Titik Terang

17.1K 1.6K 69
                                    

Aku pikir keadaanku mulai membaik keesokan harinya. Tapi aku mulai merasa panas dingin di jam istirahat. Puncaknya, saat kelas Sejarah akan dimulai keningku sudah dipenuhi titik-titik keringat sebesar biji jagung tapi badanku kedinginan. Biasanya aku tidak pernah sarapan, jadi perutku baru terisi oleh roti bakar yang kutitip pada Rian dan Mia beberapa jam lalu.

Kelas menjadi sunyi seketika saat Pak Sadewa berjalan masuk. Diamnya benar-benar diam, berbeda dari biasanya. Tidak ada yang berani berbisik sekalipun sejak kejadian kemarin. Aku mengurai rambutku, membiarkan helaiannya jatuh di kedua sisi wajahku mencoba menutup wajahku dari hembusan angin yang makin membuatku kedinginan.

Rupanya Pak Sadewa masih menghukum kami. Pada kelas kali ini beliau hemat bicara dan melemparkan pertanyaan mendadak setiap beberapa menit sekali. Biasanya, beliau menjelaskan panjang lebar, dan hanya sesekali meminta muridnya menyumbang pendapat dan pertanyaan atau melempar pertanyaan kepada anak yang beliau anggap sedang tidak memperhatikan kelas.

"Kalian punya banyak waktu kosong, kan. Berarti harusnya sudah membaca materi untuk kelas hari ini," ujar Pak Sadewa setelah tiga anak yang beliau beri pertanyaan tidak dapat menjawab. "Bangsa-bangsa Eropa menjelajahi dunia dan akhirnya sampai ke Indonesia dengan tujuan 3G. Gold, Gospel, Glory."

"Wulan," aku mendongakkan kepala, bertemu pandang dengan beliau. "Jelaskan apa yang kamu ketahui tentang ketiga hal itu."

Aku belum membaca apapun tentang materi hari ini. Tapi aku terbantu karena ketiga istilah itu menggunakan bahasa Inggris. "Gold, emas atau kekayaan. Gospel, agama? Glory, kejayaan."

"Saya menanyakan pengertian kamu, bukan arti bahasa Indonesianya."

Kepalaku rasanya berat sekali, tidak bisa diajak berkompromi. Aku menjawab seadanya, "Bangsa Eropa melakukan penjelajahan untuk mencari sumber daya alam  berupa emas yang merupakan mata uang berharga saat itu. Mereka juga bertujuan menyebarkan kepercayaan mereka sebagai penganut agama Kristen, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kejayaan mereka."

Pak Sadewa terdiam sejenak sebelum berkata, "Tidak benar sepenuhnya. Untuk kejayaan, lebih tepatnya, yaitu menambah wilayah jajahan untuk dikuasai."

"Kalau tujuan mereka adalah gold, lalu kenapa menjajah Indonesia? Andre."

Aku menunduk, lega karena berhasil memberikan jawaban yang cukup memuaskan. Napasku mulai pendek-pendek, kali ini benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan apapun yang sedang berlangsung di dalam kelas. 

Kalian pernah merasa manis di dalam bibir saat detik-detik sebelum kalian muntah? Itu yang aku rasakan sekarang. Aku membekap hidung dan mulutku, berusaha untuk menghalangi bau-bau aneh yang masuk ke hidung agar tidak merasa mual. Aku memperkirakan dalam hati, apakah sebaiknya aku meminta izin untuk pergi ke toilet atau menahan keinginan muntahku.

"Lan," Serina berbisik di sebelahku. Jemarinya menautkan rambutku ke belakang telinga untuk dapat melihat raut wajahku dengan lebih jelas. "Kamu nggak apa-apa?"

Aku masih menutup mulutku dengan telapak tangan, mengangguk singkat mengisyaratkan bahwa aku baik-baik saja.

Rupanya pertahananku hanya kuat untuk beberapa detik saja. Aku bangkit berdiri tepat bersamaan dengan muntahanku yang meledak keluar. Tanganku basah oleh cairan dan ampas makanan yang tertahan di bekapan tanganku. Tapi masih ada banyak yang mengalir melalui sela-sela jari ke meja dan lantai kelas. Tanpa meminta izin, aku berlari keluar menuju kamar mandi terdekat.

Karena belum mengisi perut dengan nasi, tidak banyak yang kumuntahkan setelah sampai di kamar mandi. Semua sudah keluar di kelas. Perutku terasa sakit, masih ingin memuntahkan sesuatu. Mulutku terasa asam dan kotor. Aku menyalakan keran, membasuh mulut, tangan dan wajahku dengan air. Aku memijat perutku pelan sambil membersihkan kerongkonganku dari sisa makanan yang tertinggal. Baju pramukaku sampai basah sedikit di bagian atas dada.

Distorsi Kuasa ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang