25. Unconditionally

266 32 1
                                    

Biasanya rasa bosan akan menguasai begitu slide-slide power point dijelaskan di kelas training rutin. Ditambah lagi suhu ruangan yang biasanya diatur dengan rendah semakin mendukung hawa kantuk menerjang. Terbukti, di baris belakang kelas pasti di sana ada salesman dan sales lady yang terlihat berusaha menahan beratnya mata. Apalagi mereka yang datang dari cabang yang jauh dari Training Center, bisa dibayangkan sepagi apa mereka berangkat demi tidak datang terlambat yang dapat berujung SP satu. Nyatanya, biarpun subuh mereka bangun tetap saja macetnya Kota Jakarta tak bisa dihindari.

Berbeda dengan Fara, rasa cemas, bersalah serta penasarannya tentang Dino kini membuatnya tak bisa fokus akan materi yang di jelaskan. Padahal ia tahu betul betapa pentingnya pengenalan produk baru, sebagai senjata berperangnya nanti jika produk sudah benar-benar dipasarkan.

"Buat temen-temen yang mau observasi langsung, unitnya ada di sebelah kanan ruangan ya, terus yang mau test drive dulu bisa daftar ke tenda warna merah di pit stop sambil nunjukin SIM A."

Lamunan Fara terpecah kala suara trainer di ujung ruangan memberi arahan tanda selesainya materi di kelas. Ia langsung beranjak dari kursi berniat menghampiri meja pendaftaran test drive. Pikirnya, lebih baik mencoba mobilnya secara langsung terlebih dahulu baru kemudian observasi unit. Jadi ia bisa mengisi form kelebihan dan kekurangan yang ada di mobil itu dengan subjektif.

Namun seseorang mengambil SIM nya tiba-tiba saat Fara hendak menyodorkannya ke meja pendaftaran. Membuat kesal setengah mati karena sudah lumayan antri panjang di cuaca sirkuit yang terik saat itu.

"Nggak usah sok-sok'an nyetir deh kalau mata bengkak begitu. Nih daftarin SIM gue aja, lo jadi penumpang." Kemudian Damar berlalu setelah membuat Fara tak bisa berkata-kata.

"Maaf Kak, antriannya panjang. Jadi daftar apa nggak?" tanya seorang panitia memecah perhatiannya.

"Oh iya maaf... pake ini daftarnya" ucap Fara gugup. Ia pun terpaksa mendaftar atas nama Damar, daripada ia tidak bisa merasakan langsung mobil MPV yang diprediksi akan booming dikalangan pecinta kendaraan roda empat itu. Mau mengantri lagi, sudah kepalang panjang, mau skip, sudah jauh-jauh ke Sentul jangan sampai jadi percuma.

"Mbak Fara kenapa sih Bang? kek nya aneh banget dia hari ini." tanya Valen.

Damar dan Valen nampak tidak mau beranjak dari depan sebuah kipas angin besar yang menyemburkan kabut air bersensasi dingin.

"Berantem lagi sama lo?" tambah Valen lagi.

"Mana gue tahu, lagi ketemu customer yang kusut kali" jawab Damar asal. "Oh ya, gue nggak pernah ya berantem sama si Fara, jadi jangan sambung-sambungin gue sama dia lagi deh lo pada."

Yaa memang tidak ada cerita berantem di antara keduanya, Damar lah yang lebih sering ngambek sendiri menahan dongkol atas sikap Fara kepadanya.

Valen memundurkan langkahnya beberapa kali, kedua matanya terbelalak menangkap Fara yang berjalan mendekat bagaikan kecepatan cahaya. Hingga ia tersentak saat tiba-tiba saja Fara sudah berdiri di hadapannya dan Damar.

"Mana SIM gue...?!"

"Ada, gue taro di kelas" sahut Damar santai.

"Bohong... mana sini gue bilang!!" seru Fara sembari menarik lengan kemeja Damar.

"Di kelas Ra, serius. Kalau gue bawa-bawa nanti ilang."

Waduh gue harus apa nih? misahin apa diemin aja ya pura-pura nggak k denger. Lalu Valen perlahan memutar badannya hendak meninggalkan perkara.

"Valen ambilin!!!"

Tuh kan gue kena, padahal dari tadi gue diem loh. "Mbak Fara sorry, gue beda kelas tadi sama Bang Damar, gue nggak tahu dia naro tas nya dimana."

IMPOSSIBILITY [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang