46. Footsteps

131 28 0
                                    

Sebuah kedai kopi tidak jauh dari Malioboro menjadi pemberhantian terakhir Dino dan Mahesa malam itu. Suara nyanyian musisi jalanan terdengar mengisi kekosongan di antara jeda lelah keduanya setelah menyusuri sudut kota Yogyakarta. Dino mencoba terus menegakkan punggungnya yang pegal, dan ia beberapa kali menyeka rambutnya asal. Pasang matanya menerawang ke suasansa malam kota penuh kenangan itu, sedangkan pikirannya mencoba merangkai jejak-jejak yang Fara dan ia tinggalkan di sini beberapa tahun lalu.

"Masih mau lanjut apa balik ke hotel nih Sob?" tanya Mahesa.

"Udah tengah malem, balik ke hotel dulu kali. Besok kita ke sini lagi."

Bau jalanan yang menempel di pakaian dua pemuda itu seperti sebuah penanda kalau hari memang harus diakhiri. Sudah dua malam, dan besok adalah hari terakhir Dino dan Mahesa di beri kesempatan untuk izin dari pekerjaannya. Sandy sendiri kebetulan tidak bisa bergabung karena harus menjemput Kakak perempuannya di bandara pagi tadi.

Mahesa mengalungkan tas berisi kamera yang seharian tadi ia bawa. Pria jangkung itu beranjak dari tempat duduknya, "ya udah yuk cabut. Besok bangun pagi kita Sob, waktunya udah mepet kan?"

Dino mendongak, ia merasa tidak enak hati saat melihat wajah Mahesa yang tidak kalah lelah. "Sa, sorry... besok lu duluan aja deh. Biar gue sendiri aja yang nyari Fara."

"Ck... nggak usah ngasih gue tatapan melas begitu!. Mendingan capek nyari cewek lo dari pada gue capek ngadepin kawan yang gamon bertahun-tahun. Dah lah buruan cabut!"


Mahesa memasuki kamar setelah menghabiskan sebatang rokoknya di balkon hotel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mahesa memasuki kamar setelah menghabiskan sebatang rokoknya di balkon hotel. Sambil memandangi cantiknya kota Yogyakarta melalui potret-potret yang ia tangkap hari ini, ia tersenyum puas. Dan membayangkan menghabiskan waktu di kota itu bersama Kayla suatu hari nanti.

"Lusa harus masuk kerja sih, gue mah mau aja nemenin lo seminggu lagi juga. Lo ngapain sih pake mesen kamar hotel macem kek penganten baru begini? muke gile ye kelakuan orang kaya." Mahesa duduk di sofa kecil ujung ruangan, dan meletakan kameranya di atas meja.

"Buru-buru, gue cuma inget ini hotel aja." sahut Dino yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Mahesa tersenyum geli, "Oh, ini hotel langganan lo sama Fara ye Sob kalau kesini hehehehe..." 

Dino hanya membalas dengan lirikan sinis, dan kini pandangannya tertuju pada kamera yang di bawa-bawa Mahesa. "Mana sini gue liat jepretan lo tadi."

"Mau ajak Kay ke sini lah, nanti gue suruh dia milih mau jalan ke mana. Gue tinggal kasih unjuk tuh tempat-tempat yang udah gue jepret." 

Selain tangkapan jalanan Malioboro, Alun-alun Kidul, beberapa tempat makan kesukaan Fara, Mahesa rupanya juga mengambil foto Dino diam-diam. Membuat Dino sendiri kadang lupa kalau Mahesa sangat mahir dalam hal ini. Saat memperhatikan potretnya, Dino rasanya ingin memaki dirinya sendiri. Yang bodoh dan tak cukup berani memperjuangkan Fara dulu, membuatnya kini menjadi pria malang bak kehilangan arah. Membuatnya di titik ini, titik di mana ia mendapatkan karma atas perbuatannya.

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang