29. Book Store

147 31 2
                                    

Kekecewaan yang menimpanya membuat Fara tidak tinggal diam berpasrah pada keadaan begitu saja. Dua puluh menit sebelum jam kerjanya usai, Dino mengirimkan pesan jika ia tidak bisa datang ke rumahnya. Ada beberapa pekerjaan di lapangan yang mengharuskannya terlibat langsung untuk menemani seniornya bertemu client. Yang mana kebetulan si client ini hanya memiliki waktu luang saat akhir pekan. Kalau sudah begitu alasannya, mau tidak mau harus Fara maklumi.

Dan kini minggu pagi saat Fara terbangun dari tidurnya, tiba-tiba perasaan kesal menyambutnya ketika teringat gagalnya rencana hari ini untuk menghabiskan waktu bersama Dino. Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, Fara menikmati semangkuk sereal dan segelas jeruk dingin sebagai pendampingnya. Ucapan selamat pagi ataupun pesan dari Dino tidak ia dapati ketika kembali mengecek ponselnya. Fara berpikir ini sungguh aneh dan sudah tidak bisa dibiarkan.

Karena rencananya gagal, sontak membuat Fara kemudian mati gaya. Tidak ada jadwal jaga pameran, rumah sudah rapi, Karena ia sudah mencicil bebenah beberapa hari belakangan karena ia tahu Dino akan berkunjung. Dan janji customer pun sudah ia pastikan aman untuk hari ini. Fara berpikir mungkin akan lebih baik jika ia pergi ke toko buku seperti ujaran Damar kemarin. Dan sorenya nanti kalau moodnya membaik, ia akan mampir ke apartement Dino untuk mengobati rasa kekecewaannya.

"Mbak Fara kok di sini?"

Fara menoleh saat ia mendengar suara yang sering ia dengar itu menyebut namanya. Mahesa muncul dari balik rak yang memajang deretan buku fiksi di hadapannya. Badan tinggi menjulang membuat Fara tidak lama menemukan laki-laki yang kala itu menggunakan topi hitam senada dengan kaus ketat yang ia kenakan.

"Lah, ada lo Sa, sama siapa?"

Mahesa lantas menoleh ke kanan kirinya mencari-cari seseorang yang sedari tadi datang bersamanya. "Sama cewek gue Mbak. Duh... kemana tuh bocah yak?. Woy Kay sini.. sini...!!!" serunya sambil melambai-lambai ke arah seorang gadis yang terlihat sedang serius di area ATK.

"Ini Mbak Fara, cowoknya Si Sobri... Dino...Dino..." ucap Mahesa kemudian.

"Halo Mbak, aku Kayla."

Fara menyalami gadis yang nampak masih sangat muda itu dengan ramah. "Sekampus sama Esa ya?"

Kayla pun menjawab dengan anggukan. Mahesa terlihat celingukan lagi kini, keningnya mengerut penasaran dan membuatnya kemudian bertanya, "Dino nya mana Mbak?"

"Gue sendirian Sa, Dino bilang lagi ada kerjaan sama seniornya lagi tuh. Biarin lah lagi seneng-senengnya kerja, jadi ya udah gue bisa apa selain semangatin dia, ye kan?" jawab Fara sembari meletakan kembali buku yang baru ia baca sinopsisnya ke rak.

"Hah? kerjaan apaan dah minggu gini? kita orang yang masuk evaluasi udah kelar deh project nya. Tinggal nunggu keputusan HRD aja nanti akhir bulan. Si Sobri kok kagak bilang apa-apa ya ke gue..." Mahesa memutar bola matanya mengingat-ngingat pekerjaannya kembali.

Sementara itu Kayla yang menangkap wajah bingung Fara mencoba mecubit kecil pinggang kekasihnya. Ia merasa perkataan Mahesa barusan ibarat sedang melemparkan bola api ke arah Fara, menyadari ketidak mampuan kekasihnya dalam membaca suasana, lantas Kayla buru-buru berinisiatif berpamitan.

"Mbak Fara, maaf banget kita nggak bisa lama-lama. Soalnya film yang mau kita tonton sebentar lagi mau mulai."

"Lah, iya kah Kay...?" sahut Mahesa bingung.

Kayla mengggelendot agak menarik lengan Mahesa, "Iya, kamu gimana sih, kan tadi kamu sendiri yang milih jam nontonnya."

Fara yang nampak tidak kalah bingung kemudian mengibaskan tangannya berulang kali menyuruh Mahesa dan Kayla untuk segera pergi. "Eh... ya udah gih sana. Nanti jadi nggak seru kalau kalian ketinggalan."

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang