Orang Ketiga

22.3K 1.7K 27
                                    

Aku menggulirkan layar hp-ku, membaca dengan bosan tulisan-tulisan dari aplikasi twitter. Penyesalan selalu datang terakhir, pepatah itu nggak pernah salah. Aku memang sudah memprediksi akan menjadi obat nyamuk untuk Mia dan pacarnya, Candra. Tapi, kupikir akan ada banyak orang lain karena saat ini kami sedang ingin menonton pertandingan basket Teruna Sakti Club. Rupanya pertandingan belum dimulai dan hanya ada aku dan Mia sebagai penonton dan beberapa pemain dari tim Candra dan pemain basket lainnya.

Aku menghela napas, bosan. Sejak tadi kerjaanku hanya berpindah-pindah aplikasi, mencari sesuatu yang menyenangkan. Aku membuka riwayat percakapanku dengan Pak Sadewa, yang tidak banyak sebenarnya. Beliau tidak pernah berbasa-basi menanyakan kabar, atau bahkan sekadar menelepon untuk mengobrol berdua. Aku jadi teringat dengan pertanyaanku kemarin saat melihat akun instagram beliau. Iseng, aku membuka kontak Lisa dan kebetulan orangnya sedang online.

Sa, kamu nge-follow ig Pak Sadewa? 15.56

Ig pak sadewa yg mana, lan? 16.04

Akun yang diceritakan Rian? sdwrespati 16.07

Aku lihat kamu di-accept sama akun itu 16.08

Oh.. akun itu.. 16.10

Kyknya bukan punya pak dewa 16.11

Ciee kamu meratiin 🤭🤭 16.11

Tenang, tenang. nanti aku cariin yang asli 16.12

Aku penasaran doang kok, apalagi kemarin kamu ngobrol sama beliau habis kelas 16.14

Aku, Rian, Mia jadinya kepo terus nyari tau di ig juga 16.14

Waktu itu aku cuma ngobrol soal ulangan 16.16

Seseorang menepuk bahuku, membuatku mendongak. Rupanya Mia sudah lepas dari pacarnya dan lapangan basket sudah lebih ramai dari sebelumnya. Kedua tim sedang melakukan pemanasan di dalam garis lapangan.

"Maaf ya, jadi ngacangin kamu," ujar Mia dengan cengiran lebar dan pipi yang masih memerah.

Aku mendorongnya pelan, "Tau begitu aku di rumah aja. Lagipula aku nggak paham nonton basket," aku mengerucutkan bibirku berpura-pura kesal.

"Meskipun ada doi, kamu tetap nggak semangat?" ia menunjuk ke arah seseorang berbaju dengan nomor punggung 14 di tengah lapangan. Ir? Aku baru tahu Candra dan Ir setim.

Aku menatap Mia balik, mencoba membaca raut wajahnya. "Jangan-jangan kamu sengaja ngajak aku aja ke sini?"

"Sebagai sahabat yang baik, aku mendukung seratus persen kamu sama Ir." 

Aku memperhatikan lagi Ir yang kini sibuk berlarian sambil memantulkan bola di tangannya. Lelaki itu mengoper bola ke arah temannya dan berlari mendekati ring. Suara bassnya yang keras terdengar ditengah riuh keramaian saat ia meminta operan bola. Begitu berhasil mendapatkan bola, Ir melompat dengan elegan dan memasukkan bolanya ke dalam ring seolah tanpa kesulitan sama sekali. Orang-orang di sekitar kami melonjak kegirangan saat Ir mencetak skor.

Tanpa melakukan selebrasi, Ir berlari ke tengah lapangan lagi dan membentuk formasi berjaga. Benar-benar memfokuskan diri dalam pertandingan.

"Gila ya, ada orang sesempurna dia," aku pikir aku baru saja mengatakan suara pikiranku keras-keras. Rupanya Mia di sampingku yang mengutarakannya. "Apa orang itu vampir ya, ga pernah tidur, bertalenta di segala bidang, ganteng pula."

Aku menjentikkan tanganku di depan wajahnya, "Ingat, Mia. Candra noh!" kali ini aku menunjuk ke arah seorang lelaki yang terlihat lebih canggung di antara yang rekan setimnya, bernomor punggung 46. Candra adalah adik kelas kami. Mia dan Candra baru berpacaran selama dua bulan.

Distorsi Kuasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang