatangan Damar serasa merenggut Fara tiba-tiba darinya saat ini. Nathan merutuk dalam hati, menutupi emosinya dengan memasang wajah acuh.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang